NovelToon NovelToon
Laras: The Beginning Of Temptation

Laras: The Beginning Of Temptation

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cinta Terlarang / Pihak Ketiga / Keluarga / Konflik etika / Wanita Karir
Popularitas:894
Nilai: 5
Nama Author: Imen Firewood

Apa jadinya, ketika hubungan rumah tangga jauh dari rasa saling memperhatikan?

Apakah Laras akan mampu terus menahan jeritan-jeritan batin-nya yang selama ini ia pendam?

Simak keseruan konflik etika yang terjadi dirumah tangga Laras! Jangan lupa dukung karya baru ini, ya. See you~

Update: setiap hari

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Imen Firewood, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rutinitas

Di depan sebuah komputer terlihat seorang wanita sedang bekerja dengan sibuk. Fokusnya tidak pernah teralih dari layar komputer yang berada di depannya saat ini.

"Permisi, Bu. Ini ada beberapa berkas yang harus Ibu tanda tangan."

Tanpa memalingkan wajahnya untuk melihat pegawai yang membawa beberapa dokumen itu, wanita yang biasa di panggil Laras ini masih asik tengah sibuk bekerja. Ingin menyelesaikan beberapa tugas yang belakangan ini sering membuatnya lelah selama di kantor.

"Oh. Baik, tolong letakan saja diatas meja!" -Laras.

Namanya Laras, wanita karier berusia 35 tahun. Ia sudah lama bekerja di perusahan besar yang bergerak di bidang desainer busana ini kurang lebih 10 tahun. Hingga tidak heran, pengalaman membawanya sampai ia berada di titik saat ini.

Di bawah perusahaan besar yang bernama "Aoin" ini, Laras bekerja sebagai eksekutif yang menemui klien. Jika ada yang ingin bekerja sama dengan perusahaan tempat ia bekerja, Laras juga sering turun langsung ke lapangan.

Satu jam telah berlalu. Laras yang tadi merasa sangat sibuk dengan pekerjaannya, kini ia dapat menghembuskan nafas panjangnya ketika pekerjaan ia telah selesai di kerjaan.

Pyuuh~

"Akhirnya, selesai juga. Tinggal beberapa halaman lagi untuk aku koreksi hingga benar-benar maksimal." -Laras

Laras memperhatikan sekelilingnya. Di saat sudah tidak ada orang, Laras mengangkat kedua tangannya untuk sedikit saja setidaknya melakukan peregangan. Untuk menghilangkan rasa pegal-pegalnya selama tadi bekerja.

Keretek!

"Ah! ..."

"Enaknya ... Mungkin sebaiknya aku mengambil beberapa hari cuti, untuk tetap menjaga kesehatan fisik ku." -Laras

Laras tidak mendapatkan adanya orang sama sekali di dalam kantor, karena sebenarnya saat ini sudah memasuki jam-jam istirahat. Kemudian Laras melihat jam tangan kecil yang dipakai di lengan kirinya.

"Pantas saja sepi. Apa hanya aku, yang terlalu sering mengabdi kepada perusahan ini." Laras.

Di sebuah restoran yang tidak jauh dari kantor Laras. Ia sengaja mengambil meja paling pojok di lantai atas. Agar ia bisa melihat orang-orang yang berlalu-lalang keluar masuk resto.

Rutinitas seperti ini sudah cukup sering Laras lakukan. Untuk melepas kejenuhan usai bekerja. Dan, dari rutinitas membosankan yang secara terus menerus secara tidak langsung mengulang di keseharian Laras.

Banyak pemuda-pemudi, sepasang kekasih. Yang terlihat bahagia dengan hidupnya. Hal ini sudah seperti menjadi bahan tontonan Laras, ketika dirinya sedang istirahat makan siang.

Tiba-tiba, Laras teringat keluarga kecilnya. Sebuah foto keluarga sederhana menjadi hiasan wallpaper di ponselnya. Laras, Andi (suami), dan Dina (anak kandungnya yang baru berusia 10 tahun).

Laras langsung terpikirkan kepada Mas Andi. Ingin mencoba menghubunginya saat jam makan siang. Walaupun, sebenarnya Laras tahu. Bahwa menghubungi Mas Andi kali ini pasti tidak akan diangkat. Ia pasti selalu menjadikan kesibukan dia itu sebagai tamengnya.

