NovelToon NovelToon
DIHIANATI CALON SUAMI, DAPAT PRESDIR

DIHIANATI CALON SUAMI, DAPAT PRESDIR

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / One Night Stand / Selingkuh / Pernikahan Kilat / Percintaan Konglomerat / Romansa
Popularitas:8.3k
Nilai: 5
Nama Author: uutami

udihianati sahabat sendiri, Amalia malah dapat CEO.

ayok. ikuti kisahnya ☺️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon uutami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 29

Pagi itu, sinar matahari yang biasanya hangat terasa dingin di kulit Lia. Suara pintu ditendang keras membuatnya tersentak bangun. Jantungnya berdebar hebat.  Semalam, dia memang tidak tidur dengan cukup.

Brakk!

"Bangun, Tuan Putri!" suara sinis Rika menggema di kamar tamu yang pengap.

Lia duduk kaget di ranjang kamar, rambutnya kusut dan mata masih sembab.

"Apa-apaan ini?" gumamnya.

Dua pria kekar masuk di belakang Rika, berdiri seperti penjaga penjara.

"Sepertinya, kau masih bisa tidur manis setelah membuat keluarga hancur, ya, Tuan Putri?" ejek Rika sambil menyilangkan tangan di dada.

Lia bangkit perlahan. "Kau datang pagi-pagi hanya untuk menyebar racun dari mulutmu?"

Rika tertawa, "Hahaha, kau yang menghisap racunmu sendiri. Cepat bangun, Li. Kita harus cepat ke pesta. Semua sudah menunggu, dan kamu malah enak-enakan di sini."

Lia tetap diam tak beranjak.

"Kau akan menikah hari ini. Kau tau, kan? Berterima kasihlah, papa memilihkanmu seorang pengusaha kaya. Punya banyak uang. Hidupmu pasti terjamin, kau bisa hidup enak. Tapi ya... katanya dia juga suka koleksi perempuan," kata Rika sambil terkekeh. "Dan kau akan jadi salah satunya."

Lia mengerutkan alis. "Kalau dia suka koleksi perempuan, kenapa bukan kamu saja? Apa kau tak ingin hidup enak? Semua kemewahan  bisa kau dapatkan. Kau lebih cocok dari pada aku. Kau juga anak kandung Basuki. Aku ini cuma beban menurut kalian."

Rika tertawa pendek. "Hahahaha, kau memang beban, makanya kami singkirkan. Biar dapat win-win solusion, papa pilihkan  pria yang tepat!" sinisnya.

"Aku kan anak baik. Enggak pernah kabur. Enggak pernah bikin kekacauan. Gak pernah bikin malu sekeluarga. Enggak bikin mama sakit. Beda sama kamu," sambungnya semakin sinis.

"Di mana mama?" tanya Lia, nadanya tajam.

"Kau tak perlu tau, kau hanya... Perlu nurut..." balas Rika menghindar.

"Siapkan dia," Rika memberi isyarat.

Dua pria mendekat.

"Jangan sentuh aku!" teriak Lia, tapi tubuh mungilnya mudah saja ditarik oleh satu dari mereka.

"Diam, Nona. Perintah atasan," ujar salah satu pria, suaranya berat. "Buat ini lebih mudah dengan menurut!"

"Lepas! Lepas!"

Lia memberontak, meronta, tapi cengkeraman mereka seperti batu. Rika mengikuti di belakang, menikmati setiap detik penderitaan Lia.

"Simpan tenagamu, Lia! Kau butuh itu untuk melayani suamimu nanti malam. Hahaha."

Di sebuah rumah besar di pinggiran kota, Lia didudukkan di depan cermin besar. Seorang penata rias mulai bekerja tanpa sepatah kata. Lia hanya bisa menatap bayangannya yang asing, wajahnya pucat dengan bekas luka kecil di pelipis.

"Tutupi bekas lebam di wajahnya. Pastikan terlihat sempurna," suruh Rika.

"Baik, nona."

