Setelah 3 tahun berpisah, takdir kembali mempertemukan Rexi dengan cinta pertamanya, Rania, yang kini tengah dilanda ujian dalam prahara rumah tangganya bersama sang suami, Raffael Senzio.
Dari pertemuan itu, Rexi mulai menyelidiki kehidupan Rania, wanita yang masih bertahta kuat di dalam hatinya. Melihat ada kesempatan, akhirnya Rexi memutuskan untuk merebut kembali cinta pertamanya.
Sementara di sisi lain, ada Raffael yang berusaha keras memperbaiki hubungannya bersama Rania dan mempertahankan keutuhan rumah tangga mereka.
Akankah cinta pertama mendapatkan kesempatan kedua? atau Rania akan memberikan kesempatan itu pada suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1. Melihatnya.
Musim gugur di New York telah tiba, membawa angin sejuk yang menusuk tulang dan daun-daun yang berguguran. Malam ini, langit di atas kota besar dipenuhi dengan awan kelabu yang mengancam, dan hujan mulai turun dengan deras.
Tapi, wanita cantik itu tidak tergoyahkan oleh cuaca buruk ini. Dengan mantel hujan yang tebal dan payung yang besar, ia keluar dari rumah dan menuju ke mobilnya. Satu tangannya menggenggam kotak hadiah berukuran kecil, netranya berbinar dengan sudut bibir yang tertarik kian lebar.
"Aku harap kau menyukainya," gumamnya penuh harapan, seraya membayangkan pria yang akan menerima pemberiannya tersenyum menawan di hadapannya.
Hari ini adalah anniversary pernikahan mereka yang ketiga. Karena itu ia berniat memberikan kejutan pada sang suami tanpa sepengetahuannya. Ia bahkan rela melakukan penerbangan jarak jauh yang menghabiskan waktu belasan jam.
Bukan hanya itu, wanita cantik yang memiliki nama; Rania Aisha Raksa itu juga rela menekan dalam-dalam perasaannya yang berkecamuk setiap kali mengingat ada siapa di negara yang sedang ia kunjungi ini.
Rexi Kayson Rykhad, sang cinta pertama sekaligus mantan kekasihnya.
Rania menggeleng, berusaha menyingkirkan pikirannya yang sempat mengingat masa lalu. Ia kembali fokus pada kemudi, kota ini begitu luas, kecil kemungkinan ia akan bertemu mantan kekasihnya itu.
Ponsel Rania berdering, seseorang yang telah ia minta mencari tahu keberadaan sang suami ternyata menghubungi.
"Tuan Raffael berada di fancy restaurant. Apa saya perlu masuk untuk memeriksa, Nyonya?"
"Tidak perlu, aku akan langsung ke sana. Terima kasih atas bantuannya," ucap Rania dengan nada suara yang terdengar ceria. Ia tidak sabar memberikan kejutan pada Raffael.
Bermodalkan alamat yang sudah dikirimkan ke ponselnya, Rania pun segera menuju restoran mewah yang terletak di pusat kota.
Saat memasuki restoran yang begitu elegan dengan dekorasi yang mewah dan suasana yang sangat privat, Rania sempat merasa sedikit tidak nyaman. Restoran ini jelas tempat untuk orang-orang berpengaruh melakukan pertemuan penting, entah bersama relasi bisnis mereka, maupun pasangannya.
Setelah memberikan nama sang suami, Raffael Senzio, Rania diarahkan ke ruangan VIP yang dipesan. Suaminya pasti melakukan pertemuan bisnis bersama orang yang sangat penting, sehingga memesan restoran seberkelas ini.
Rasa penasaran bercampur debaran jantung yang kian meningkat mulai Rania rasakan. Genggaman tangannya menguat pada kotak kecil yang sudah ia persiapkan untuk Raffael seiring langkahnya menuju ruangan tersebut.
Rania sesekali juga tersenyum kecil, ketika membayangkan Raffael pasti akan sangat terkejut dan merasa senang karena kedatangannya. Karena Raffael tahu, bahwa New York adalah negara yang tidak akan pernah mau Rania kunjungi. Padahal istrinya itu memiliki keluarga sepupu di sini.
