Liora tak pernah menyangka jika pertemuannya dengan Marvin akan membawanya pada sesuatu yang menggila. Marvin, pria itu begitu menginginkannya meskipun tahu jika Liora adalah adik iparnya.
Tidak adanya cinta dari suaminya membuat Liora dengan mudah menerima perlakuan hangat dari kakak iparnya. Bukan hanya cinta yang Marvin berikan, tapi juga kepuasan diatas ranjang.
"Adikku tidak mencintaimu, jadi biar aku saja yang mencintaimu, Liora." ~ Marvin Leonardo.
📍Membaca novel ini mampu meningkatkan imun dan menggoyahkan iman 😁 bukan area bocil, bijak-bijaklah dalam membaca 🫣
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Red_Purple, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 ~ CTDKI
Seorang wanita menyusul turun dari dalam mobil bersamaan dengan larinya gadis kecil itu yang langsung disambut gendongan oleh Marvin. Tubuh tinggi semampai, rambut panjang terurai dengan gaun semi-formal berwarna merah maroon membuat penampilan wanita itu terlihat menawan.
"Ara, jangan suka memanggil Om Marvin dengan sebutan begitu, Sayang." ujar wanita itu seraya mengusap punggung gadis kecil yang ada di gendongan Marvin.
"Tidak apa-apa, Sabrina." ujar Nyonya Eliza, tersenyum. "Memang sudah saatnya kamu memberikan ayah baru buat Kiara."
Marvin mendesah kesal, menatap sang Ibu sebentar kemudian menurunkan Kiara dari gendongannya. "Tuan putri, ayo masuk, didalam ada banyak makanan enak yang bisa kamu habiskan."
"Beneran, Om?" tanya Kiara dengan mata berbinar, gadis kecil itu bersorak bahagia kemudian masuk dengan diantar dua orang pelayan.
Marvin menatap Liora sebelum kembali berbicara. "Dia Sabrina, istrinya temanku. Dan gadis kecil tadi Kiara, putrinya." ucapnya menjelaskan, seakan takut Liora akan salah paham dengan apa yang wanita itu lihat dan dengar.
"Sabrina ini seorang janda, suaminya meninggal dalam kecelakaan empat tahun yang lalu. Itulah sebabnya Kiara sangat dekat dengan Marvin dan selalu menganggap Marvin ini seperti papanya," ujar Nyonya Eliza, sengaja memperjelas tentang status Sabrina didepan Liora.
"Sabrina, dia ini Haikal, adiknya Marvin. Dan ini Liora, istrinya." lanjutnya memperkenalkan.
Sabrina mengulurkan tangannya pada Liora, "Hay, Liora, namaku Sabrina."
"Liora." jawab Liora membalas uluran tangan Sabrina.
Nyonya Eliza tersenyum melihat keakraban dua wanita muda itu. "Kalian berdua sangat cocok menjadi ipar." ujarnya, mengabaikan tatapan sang putra yang saat ini tengah menatap tajam padanya. Jika tidak ada Sabrina disana, mungkin Marvin sudah langsung menegur ibunya.
Liora menurunkan pandangannya, mulai merasa tidak nyaman berada disana, apalagi sejak kedatangan Sabrina dan putrinya. Sikap dan kata-kata yang ditunjukkan oleh Nyonya Eliza seolah memang sengaja, wanita itu seperti sedang menyindir Liora dengan cara halus, agar Liora sadar akan status mereka sekarang.
Acara makan malam pun dimulai, mereka duduk mengitari meja panjang itu dengan Liora yang duduk di samping Haikal, sementara Marvin duduk di depannya bersama dengan Kiara dan Sabrina. Keakraban yang mereka bertiga tunjukkan membuat mereka terlihat seperti keluarga kecil yang bahagia.
Beberapa kali Marvin melihat kearah Liora yang menunjukkan ekspresi berbeda sejak kedatangan Sabrina dan Kiara. Dia tahu wanita-nya itu pasti mulai merasa tidak nyaman dan salah paham, apalagi ibunya terus mengeluarkan kata-kata yang terkesan menyudutkan.
"Ini sudah terlalu malam, biarkan saja mereka pulang," ucap Marvin saat ibunya menyuruh pelayan untuk menyajikan hidangan penutup.
"Buru-buru sekali," sanggah Nyonya Eliza. "Ibu sudah menyiapkan kamar, malam ini mereka semua akan menginap disini." ucapnya yang menimbulkan keterkejutan diwajah mereka yang duduk disana.
"Beneran Oma? Kiara boleh nginep disini sama Om Marvin?" tanya gadis kecil berusia lima tahun itu dengan polos.
"Tentu saja boleh dong, Sayang. Oma sudah menyiapkan kamar untuk kamu dan mama kamu." sambut Nyonya Eliza sembari tersenyum senang.
"Horeeee." Kiara bersorak gembira. "Kalau begitu nanti Kiara mau bobonya bareng mama dan Om Marvin. Bolehkan, Om?" gadis itu menatap Marvin dengan wajah penuh harap.
