Damian, duda muda yang masih perjaka, dikenal dingin dan sulit didekati. Hidupnya tenang… sampai seorang cewek cantik, centil, dan jahil hadir kembali mengusik kesehariannya. Dengan senyum manis dan tingkah 'cegil'-nya, ia terus menguji batas kesabaran Damian.
Tapi, sampai kapan pria itu bisa bertahan tanpa jatuh ke dalam pesonanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lisdaa Rustandy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kapan nikah lagi?
[Dua Hari Kemudian]
"Buk!"
"Buk!"
"Buk!"
Damian yang masih nyenyak tidur merasakan sesuatu yang terus-menerus menimpa punggungnya.
"Bangun, kebo!" teriak seorang wanita membangunkan Damian sambil terus menimpukinya dengan bantal.
"Berisik!" Damian tak menggubris wanita itu, malah memarahinya.
"Bangun, Duda Bolong! Ini tuh udah siang, masih aja molor!" Wanita itu terus memukuli Damian dengan bantal.
"Berisik! Pergi sana!" usir Damian kesal tanpa membalikkan tubuhnya yang menelungkup.
"Dasar Duda Bolong, pantesan aja gak laku-laku! Siapa juga yang mau punya suami kayak lu!" Wanita itu menarik tubuh Damian hingga kini Damian terduduk.
Damian menggaruk kepalanya kesal, tidurnya terganggu.
"Heh, kenapa lu gak datang ke pernikahan gue?!" Itu Maya, tantenya Damian yang menikah dua hari lalu.
"Suka-suka gue. Lagian gue datang juga gak ngaruh!" jawab Damian malas.
"Ponakan durhaka emang lu ya! Harusnya lu tuh datang jadi saksi pernikahan gue. Ini malah asyik molor!" omel Maya.
"Lu gak berubah sama sekali meskipun udah nikah. Tetep aja cerewet, malah tambah parah!" Damian membalas tantenya itu.
"Dasar duda sialan!" Maya menjadi sangat kesal karena Damian terus saja menjawab omelannya.
"Biarin. Daripada lu perawan tua baru laku!" ledek Damian.
"Damian! Ponakan sialan!" Maya kembali menimpuki Damian dengan bantalnya.
Damian tak mau kalah, dia mengambil bantal dan membalas pukulan Maya. Mereka pun perang bantal dengan teriakan Maya yang terus memarahi Damian.
Begitulah mereka. Walaupun status mereka tante dan keponakan, tetapi kedekatan mereka seperti teman. Tak ada panggilan "tante" dari Damian untuk Maya karena Maya hanya dua tahun lebih tua darinya. Bahkan, Maya dan Damian tak jarang tidur bersama.
Mereka lebih cocok dijadikan kakak-adik daripada tante dan keponakan karena kelakuan mereka yang tak meyakinkan bahwa mereka punya hubungan darah.
"Ada apa ini?! Kok kalian ribut-ribut?!" Bu Santi masuk ke kamar anaknya yang sangat berantakan.
Bu Santi berkacak pinggang dan melotot ke arah keduanya.
"Maya nih tiba-tiba nimpukin aku pakai bantal, Ma. Ya udah, aku balas aja," Damian membela diri, menyalahkan tantenya.
"Lu yang ledek gue perawan tua baru laku. Wajarlah gue marah!" Maya tak mau kalah.
"Itu memang benar kok, salahnya di mana?" Damian berkacak pinggang kepada Maya.
"Sialan lu! Ponakan durhaka!" Maya menoyor kepala Damian.
"Lu tante laknat!" balas Damian kesal.
"Sudah, sudah! Kalian ini masih saja kayak anak kecil ya? Kalian sudah bangkotan! Harusnya akur, bukan berantem terus!" Bu Santi memarahi keduanya yang selalu saja bertengkar setiap bertemu.
"Damian nih, Mbak! Dia ledek aku terus!" Maya mengadu.
"Dih, lu yang mulai duluan. Gak usah salahin gue!" Damian turun dari ranjangnya, lalu melemparkan bantal pada Maya dan keluar dari kamarnya.
"Damian, awas lu!" Maya mengumpat.
Bu Santi menghalangi Maya yang ingin mengejar Damian.
"May, kamu harusnya gak usah gangguin dia terus dong. Biarkan dia menikmati waktunya. Kalau nanti dia menikah lagi, dia gak akan punya kebebasan lagi," Bu Santi meminta Maya untuk tak terus mengganggu Damian.
"Tapi nggak asik, Mbak, kalau gak gangguin dia!" Maya merengut.
"Iya, Mbak ngerti. Kamu sama Damian kayak teman sejak kecil. Tapi kan sekarang kamu juga sudah menikah. Kamu harus bisa membedakan antara sebelum dan sesudah menikah. Jangan sampai suami kamu nantinya risih karena kedekatan kamu sama dia," Bu Santi mengingatkan adiknya.
Ya, wanita yang sudah menikah memang seharusnya bisa membatasi hubungan dengan pria mana pun, termasuk saudara sendiri, karena itu akan membuat suami menjadi tak nyaman. Terkadang juga bisa menimbulkan rasa cemburu.
"Mbak, emangnya Mbak gak mau jodohin dia sama cewek? Aku khawatir Damian gak mau nikah lagi, Mbak," Maya sedikit mencemaskan keponakannya yang masih menyendiri hingga sekarang.