"Di mana mama?" tanya Lia untuk kesekian kalinya. Ia tak lagi memberontak dan duduk diam, karena ia tau, semua hanya sia-sia. Benar, dia harus menyimpan tenaganya untuk digunakan di saat yang tepat.

Tak ada jawaban. Rika pergi.

Usai dirias, Lia ditinggal sendiri. Ia berdiri, berjalan ke pintu.

"Apa? Tidak dikunci?" gumamnya tersentak. Walau tak begitu yakin, Lia coba menarik handel pintu. Dia mengintip dari secelah garis, di kedua sisi pintu, ada dua penjaga yang kemarin.

Ia menarik napas dalam, lalu memutar tubuhnya pelan setelah menutup pintu. "Aku tak bisa kabur sekarang."

Ia memandang ruangan itu berkeliling. Satu-satunya jalan keluar hanyalah pintu tadi.

Ia duduk lagi. Pasrah. Tapi pikirannya terus bertanya, di mana Mama? Apa yang dilakukan? Apa yang terjadi dengannya?

Tiba-tiba pintu terbuka.

"Li..." suara itu lembut, familiar.

"Mama?" Lia berdiri cepat. "Astaga... Mama!" matanya membesar.

Silva melangkah masuk, mengenakan kebaya sederhana, wajahnya tampak sehat meski ada kerutan cemas di dahinya.

"Li..."

"Mama, Mama baik-baik saja? Katanya Mama sakit parah!" tanya Lia nyaris berteriak.

Silva menunduk. "Mama memang sakit."

"Sakit apa, ma? Kemana mama semalam?" cecar Lia karena memang tak melihat mamanya sama sekali.

"Dengarkan mama, Lia," pinta Silva menggenggam  tangan Lia. "Mama mohon... jangan rusak pernikahan ini."

Lia terdiam beberapa detik, matanya tak percaya. "Apa maksud mama."

"Dengar, nak. Mama lakukan ini demi kamu, juga.

"Demi aku?" Alis Lia berkerut.

"Li, mama..."

"Mama sakit apa?" potong Lia. Ia seperti tau apa yang sedang terjadi, tapi ia berusaha menyangkalnya. "Katakan mama sakit apa, sampai aku harus diseret kemari?"

Silva menatap penuh penyesalan. "Maafkan, mama, Li."

"Apa?!" Lia menatap mata Silva mencari kejujuran. "Mama tidak sakit?"

"Mama sakit, Nak."

"Sakit apa?" kejar Lia mengunci mata mamanya dengan matanya.

"A-anemia." Silva menjawab ragu. "Lia dengarkan Mama, Mama mohon, kali ini menurutlah dan menikah."

"Jadi mama tidak benar-benar sakit?" Lia tersenyum getir. "Kenapa aku, Ma?! Mama tahu ini gila? Dia... orang itu bahkan bukan siapa-siapa! Aku bukan barang, Ma!"

"Sayang, Mama mohon dengarkan Mama. Setelah Papamu meninggal, Mama kehilangan arah. Mama kehilangan hidup Mama. Mama sangat kosong dan menderita. Tapi, setelah mas Basuki datang dalam hidup Mama, mama merasa hidup lagi. Mama menemukan hidup Mama yang hilang. Mama tak bisa kehilangan dia, Li."

Silva tergugu, ia menangis. Sedangkan Lia tak bisa percaya dengan apa yang baru sama dia dengar.

"Lia, Mas Basuki bilang akan menceraikan Mama kalau kamu tidak menikah kali ini..." Silva menggenggam tangan Lia, dengan wajah memohon. "Mama mohon, lakukan ini untuk Mama. Mama sudah lakukan banyak untukmu, lakukan ini untuk Mama. Mama mohon...."

Lia menggeleng, "Dan Mama rela jual anak sendiri demi kesenangan Mama?!" suara Lia meninggi. "Dia itu toxic, Ma. Kenapa Mama bisa sebucin ini dengannya?"

Hati Lia hancur, lebih hancur karena mamanya memaksa demi kebahagiaannya sendiri.