Kedua tangannya saling meremas diatas pangkuan, pandangannya bertemu dengan mata Marvin saat kakak iparnya itu menatapnya. Terdengar konyol memang, tapi Liora merasa cemburu dengan anak kecil bernama Kiara itu. Membayangkan bagaimana Marvin akan tidur satu ranjang dengan Sabrina, hati Liora memanas.
❄️
❄️
"Aku minta maaf atas sikap Casandra tadi siang," ucap Haikal saat mereka sudah ada didalam kamar yang disiapkan oleh Nyonya Eliza untuk mereka tempati malam ini. Permintaan untuk menginap akhirnya tidak bisa mereka tolak karena Nyonya Eliza terus memaksa.
"Aku tidak mempermasalahkan tentang hal itu." jawab Liora yang kini sudah duduk di tepian ranjang bersama dengan suaminya. "Tapi... Aku tetap pada keputusanku. Besok aku akan pamit dan keluar dari rumah orang tuamu, secepatnya aku akan mengurus perceraian kita, Mas."
Haikal menurunkan tubuhnya, berjongkok dengan satu kaki dihadapan istrinya dan menggenggam tangannya.
"Tidak bisakah kita memulai semuanya dari awal, Liora? Aku akan melupakan apa yang pernah terjadi antara kamu dan kak Marvin. Tapi tolong jangan meminta bercerai denganku." Haikal berkata dengan tulus, matanya berkaca-kaca.
"Hubungan kita sudah tidak bisa diperbaiki lagi, Mas. Kebersamaan kita hanya akan saling menyakiti. Berpisah adalah jalan terbaik untuk saat ini. Maaf."
Perubahan itu bisa Liora lihat dalam diri suaminya, tatapan yang dulu dingin kini penuh dengan cinta saat menatapnya. Namun itu tidak bisa menjadikannya alasan untuk tetap bertahan, hatinya kini sepenuhnya adalah milik Marvin. Selain itu, masih ada wanita lain yang juga menginginkan suaminya, yaitu Casandra.
Liora melepaskan tangannya dari genggaman suaminya, berpamitan untuk mencari udara segar diluar kamar. Pintu kamar Sabrina yang tidak ditutup membuatnya bisa melihat jika saat ini Marvin sedang berada di atas ranjang bersama dengan Sabrina dengan Kiara yang berbaring ditengah-tengah. Liora memilih abai dan melanjutkan langkahnya kembali, mencari tempat yang nyaman dirumah itu untuknya menyendiri.
"Selamat malam, Nona. Apa Nona butuh sesuatu?" tanya seorang pelayan yang berpapasan dengan Liora.
"Ah, tidak, terimakasih. Aku hanya ingin melihat-lihat rumah ini saja," jawab Liora dengan senyuman yang dipaksakan diwajahnya.
"Baik, Nona. Kalau Nona butuh sesuatu, Nona bisa langsung panggil saya atau pelayan yang lain."
Liora mengangguk, lalu melanjutkan langkahnya hingga sampai ke halaman belakang rumah tersebut. Air kolam yang nampak tenang tak setenang hatinya saat ini, mengingat apa yang dia lihat tadi dikamar Sabrina membuat hatinya merasa kesal dan cemburu. Namun dia hanya bisa diam dan menahan kekesalannya itu dalam hati, sadar akan statusnya yang masih istri dari Haikal, adik ipar Marvin.
"Bagaimana? Kamu sudah melihatnya sendiri bukan?"
Suara Nyonya Eliza membuat Liora yang sedang melamun terkesiap, melihat Nyonya Eliza sudah berdiri tidak jauh dibelakangnya saat dia menoleh.
Nyonya Eliza melangkahkan kakinya mendekat. "Sabrina berasal dari keluarga terpandang dan dia adalah wanita berpendidikan tinggi. Bagaimana menurut kamu, Sabrina dan Marvin adalah pasangan yang serasi kan?"
Liora diam, sekarang dia tahu tujuannya diundang datang kesana. Makan malam hanyalah kedok belaka, tujuan Nyonya Eliza mengundangnya datang adalah untuk membuatnya sadar akan statusnya yang sebenarnya. Meskipun dia bercerai dari Haikal, hubungannya dengan Marvin tidak akan mungkin mendapatkan restu, terutama ibunya Marvin yang pasti akan menentang hubungan mereka.
Nyonya Eliza menatap Liora dengan tatapan serius, sikap ramah yang dia tunjukkan sebelumnya kini sudah tidak terlihat lagi dan berganti dengan sikap tegas yang wanita itu tunjukkan.
"Sudah baik suami saya mau mengangkat derajat kamu yang berasal dari panti asuhan dengan menjadikan kamu sebagai istri Haikal, jadi jangan serakah Liora. Sampai kapanpun saya tidak akan merestui hubungan kamu dengan Marvin." suara tenangnya penuh dengan penekanan, matanya menatap tajam pada Liora.
"Sebaiknya kamu sadar diri, jauhi Marvin karena Marvin akan saya jodohkan dengan Sabrina. Dia jauh lebih pantas untuk menjadi pendamping hidup Marvin." tegasnya.
❄️
❄️
❄️
Bersambung....