Langkahnya semakin cepat saat melihat seorang pelayan keluar dari dalam ruangan VIP suaminya. Rania balas tersenyum ketika pelayan itu menunduk, menyapanya sebelum pergi menjauh dari sana.
Tangan Rania sudah ingin mendorong pintu yang belum sempat tertutup rapat. Namun, seketika terhenti ketika suara seorang wanita terdengar menyebut namanya.
"Mau sampai kapan kita bersembunyi dari Rania seperti ini? Aku lelah terus menjadi simpananmu, Raffael."
Duarrr!
Rania terpaku di depan pintu. Ia urung masuk ke dalam ruangan di mana suaminya kini tengah berada dan sedang memangku sekretarisnya.
Ya, dari celah pintu yang tak tertutup sempurna, netra Rania bisa melihat bagaimana wanita bernama Natalie itu bergelayut manja di dada sang suami.
"Kau bukan simpananku, Natalie. Kau sekretarisku."
Itu suara Raffael, ia menyingkirkan tangan Natalie dan meminta wanita itu untuk turun dari atas pangkuannya. Mereka masih menunggu relasi bisnis Raffael yang belum datang.
Natalie cemberut. "Tetap saja aku ini seperti simpananmu. Kau selalu menghabiskan malam bersamaku dengan alasan lembur. Kau melupakan itu, Raffael?" Jika tengah berduaan seperti ini, maka Natalie akan memanggil Raffael tanpa menggunakan embel-embel Tuan.
Pria yang biasanya tampak tenang dan elegan itu kini memicing tajam pada sekretarisnya. "Jaga bicaramu, Natalie!"
Namun, Natalie tampaknya tak mempan dengan ancaman yang diberikan oleh Raffael.
"Aku penasaran, setelah semua yang kau lakukan pada istrimu selama tiga tahun ini. Apakah kau tidak takut dengan amukan keluarga Raksa?"
"Tidak," jawab Raffael santai seraya memainkan jari-jarinya. "Sejak Rania menikah denganku. Ia selalu memperlihatkan wajah cerianya di depan seluruh keluarga Raksa, terutama di hadapan opanya yang sedang sakit itu."
"Rumah tangga kami sangat harmonis, Natalie. Semua orang tahu itu! Dan kau..." tekan Raffael dengan mencengkram wajah Natalie dan lebih mendekatkan padanya. "Jangan sekali kali berpikir bisa mengancamku!"
Selesai dengan ucapannya, Raffael langsung melumat bibir Natalie dengan begitu kasar dan penuh napsu.
Rania berbalik dan melangkah pergi dari ruang VIP itu, tanpa sepatah kata pun yang keluar dari bibirnya. Namun, tangannya bergetar halus, mengencangkan genggaman pada kotak hadiah yang sedari tadi ia pegang dengan hati-hati.
Rasa sakit dan kepedihan dalam hati Rania semakin nyata, saat ia menyadari bahwa hubungannya dengan Raffael selama tiga tahun ini hanya sekedar formalitas. Pernikahan yang hanya ada di atas kertas, tanpa cinta dan kasih sayang yang sebenarnya. Raffael selalu sibuk dengan pekerjaannya, sementara Rania sibuk menata dan menyembunyikan luka-lukanya sendirian.
Tak!
Kotak kecil itu jatuh dari tangannya. Rania kembali terpaku saat melihat sosok yang paling tidak ingin dilihatnya di negara ini sudah berdiri di ujung koridor VIP dengan tatapan yang terkunci lekat ke arahnya.
Waktu seolah berhenti, dan Rania merasa dirinya ditarik paksa kembali ke masa lalu, saat cinta dan harapan masih bersemayam di hati.
Namun, sekarang, rasa sakit dan kecewa lebih dominan memenuhi dirinya. Tatapan mata itu, yang dulu hangat dan penuh cinta, kini dingin dan menusuk, membuat Rania merasa seperti sedang menghadapi bayang-bayang masa lalunya sendiri.