"Biarin, ah ... Tidak ada salahnya mencoba." -Laras

Laras langsung menggulir ponsel miliknya. Banyak beberapa nama yang tersimpan di ponselnya terlewati, untuk mencari nama sang suami. Laras mulai melakukan panggilannya.

Tuut ...

Tuut ...

Tuut ...

[Nomor yang anda tuju tidak bisa dihubungi. Silahkan tinggalkan pesan berikut dan menekan angka 0 untuk melanjutkan ... Tuut!]

Laras kembali melihat layar ponselnya. Dan merasa, hal yang dia lakukan dan sudah tahu akan jawabannya jadi merasa percuma. Hingga akhirnya, sebuah hembusan nafas panjang keluar lagi dari mulutnya untuk yang kedua kalinya hari ini.

Pyuuh~

"Tahu akan begini, sebaiknya aku tidak menghubunginya." -Laras

Beberapa waktu jam telah berlalu. Kini sudah waktunya Laras pulang dari kantornya. Ia berjalan menuju basement parkir mobil di lantai paling dasar. Menghampiri mobil berwarna hitam miliknya.

Buurm~

Suara mobil Laras, perlahan menjauh meninggalkan area perusahaan menuju rumah. Setibanya Laras dirumah. Ketika Laras menuju garasi untuk parkir, ia melihat mobil Andi sudah berada disana.

"Mas Andi? ... Tumben dia sudah pulang jam segini." Laras.

Ketika Laras membuka pintu rumah, ia melihat Dina sedang makan sendiri di meja makan. Dina langsung menyambut kepulangan Ibunya dengan sebuah pelukan hangat.

"Aku pulang ..." -Laras

"Ibu! ..." Dina

Laras langsung memberikan beberapa ciuman di sekitar wajah Dina yang sedang ia peluk.

"Kamu sudah pulang? ... Siapa yang jemput kamu?" -Laras

"Tadi Papah, Bu ... Yang jemput Dina, terus Papah langsung istirahat." -Dina

Laras merasa sedikit kecewa.

"Kenapa Dina di biarkan untuk makan sendiri. Juga, bukankah seharusnya dia mengabari ku? Lantaran tidak menjawab panggilan ku tadi siang?"

Namun, Laras meletakkan dulu ego dia disamping. Ketika merasa atau ketika sedang bersama Dina. Setidaknya untuk sekarang.

"Makan kamu sudah habis?" -Laras

"Belum ..." -Dina

"Mau Ibu temenin makan?" -Laras

Dina mengangguk dengan cepat. Tanpa berpikir dua kali ketika sang Ibu mau menemani dia makan. Bahkan, ketika Laras sedang menemani dan mengajak Dina ngobrol. Raut wajah Laras tidak bisa berbohong. Ketika ia merasa semakin dinginnya hubungan rumah tangga dia.

Kejadian ini, bukan yang pertama kali. Laras sudah beberapa waktu merasakan hampanya hubungan rumah tangga. Bahkan, sampai detik ini ia masih menyimpan semua itu dan tidak pernah bercerita langsung kepada sang suami karena merasa tidak enak.

Di balik, rutinitas membosankannya Laras selama di kantor, ada kejenuhan dan kehampaan yang jauh lebih besar di dalam rumah tanggannya. Bahkan, Laras sendiri sering merasakan kurangnya perhatian dari Mas Andi.

Walau faktanya Laras tidak pernah menemukan Mas Andi melakukan macam-macam di belakangnya, namun fakta lain tentang perasaan kurangnya perhatian yang di berikan Mas Andi tidak bisa berbohong.

Kehadiran Laras yang seharusnya menjadi seorang istri, jadi semakin jauh menurut Laras. Ketika keduanya saling sibuk bekerja. Jarang berkomunikasi. Bahkan untuk bertatap muka saja, itu hanya terjadi sekali setiap hari sewaktu mereka sarapan pagi bersama.

10 tahun lamanya Laras dan Andi menjalani hubungan rumah tangga seperti ini. Dan hebatnya, mereka masih bertahan.

Malam hari. Di dalam rumah yang Laras tempati, terlihat ia baru saja menyelesaikan beberapa pekerjaan rumah. Setelah memastikan anaknya sudah tidur di kamar yang terpisah, Laras ingin beristirahat sejenak. Memanjakan dirinya dengan membawa secangkir teh hangat yang berada di tangannya.