"Kenapa Mama tega padaku? Apa Mama tidak bisa menjaga apa yang papa tinggalkan? Aku...."

Air mata Lia jatuh, tak bisa dia menahan butiran bening itu lebih lama. Luka yang Silva tancapkan jauh lebih dalam dan sakit. Sebuah penghianatan, yang dilakukan oleh mamanya sendiri.

"Lia, jangan menangis... nanti riasanmu rusak," ucap Silva sambil mengusap pipi Lia. "Oh, ya Tuhan. Kamu harus sempurna di hari bahagia ini."

"Aku enggak bahagia, ma." Lia menepis tangan mamanya. "Dan asal Mama tau, aku sudah menikah."

Mata Silva lebar. "Menikah? Dengan siapa? Kenapa kamu enggak memberitahu mama? Kau hanya mengada-ada, kan? Jangan kacaukan yang ini, Lia! Papamu sudah merencanakan ini dengan sangat matang. Jika sampai gagal, mama... Mama bisa...."

Lia tersenyum getir... "Mama sama sekali tidak perduli padaku... Mama sangat egois."

"Jangan katakan itu Lia, dia juga seorang pengusaha. Walau istrinya banyak, tapi dia pasti menyayangimu dan memperlakukanmu dengan baik."

Lia tertawa, "Hahaha... Ternyata Mama... ternyata Mama lebih takut ditinggal suami daripada kehilangan anak!" suara Lia pecah, mengguncang ruangan itu.

Silva memeluk Lia, tapi Lia mendorong pelan.

"Aku gak kenal Mama lagi..."

Tiba-tiba suara keras menggelegar dari belakang pintu.

Brakk!

"Silva!" Basuki masuk dengan langkah marah. "Apa yang kau lakukan di sini?!"

Silva mundur. "Aku cuma ingin bicara dengan Lia..."

"Keluar! Ini urusanku!" hardiknya.

"Aku hanya membujuknya agar tak mengacau lagi, mas."

Lia berdiri dengan mata merah. "Kau puas? Kau berhasil. Mama sudah jadi bonekamu."

Basuki mendekat, menatap Lia seperti serigala mengawasi mangsanya. "Satu kata saja, Lia... kalau kau berani mengacau, aku bersumpah kau akan benar-benar menyesal dilahirkan."

Silva menahan tangan Basuki, memohon. "Tolong, jangan sakiti dia. Dia anakku."

Basuki menepis tangan Silva. "Kau masih ingat apa yang aku katakan, kan, Silva!? Keluar!"

Silva menoleh ke Lia sekali lagi, penuh air mata. "Maafkan Mama..."

Basuki menyeret Silva keluar, menutup pintu dengan keras.

Brak!

Lia terisak pelan, tubuhnya lemas. Ia memandang cermin. Wajahnya cantik, tapi matanya... kosong.

****

Lia melangkah keluar dari ruang rias, dengan diampit oleh dua orang penjaga. Ia tak punya kesempatan kabur. Saat ia berjalan di karpet merah menuju panggung, semua mata tertuju padanya.

"Wah, dia cantik sekali."

"Iya, sangat cantik."

"Pantas saja, tuan Takur sangat menginginkannya."

"Ya Tuhan, aku jadi iri."

"Hah? Iri? Coba saja nikah sama pria tua."

Suara-suara pujian mengiringi langkah Lia. Riasan Lia memang sudah diperbaiki, dan dia memang sangat cantik. Namun, wajah cantiknya berbanding terbalik dengan suasana hatinya yang hancur.

Langkah kaki Lia sampai di panggung, tiba-tiba dari arah pintu Aula, terdengar keributan.

1
aku
habis ngakak pekara bebby, endingnya nyesek baca sesaknya lia 😭😭
Cinta_manis: eh, makasih Kak udah komen/Drool/
total 1 replies
aku
haluin komuk bebby pas nyongkel jendela wkwkwkwkwk
Cinta_manis: hehehe, iya ya ka
total 1 replies
Sri Rahayu
hajar saja Lia....harusnya sampe Jono peyang 🤩🤩🤩🤩🤩
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!