Ivana Joevanca, seorang wanita ceria dan penuh ide-ide licik, terpaksa menikah dengan Calix Theodore, seorang CEO tampan kaya raya namun sangat dingin dan kaku, karena tuntutan keluarga. Pernikahan ini awalnya penuh dengan ketidakcocokan dan pertengkaran lucu. Namun, di balik kekacauan dan kesalahpahaman, muncul percikan-percikan cinta yang tak terduga. Mereka harus belajar untuk saling memahami dan menghargai, sambil menghadapi berbagai tantangan dan komedi situasi yang menggelitik. Rahasia kecil dan intrik yang menguras emosi akan menambah bumbu cerita.
“Ayo bercerai. Aku … sudah terlalu lama menjadi bebanmu.”
Nada suara Ivy bergetar, namun matanya menatap penuh keteguhan. Tidak ada tangis, hanya kelelahan yang dalam.
Apa jadinya jika rumah tangga yang tak dibangun dengan cinta … perlahan jadi tempat pulang? Bagaimana jika pernikahan ini hanyalah panggung, dan mereka akhirnya lupa berpura-pura?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosee_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1 - Jebakan Kemewahan
Apa kau orang bodoh?
Aku sudah sering mendengar lontaran itu diarahkan kepadaku. Mereka bilang ... aku adalah salah satu manusia yang telah jatuh dalam kebutaan terhadap cinta — hanya karena mereka tidak setuju dengan caranya mencintaiku.
Ivana Joevanca. Nama itu akan membawamu untuk melihat bagaimana aku hidup dengan perasaan yang telah mati rasa. Karena aku ... hanya sekedar raga yang bernafas untuk tetap hidup.
Menikahlah dengan seseorang yang tepat, maka kau akan merasakan indahnya dunia yang telah kau pilih. Namun — bagaimana jika kita aku tidak pernah diberikan kesempatan untuk memilih?
Pernikahanku diawali dengan pernikahan bisnis. Orang tuaku memperkenalkannya padaku untuk pertama kali — Calix Theodore yang kini telah menjadi suamiku selama empat tahun.
Bagaimana keadaan kami? Terlihat seperti pasangan normal lainnya. Kami sepakat untuk saling bertanggung jawab. Meski tidak ada cinta, kami tetap menjalani peran seperti suami istri yang bahagia — di depan semua orang.
_ Ivana Joevanca
...***...
Aku akan pulang larut.
Pesan masuk itu tidak mengubah ekspresi dari pemilik ponsel yang telah menunggu di meja makan sejak beberapa saat lalu.
"Julie, bagikan makanan pada semua orang," perintahnya seraya berdiri dari kursinya sendiri. "Calix tidak pulang," lanjutnya.
"Bagaimana dengan Anda, Nyonya? Anda belum makan apa pun." Julie terlihat khawatir.
"Aku sudah kenyang," jawab Ivy seadanya.
Beberapa pelayan yang menunggu di sisi meja hanya terdiam mendengar ucapan terakhirnya. Setelah wanita itu berlalu, barulah mereka berkumpul bersama.
"Nyonya belum makan apa pun, Julie. Haruskah kita beritahu tuan?" tanya salah satu pelayan.
"Jangan ikut campur. Aturannya masih sama, jangan sampai orang luar tahu," peringat Julie. Sebagai kepala pelayan yang mengatur mansion, sudah kewajibannya untuk menjaga nama baik pemilik rumah.
Nyonya sudah makan dan tidur, Tuan. Julie mengirim pesan dengan ponselnya.
Setelahnya, barulah ia menyusul sang nyonya yang berada di halaman belakang, tepatnya di area kolam renang. Julie tahu bahwa wanita itu sering berdiam diri di sana dengan kucing kesayangannya, Poppy.
Benar saja, Ivy tengah termenung sambil mengelus Poppy di pelukannya.
"Nyonya, saya membawakan cookies dan strawberry. Baru saja dibuat dan dibeli hari ini." Julie tersenyum sambil meletakkannya di meja kecil. Sang nyonya belum pernah menolak makanan kesukaannya itu.
"Aku mulai bosan, Julie. Apa aku keluar saja?" Wanita itu mengeluarkan suara tanpa bergeming, namun cukup membuat jantung Julie berdebar kencang tidak karuan.
"Nyonya ..." Julie belum menemukan kata-kata. "Saya akan meminta tuan pulang," ujar Julie akhirnya. Tangannya segera mengeluarkan ponsel, tetapi perkataan Ivy menghentikan tindakannya lagi.
"Mungkin aku bisa bekerja di butik atau membuka usaha. Aku cukup minta Calix dan dia akan menyiapkannya untukku." Ivy bergumam sendirian. Tidak peduli dengan reaksi Julie yang ketakutan di belakangnya.
"Maksud Anda ... Anda bukan ingin bercerai, Nyonya?" tanya Julie hati-hati.
Ivy menoleh padanya. "Memangnya bisa?"
“Tidak bisa!" jawab Julie cepat. "Abaikan pertanyaan saya barusan, Nyonya."
"Lalu kenapa kau bertanya," gumamnya lagi sambil mengambil sebiji strawberry.
Apa arti semua ini, huh? Dirinya tak lain hanya layaknya seorang putri yang tinggal di istana dan tidak bisa berkeliaran bebas, kecuali sang raja mengizinkan.
"Putri yang terkurung di kastel," gumamnya lagi.
Terdiam sesaat, sudut bibir Ivy terangkat kecil setelah ide kecil muncul di kepalanya. Wanita itu beranjak berdiri bersama Poppy dan meninggalkan Julie begitu saja.
...~o0o~...
mungkin si ivy klo melek jg bakal meleyot ya /Applaud/emhh manisnya abang cal/Kiss/
semangat kaka sehat selalu
pliss thor jangan sampai hiatus lagi yaa and jaga kesehatan selalu
smangat 💪💪💪