Duduk menyendiri di taman kecil pekarangan rumahnya. Seteguk demi teguk, Laras coba berusaha menikmati teh hangat itu. Dengan isi kepala, yang entah sedang memikirkan apa. Ia terlihat melamun.

Semenjak hari ini, Laras belum sempat melihat Mas Andi lagi. Apalagi berbicara. Yang Laras tahu, mungkin Mas Andi masih beristirahat tertidur di dalam kamar mereka.

Perlahan. Tidak terasa waktu demi waktu begitu cepat berlalu. Hingga jam kecil di tangan Laras sudah menunjukan pukul 11 malam. Waktunya Laras untuk segera beristirahat tidur. Ia perlahan bangkit, meninggalkan pekarangan rumah lalu masuk dan mengunci pintu.

Laras sempat terpikirkan sesuatu. Apakah dengan ia memakai sebuah lingerie kasual abu-abu miliknya akan membuat Mas Andi lebih sedikit memperhatikannya? Atau setidak, melirik Laras yang masih berusaha mendapatkan perhatian lebih dari suaminya itu.

"Apa aku harus melakukan ini?" -Laras

Ucapan ragu Laras itu terdengar pelan. Ketika dirinya sudah berada tepat di depan kamar tidurnya bersama Mas Andi. Perlahan Laras membuka pintu itu, untuk memastikan apakah Mas Andi sudah bangun. Karena Laras merasa Mas Andi sudah tertidur cukup lama.

Keree ... Ket!

Pyuh~

Ketika sudah sedikit membuka pintu itu, hembusan pelan nafas dari mulut Laras terdengar. Karena ia masih melihat Mas Andi yang tertidur pulas di atas kasur. Usaha kecil Laras untuk sekedar mendapat perhatian kecil dari suami, terasa sia-sia.

"Apa aku terlalu berharap? ... Ah, sudahlah. Mungkin ia merasa sangat lelah hari ini." -Laras

Ketika Laras sudah tidak memperdulikan lagi usahanya dan ingin segera tidur untuk menjalani rutinitas yang membosankannya di kantor, sebuah tangan kecil menari dan menahan Laras yang ingin masuk kedalam kamarnya.

Tiba-tiba Dina terbangun dari tidurnya dan sudah berada di belakang Laras. Ketika Dina terbangun seperti ini, ia harus di temani Laras untuk bisa kembali melanjutkan tidurnya.

"Bu ... Aku takut ..."

"Bisakah Ibu menemani Dina tidur?" -Dina

Laras menatap Dina dengan penuh rasa kasih sayang. Ia tidak ingin, anaknya terlambat kesekolah atau kekurangan waktu tidurnya di usianya saat ini. Laras membuat wajah mereka sejajar. Dan berkata pelan sambil tersenyum.

"Tentu Dina! Ayok kita kembali ke kamar ... Ibu akan membacakan mu dongeng!" -Laras

Sebuah senyum kecil merekah di wajah Dina sambil mengangguk. Ketika ia merasa tenang dan senang, karena Laras mau menemani, bahkan membacakannya sebuah dongen cerita.

Mereka berdua, Laras dan Dina telah berada di dalam kamarnya tiduran. Laras membacakan dongeng cerita agar membuat Dina cepat tertidur kembali. Laras bercerita dengan suaranya yang lembut dan menenangkan. Membuat Dina terpejam betah berada di bantalan lengan Laras.

"Pada suatu hari ... Hiduplah seorang peri kecil yang cantik. Ia memiliki sebuah istana yang harus di jaga dari ..." -Laras

1 jam telah berlalu. Waktu yang cukup lama untuk Laras dapat membuat Dina kembali tidur. Laras menatap dan memastika bahwa Dina benar-benar tertidur. Ia perlahan menyingkirkan tangannya dan menggantinya dengan sebuah bantal berwarna putih.

Kemudian, Laras yang masih merebahkan tubuhnya menatap langit-langit kamar di atas kepalanya. Ia memutuskan untuk tidur di kamar Dina. Setelah usaha kecil ia merasa gagal, dan ada timbul sedikit perasaan malu bila Mas Andi melihatnya memakai lingerie pada Laras.

