Lin Feng, "Tuan Muda Teoris" dari Klan Lin, adalah bahan tertawaan di Akademi Awan Hijau. Dia jenius strategi, tapi bakat bela dirinya nol besar.
Segalanya berubah drastis saat arwah kakek-kakek telanjang mesum merasuki mata kirinya, memberinya kekuatan cheat [Mata Penjiplak] yang bisa meniru dan menyempurnakan jurus apa pun seketika.
Berbekal otak licik, mata copy-paste super, dan panduan kakek mesum di kepalanya, Lin Feng kini siap mengacak-acak dunia Jianghu. Ini adalah kisah di mana dia mempermalukan para jenius, men- trol/ musuh-musuhnya, dan mengejar tujuan utamanya membangun harem terbesar dalam sejarah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ex, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 bagian 2
Mata Lin Feng tertuju pada Bai Qianqian, yang berdiri gemetar di antara karung-karung berbau busuk.
"Dia... asetku yang paling berharga."
Pikiran itu begitu jelas dan logis, seperti sebuah rumus matematika. Di dunia Klan Lin, kesetiaan absolut yang telah teruji... adalah komoditas yang lebih mahal daripada "Ginseng Darah Seribu Tahun".
Dan gadis ini... baru saja membuktikannya.
Bai Qianqian, di sisi lain, masih membeku. Dia telah mengembalikan tumpukan uang itu dan sekarang berdiri dengan kepala tertunduk, menunggu perintah selanjutnya, mungkin untuk kembali menyikat toilet.
Lin Feng menatap tumpukan uang kertas perak di atas karung.
"Ini," kata Lin Feng, suaranya datar. "Merepotkan."
Bai Qianqian langsung panik, mengira dia melakukan kesalahan. "M-Merepotkan, Tuan Muda?! M-Maaf! A-Apa saya... s-salah beli? A-Apa... apa uangnya kurang?!"
"Bukan itu, bodoh," potong Lin Feng. Dia menunjuk tumpukan uang itu. "Ini. Bolak-balik. Memberimu uang, kau mengembalikannya... itu tidak efisien."
Dia mengambil tumpukan uang kembalian itu.
Lalu, dia memisahkannya.
Dia mengambil setumpuk uang kertas, mungkin sekitar 50 tael perak.
Dia melemparkannya ke kaki Bai Qianqian.
PLAK.
Uang itu mendarat di debu, tepat di depan sandal jeraminya yang usang.
Bai Qianqian terkesiap. Dia menatap tumpukan uang itu... lalu menatap Lin Feng dengan ngeri.
"T-T-Tuan Muda...?! A-Apa ini...?!"
"Itu," kata Lin Feng, "upahmu."
"U-UPAH?!"
Qianqian menjerit pelan, suaranya terdengar seperti baru saja ditusuk. Dia buru-buru berlutut dan mencoba mengembalikan uang itu.
"T-TIDAK, TUAN MUDA! S-SAYA TIDAK BISA! T-TIDAK Bo-boleh! S-Saya... s-saya budak akademi! S-Saya tidak boleh... T-Tuan Muda sudah mengajari saya tentang pernapasan! I-Itu... itu sudah bayaran yang tak terhingga!"
Lin Feng menghela napas. "Berhenti bersikap dramatis. Berdiri."
"T-Tapi..."
"BERDIRI," ulangnya, lebih dingin.
Qianqian berdiri dengan gemetar, air mata menggenang di matanya.
"Kau," kata Lin Feng, menatapnya dari atas ke bawah. "Adalah... asisten proyek rahasiaku."
Dia menunjuk ke karung-karung kotoran. "Ini bisnis yang kotor. Kau akan sering berlari ke kota. Kau akan mendengar rumor. Kau akan membeli lebih banyak barang menjijikkan untukku."
"Aku tidak bisa," lanjutnya, nadanya menghina. "...membiarkan asisten-ku... terlihat seperti pengemis yang kelaparan. Itu... merusak citra-ku."
"BWAHAHAHA! ALASAN YANG SEMPURNA!" seru si Kakek di kepalanya. "KAU MENYEBUTNYA 'ASISTEN'! KAU MEMBERINYA JABATAN! KAU MENGUNCI HATI DAN JIWA SIALANNYA!"
Lin Feng menunjuk ke 50 tael perak di lantai.
"Itu bukan upah. Itu... dana operasional. Dan..."
Matanya yang tajam menatap lengan kurus Qianqian. Dia teringat diagnosis mata kirinya: Malnutrisi Kronis.
"Gunakan sebagian uang itu," katanya, suaranya terdengar jengkel. "...untuk membeli makanan. Daging. Roti. Sesuatu yang berlemak."
"Jika kau pingsan karena kelaparan saat menjalankan tugasku," tambahnya, "aku akan... sangat kesal."
...
Hening.
Bai Qianqian menatap Lin Feng.
Bibirnya mulai bergetar.
Dia... dia tidak hanya memberinya uang. Dia... menyuruhnya... makan?
Dia menyuruhnya membeli daging?
Selama ini, dia hidup dari sisa-sisa makanan akademi. Kadang-kadang dia tidak makan selama dua hari.
Dan Tuan Muda ini... iblis yang ditakuti semua orang ini... baru saja... menyuruhnya makan?
Itu adalah batasnya.
Pertahanannya hancur total.
"WAAAAAA.... H-HUUU... Hiks... T-Tuan... T-Tuan Muda....!"
Gadis kecil itu tidak bisa menahannya lagi. Dia tidak berlutut. Dia hanya berdiri di sana, menutupi wajahnya dengan tangan kotornya, dan menangis.
Dia menangis sejadi-jadinya. Tangisan yang menyedihkan, penuh rasa terima kasih, dan sedikit memalukan.
"BERISIK!" bentak Lin Feng, terlihat sangat tidak nyaman. "Kau mengganggu! Suaramu seperti kucing terjepit! Kau membuat gudang ini basah!"
"H-Hiks... M-Maaf... T-Tuan Muda... hiks... T-Terima kasih... T-Terima kasih..."
"Ambil uangnya!" perintah Lin Feng. "Dan pergi! Cuci mukamu! Aku tidak mau melihatmu lagi hari ini!"
"B-BAIK, TUAN MUDA!"
Dengan gerakan yang kikuk dan masih terisak, Bai Qianqian buru-buru menyambar 50 tael perak itu dari lantai, memeluknya erat-erat ke dadanya seolah itu adalah seluruh dunianya (dan memang benar).
Dia membungkuk... masih sambil terisak... lalu berbalik dan lari keluar dari gudang bobrok itu, meninggalkan Lin Feng sendirian dengan sisa uang, tungku penyok, dan berton-ton kotoran kelelawar.
Lin Feng menghela napas panjang. "Sangat... merepotkan."
"HAHAHAHAHA!" tawa si Kakek. "merepotkan?! NAK, KAU BARU SAJA MEMBELI KESETIAAN ABADI SEHARGA 50 TAEL! ITU INVESTASI TERBAIK DALAM SEJARAH!"
"SEKARANG!" suara si Kakek berubah menjadi semangat. "Lupakan gadis yang menangis itu! Waktunya bekerja! AYO, 'ALKEMIS BONEKA'-KU! AYO KITA BUAT 'PIL KUDA JANTAN' PERTAMA KITA!"
tapi overall, ini cukup bagus👍
untuk kalimat 'haaaah' ini seperti menghela napas kan? harusnya Hoamm, mungkin?🤭
maaf kak sok tau, tapi aku lebih nyaman begitu🙏