NovelToon NovelToon
DIARY OF LUNA

DIARY OF LUNA

Status: tamat
Genre:Bullying dan Balas Dendam / Balas dendam pengganti / Cintapertama / Mengubah Takdir / Tamat
Popularitas:646
Nilai: 5
Nama Author: Essa Amalia Khairina

"Dunia boleh jahat sama kamu, tapi kamu tidak boleh jahat sama dunia."

Semua orang punya ceritanya masing-masing, pengalaman berharga masing-masing, dan kepahitannya masing-masing. Begitu juga yang Luna rasakan. Hidup sederhana dan merasa aman sudah cukup membuatnya bahagia. Namun, tak semudah yang ia bayangkan. Terlalu rapuh untuk dewasa, terlalu lemah untuk bertahan, terlalu cepat untuk mengerti bahwa hidup tidak selamanya baik-baik saja.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Essa Amalia Khairina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

KEJUTAN DI PAGI HARI

Pagi itu, cahaya matahari merayap perlahan masuk melalui jendela kamar Luna. Ia menarik selimut tipisnya, mencoba memulai hari seperti biasa. Namun, ada kekosongan yang terasa berat—tanpa ayah di sisinya, rutinitas sehari-hari terasa berbeda, sepi, dan agak menakutkan.

Luna berdiri dari tempat tidur, melangkah pelan ke meja belajar. Semua benda di kamar seolah sama, tapi kehadiran ayah yang biasa menatapnya dengan lembut kini hilang, meninggalkan ruang hampa yang sulit diisi. Ia menghela napas panjang, menenangkan diri. “Baiklah… harus lanjut,” Bisiknya pelan, mencoba meyakinkan diri sendiri.

Setiap langkah terasa berat, tapi Luna tahu, meski tanpa ayah, hidup harus terus berjalan. Ia mulai menyusun buku-buku di meja, menyapu lantai, dan menyiapkan sarapan sederhana. Rutinitas itu—meski sepi—memberinya rasa aman tersendiri, seolah menjadi cara untuk tetap merasa dekat dengan ayah yang sudah tiada.

"Luna..."

Sebuah ketukan pintu terdengar, memecah kesunyian pagi. Tamu datang sepagi ini, pikir Luna sambil sedikit terkejut.

Ia yang sudah mengenakan seragam rapi, tas di punggung, dan rambut tertata rapi, melangkah ke pintu. Tangannya menarik gagang, dan perlahan membuka pintu untuk melihat siapa yang datang.

"Bu Sari," Sapa Luna.

Mata mereka tersenyum ramah, membawa aura hangat yang membuat pagi yang biasa terasa berbeda. Rasa penasaran bercampur sedikit canggung, perlahan dirasakan Luna.

"Luna, kamu siap memulai hari seperti biasa?" Ucap Bu Sari.

"Iya, Bu." Angguk Luna.

“Bagus, Luna,” kata Bu Sari sambil menepuk pundak Luna dengan lembut. “Hidup harus terus berjalan, meski terkadang terasa berat.”

Luna menatap Bu Sari, tersenyum tipis. Hatinya terasa hangat oleh perhatian itu, meski pagi masih dipenuhi rasa sepi yang biasa ia rasakan tanpa ayah.

“Oh iya…” Bu Sari menambahkan, sambil menyerahkan sebuah paper bag kepada Luna. “Ini untuk makan siang kamu.”

"A-Apa ini Bu?"

"Ambilah!"

Luna menerima kantung itu dengan hati-hati, menoleh sekilas ke dalamnya. Terlihat kotak makan siang rapi, aroma hangatnya samar tercium, membuat perut Luna sedikit bergemuruh. “I-ini..."

"Kamu nanti makan ya. Pasti akan sangat lapar di sekolah nanti."

Bola mata Luna berbinar. "Terima kasih, Bu,” ucapnya bergetar, tersenyum menahan haru.

“Dan ini, Luna…” Bu Sari kembali menyerahkan seBuah amplop, wajahnya lembut namun penuh perhatian. “Ini tidak banyak, tapi mudah-mudahan cukup untuk membantu biaya sehari-hari kamu.”

Luna menatap amplop itu sejenak, jemarinya sedikit gemetar saat menerimanya. Hatinya campur aduk—tersentuh, malu, tapi juga lega. Kata-kata Bu Sari sederhana, tapi terasa tulus, memberi Luna rasa aman yang selama ini ia rindukan. "Bu, tapi ini..."

"Tidak apa, Luna. Kamu berhak mendapatkannya."

"Cukup untuk membayar SPP sekolah," Gumam Luna.

"Kamu tidak perlu memikirkan hal itu. Siang ini, Ibu dan Bapak akan ke sekolahmu nanti."

Mata Luna membelalak, napasnya tersengal sebentar. “Ke-ke sekolah…?” Gumamnya, suaranya nyaris bergetar karena terkejut. Ia tidak menyangka mereka akan datang, dan pikirannya langsung dipenuhi rasa penasaran sekaligus gugup.

Bu Sari mengangguk, tetap tersenyum lembut. “Iya, Luna. Kami ingin tahu sekolahmu dan bicara pada gurumu perihal dukungan yang mungkin kamu butuhkan. Kami cuma ingin memastikan kamu baik-baik saja dan merasa nyaman di sekolah.”

Luna menunduk sebentar, jemarinya menggenggam ujung bajunya sendiri. Hatinya campur aduk—antara gugup membayangkan reaksi teman-temannya, haru karena perhatian mereka, dan sedikit tegang karena ini benar-benar kejutan besar.

"Bu, tapi ini terlalu..."

Bu Sari menangkap kedua bahu Luna dan mengunci kedua bola matanya lembut. "Ibu... dan Bapak sudah bilang, mulai sekarang... kami sudah menganggap kamu sebagai anak kami sendiri. Kamu tidak perlu lagi merasa kesepian dan sendiri lagi, Luna."

Air mata Luna jatuh tak tertahan. Tubuhnya gemetar, campuran antara haru, lega, dan rasa takut menerima kenyataan baru.

Pelukan Bu Sari terasa asing di awal. Namun, pelan-pelan, tubuhnya mulai melunak di pelukan itu. Napasnya masih tersendat, tapi hati kecilnya mulai merasakan sesuatu yang ia rindukan—rasa aman, perhatian, dan kasih sayang yang tulus. Bu Sari menepuk punggung Luna perlahan, memberikan waktu bagi gadis itu untuk menyesuaikan diri dengan kenyataan bahwa ia tidak lagi sendiri.

****

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!