"Ya, sebenarnya Mbak pengen banget Damian nikah lagi, tapi mau bagaimana lagi? Dianya nggak mau. Mbak gak bisa paksa dia. Mbak juga gak mau jodoh-jodohin dia karena takutnya nanti malah pernikahannya gak awet," Bu Santi tak berani menjodohkan putranya.
"Emangnya Mbak gak mau punya cucu dari Damian?" Maya memanas-manasi kakaknya.
"Mau lah. Tapi kan Damian-nya gak mau nikah juga. Mana mungkin dia bisa kasih Mbak cucu? Masa iya harus menghamili anak orang tanpa dinikahi?" Bu Santi sudah ingin memiliki cucu dari putra bungsunya, namun apa daya, Damian tak juga ingin menikah lagi.
"Mbak gak merasa aneh? Damian sama sekali nggak tertarik sama cewek. Jangan-jangan dia penyuka sesama jenis. Sekarang kan jamannya pisang makan pisang, Mbak!" Maya berkata seenaknya saja.
"Hush! Amit-amit, gak ada keturunannya! Mana mungkin Damian begitu. Lagian kakaknya kan juga belum menikah. Mungkin Damian mau nunggu kakaknya nikah dulu," Bu Santi berpendapat.
Ya, Bu Santi masih memiliki anak bujang yang betah menjomblo.
Pria itu bernama Erik Ardiansyah Pramono, 35 tahun.
Di usianya yang sudah matang, Erik tak berminat untuk menikah. Dia malah dilangkahi oleh Damian, yang juga akhirnya menjadi duda di usia muda.
Dua adik-kakak itu sangat sulit jatuh cinta. Keduanya memiliki sifat yang sama—cuek dan dingin.
Namun, keduanya memiliki paras yang tampan. Wajah mereka pun hampir mirip.
Erik sendiri memiliki trauma terhadap wanita. Satu tahun lalu, dia pernah menjalin cinta dengan seorang wanita. Dia sudah sangat serius untuk menikahinya, namun wanita itu malah memutuskan hubungan mereka karena gadis itu mengatakan bahwa dirinya sudah dijodohkan dengan seseorang.
Namun, hingga kini, gadis itu belum juga menikah.
Erik tak tahu kenapa, tapi dia yakin gadis itu hanya beralasan saja agar bisa putus darinya.
Hingga saat ini, Erik tak mau lagi berhubungan dengan yang namanya wanita. Dia sangat tertutup, tak mau lagi merasakan patah hati.
Sementara itu, di ruang keluarga, Damian mengambil sebuah album foto pernikahannya dengan Bella.
Ia membuka halaman demi halaman, menatap satu per satu foto itu.
"Kenapa kamu begini, Bell? Padahal kamu sangat sempurna bagiku. Kenapa kamu menyukai sesamamu? Apa yang salah dari dirimu?" gumam Damian dengan mengusap wajah Bella di foto itu.
Entahlah...
Walaupun ia telah menceraikan Bella, tapi Damian tak bisa melupakannya.
Entah karena Bella cinta pertamanya atau karena cintanya pada Bella terlalu kuat.
Kata-kata Bella masih terngiang di telinganya.
"Maaf, Damian. Tapi inilah kekuranganku. Aku nggak bisa jujur sejak awal, karena kupikir aku bisa berubah. Tapi kenyataannya tidak. Maafkan aku."
Damian menghela napas panjang.
Bella sesungguhnya sudah berusaha untuk memberikan kesempatan dirinya untuk berubah dan kembali pada kodratnya seorang wanita yang menyukai pria. Namun, rupanya itu sangat sulit bagi Bella, ia tak bisa melakukannya.
Di malam pertama dengan Damian, Bella sudah berniat untuk memberikan hak Damian, tapi rupanya tubuhnya menolak, walaupun hati kecilnya ingin mencoba.
Bella merasa Damian bukan orang yang berhak menyentuhnya, karena Damian seorang pria. Bella hanya ingin mendapat sentuhan dari kekasih wanitanya.
Perceraian mereka diiringi penyesalan terbesar dari Damian, karena dia tak pernah menyadari bahwa istrinya adalah seorang wanita dengan kelainan.
Damian menutup kembali album fotonya. Dia menghela napas berat.
Apa yang salah dari dirinya?
Mengapa dia harus mengalami hal semacam ini?
Mengapa dia harus menikahi wanita yang tak menyukai lawan jenis?
Dunia macam apa yang sedang dia jalani sekarang?
Mengapa banyak manusia yang menyukai sesama jenis?
Damian merasa frustrasi. Dia mengacak rambutnya kasar dan membanting tubuhnya di atas kasur.
"Tuhan, jika memang aku masih ditakdirkan untuk membangun mahligai rumah tangga, maka pertemukanlah aku dengan wanita yang benar-benar tulus dan juga tak menyimpang. Aku berjanji, aku akan menjadi suami yang baik untuknya dan akan mencintainya sepenuh hatiku," Damian berdoa dalam hati dengan sangat serius dan penuh harapan.
BERSAMBUNG...
padahal Damian sudah menemukan pelabuhannya
selesaikan dulu masa lalumu dam
kamu harus menggunakannya cara yang lebih licik tapi elegan untuk menjaga Damian yang sudah jadi milikmu