Ia menjadi tidak percaya diri. Takut malah terkesan Laras yang terlalu berharap untuk mendapat perhatian lebih dari suaminya. Walau justru sebenarnya itu yang Laras inginkan.

Laras menghembuskan nafas pendeknya. Mengatur nafasnya untuk menjaga kesehatan mental yang ia miliki. Perlahan, mata Laras terpejam dengan sendirinya. Menanti esok hari. Rutinitas kantor yang menurut Laras itu membosankan dan tetap harus di jalani.

Keesokan harinya. Kesibukan Laras sebagai Ibu rumah tangga di mulai kembali. Mulai dari menyiapkan keperluan Dina sekolah, sarapan pagi, bersih-bersih rumah, bahkan mengantar Dina kesekolahnya. Semua itu dilakukan Laras seorang diri. Tanpa pernah, Laras meminta untuk di puji oleh Mas Andi.

Ketika Laras sudah menyelesaikan beberapa urusannya. Laras yang sudah rapih dengan pakaian kantornya, sedang menyiapkan sarapan untuk Dina makan sebelum berangkat. Di meja makan itu, sudah tersedia beberapa lauk pangan yang terlihat lezat.

Laras ingin kembali masuk kedalam kamarnya. Untuk mengambil tas kerja yang tidak sempat ia bawa.

"Sebentar, yaa, Nak ... Ibu mau mengambil tas Ibu di kamar. Kamu duluan saja makan-nya!" -Laras

Dina yang sudah memegang alat makan, merespon Laras dengan senyuman yang membuat Laras mecium pipinya.

"Baik Ibu ... Terimakasih!" -Dina

Muach!

"Anak pintar." -Laras

Laras mempercepat jalannya menuju kamar. Dan Laras mengetahui, bahwa Mas Andi sedang bersiap-siap memakai pakaian kantornya. Ketika sudah mendekati pintu kamar yang terbuka, Laras berkata sedikit lebih keras agar terdengar oleh Mas Andi yang berada di dalam.

"Sarapan paginya, sudah aku siapin Mas ..." -Laras

Ketika membuka pintu kamar, Laras merasa kaget. Dengan beberapa pakaian Mas Andi yang tergeletak disana secara sembarangan. Di saat Laras yang sudah menyiapkan dan melakukan pekerjaan rumah. Mas Andi tidak pernah merubah sikap teledornya ketika meletakan pakaian dengan sembarang.

Ini merupakan kontak mata pertama mereka sejak kemarin. Andi yang sudah rapih dengan setelannya, terlihat sedikit membenarkan seragam kantornya. Setelah tidak merasa ada yang salah, Andi menjawab perkataan Laras dengan padat, singkat, dan jelas.

"Iya." -Andi

Andi berjalan melewati Laras. Sedangkan Laras, masih terdiam berdiri mematung melihat beberapa pakaian Andi yang masih tergeletak di sana-sini.

Perkataan Laras menghentikan langkah Andi. Dan dengan perasaan yang tidak merasa bersalah, Andi kembali memungut pakaiannya dan meletakannya di mesin cuci dapur.

"Pakaiannya kalau sudah tidak di pakai, tolong letakan di mesin cuci, yaa, Mas ..." -Laras

Andi kembali mengambil beberapa pakaian itu tanpa menjawab perkataan Laras. Dan berlalu pergi meninggalkan Laras sendiri di dalam kamar.

Laras membenarkan rambutnya kebelakang, karena terlihat sedikit berantakan. Dan sedikit terlihat mengatur nafasnya.

Semakin lamanya mereka menjalin rumah tangga, Laras merasa semakin tidak di hargai oleh Mas Andi. Tidak pernah bertanya apakah Laras merasa lelah? Bahkan untuk hal-hal kecil seperti ini, ia tidak pernah mau belajar untuk memperbaikinya.

Dan sering kali, hal-hal ini membuat Laras geram. Walau itu tidak Laras katakan, tapi ekspresi Laras seperti menunjukan hal lain.

Maka dari itu, Andi langsung menurut. Tidak pernah membantah Laras, tapi dengan perasaan sedikit terpaksa. Itu terlihat dari Andi yang tidak pernah menjawab ucapan-ucapan Laras ketika menyuruhnya.

Setelah urusan di rumah telah selesai. Laras mengantar Dina menuju sekolahnya dengan mobil pribadi milik Laras. Ketika mereka telah sampai di halaman sekolah Dina, sudah ada guru yang menyambut. Menunggu kehadiran Dina dan Laras.

"Pagi, Bu ..."

"Pagi, juga ..." Laras

Dina langsung mencium tangan Laras dan Ibu guru. Laras mendekatkan wajahnya sejajar dengan Dina. Memberikan nasihat agar Dina menjadi murid yang baik.

"Ibu tinggal, yaa ... Kamu baik-baik disini, oke?" -Laras

Senyum manis Laras membuat suasana pagi hari itu menjadi sangat cerah. Walau sudah memasuki usia 35 tahun, kecantikan Laras tidak pernah hilang sedikit pun.

"Baik, Bu ... Permisi ..." -Laras

"Mari ..."

Laras pergi meninggalkan mereka. Ketika ia sudah berada di tempat parkir mobil, ponsel di dalam tas Laras tiba-tiba berdering.

Drrtt ...

Drrtt ...

Laras melihat sebuah nama sahabatnya yang tertera di depan layar ponselnya. Laras merasa bingung, kenapa sahabatnya tiba-tiba menghubunginya sepagi ini.

"Maya? Tumben-tumbenan dia nelpon ... apa ada yang penting?" -Laras

Kemudian Laras menerima panggilan itu. Ketika Laras mencoba mendengar apa yang ingin Maya katakan, tiba-tiba suara tangisan Maya membuat Laras kaget.

Huhu ...

Aaaaa ...

Laras ...

"Maya? ... Ada apa May?" -Laras

"Gua baru aja di putusin La! Gua pengen ketemu lu ... Gua pengen cerita ... Huhuuu ..." -Maya

Mendengar itu, membuat Laras sedikit mengeluarkan suara seperti tertawa. Tapi kecil. Karena hal ini, bukanlah hal yang baru pertama kali terjadi.

Selama bersahabat dengan Maya, ia selalu menjadi korban perselingkuhan. Yang berakhir dengan hubungannya yang tidak lanjut.

"Lu baru aja ketawa, La?" -Maya

"Nggak, kok! ... Nggak ..." -Laras

"Ih, jahat banget sumpah! ... Aaaa" -Maya

"Yaudah, oke-oke maaf! Mau ketemu kapan, paling-paling gua bisa nanti sore ... Itu juga bawa Dina paling, nggak apa-apa?" -Laras

"Yaudah, nggak apa-apa ..."

"Nanti gua kabarin lagi tempatnya. Terimakasih, yaa ... Muaach! Byee!" -Maya

Lagi-lagi, Laras dibuat tertawa oleh tingkah sahabatnya ini.

"Haha, iyaa ... Bye." -Laras

Percakapan itu berakhir. Kini, Laras sudah mempunyai janji untuk bertemu dengan Maya nanti sore. Laras lagi-lagi menghembuskan nafas dan menggeleng-gelengkan kepalanya sebelum kembali masuk kedalam mobil.

Pyuuh~

Bersambung ...

1
Nii
semangat Thor
Imenfirewood: Aaaa~ terims!
total 1 replies
𝙈𝙤𝙟𝙖_𝙠𝙤(⁠◕⁠ᴗ⁠◕⁠✿⁠)
wah ide bagus, aku si yes👍
𝙈𝙤𝙟𝙖_𝙠𝙤(⁠◕⁠ᴗ⁠◕⁠✿⁠): Sama-sama semangat kak
total 2 replies
Wida_Ast Jcy
keren Thor... saling dukung yuuk. baca 1bab tiap hari. dan like perbab yukk
HNP_FansSNSD/Army
Ceritanya bagus Kaka 💐💐💐. Jangan lupa mampir di novel aku, Professor & student Love through, & novel baru berjudul Tahta Dari Dosa.
HNP_FansSNSD/Army
terus ini nantinya gimana???
Imenfirewood: Nggak seru dong .. kalo di ceritain! hihi .. pokoknya bikin penasaran dah. Terimakasih yaa, sudah baca sampai sini ..
total 1 replies
HNP_FansSNSD/Army
aku usahain tekunin ya Thor.
Imenfirewood: Waah! ... Siapapun dan dimana 'pun kamu, terimakasih, yaa ... Senang dengarnya!
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!