NovelToon NovelToon
CupidCore System

CupidCore System

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Sistem / Romansa
Popularitas:775
Nilai: 5
Nama Author: stells

Di masa depan, kota futuristik Neo-Seraya mengandalkan sebuah algoritma canggih bernama CupidCore untuk menentukan pasangan romantis setiap orang. Dengan skor kompatibilitas hampir sempurna, sistem ini dipercaya sebagai solusi akhir bagi kegagalan hubungan.

Rania Elvara, ilmuwan jenius yang ikut mengembangkan CupidCore, selalu percaya bahwa logika dan data bisa memprediksi kebahagiaan. Namun, setelah bertemu Adrian Kael, seorang seniman jalanan yang menolak tunduk pada sistem, keyakinannya mulai goyah. Pertemuan mereka memicu pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh angka: bisakah cinta sejati benar-benar dihitung?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon stells, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 22

Kelompok itu duduk di ruang bawah tanah, mendengarkan suara samar kendaraan patroli yang menjauh di luar. Meski lelah, mereka tahu misi belum selesai.

Kai memandang ke arah Adrian. “Apa menurutmu ada pengkhianat di antara jaringan?”

Adrian menggeleng. “Belum ada bukti. Tapi kita tidak bisa mengesampingkan kemungkinan itu.”

Rania menutup catatan dengan hati-hati. “Besok kita harus bergerak sebelum fajar. Jika tidak, semua yang kita lakukan hari ini sia-sia.”

Yara bersandar di dinding beton, memejamkan mata sejenak. Darius tetap berjaga di dekat pintu, mendengarkan setiap suara. Milo mengutak-atik perangkat komunikasinya, memastikan semua jalur aman. Adrian menatap peta lagi, merencanakan langkah selanjutnya.

Pagi buta menyelimuti kota Delta dalam kabut tebal. Kanal lama yang mereka lalui semalam sudah tidak terlihat jelas dari pintu baja ruang bawah tanah. Milo berdiri di dekat pintu, memeriksa perangkat komunikasinya. Lampu indikator berkedip tak teratur, menandakan ada transmisi samar yang tertangkap.

Rania duduk di meja lipat, menyalin ulang catatan tentang simbol bintang ganda. “Kamu menemukan sesuatu?” tanyanya.

Milo mengangguk pelan. “Ada sinyal lemah. Tidak seperti milik Dewan. Ini bisa jadi pesan dari jaringan kita.”

Adrian berjalan mendekat, matanya serius. “Sumbernya?”

Milo menunjuk ke peta digital. “Arah timur laut, dekat sektor Gamma. Tapi sinyalnya putus-putus.”

Yara mengambil peta kertas. “Gamma itu wilayah berbahaya. Banyak patroli dan sensor.”

Kai menyandarkan punggungnya ke dinding. “Tapi jika itu pesan dari jaringan, kita tidak bisa mengabaikannya.”

Darius menambahkan, “Kita harus berangkat sebelum patroli menemukan jejak kita di sekitar gudang semalam.”

Adrian memutuskan cepat. “Kita bergerak dalam satu jam. Kita gunakan kanal kecil untuk mendekat. Milo, periksa rute yang tidak diawasi sensor.”

Milo membuka beberapa lapisan peta di perangkatnya. “Ada jalur pembuangan lama yang mengarah ke Gamma. Tidak dipakai bertahun-tahun, tapi bisa jadi rapuh.”

Rania berdiri. “Itu tetap pilihan terbaik kita.”

Mereka mulai berkemas. Yara memeriksa amunisi cadangan, memastikan setiap senjata siap. Kai menutup tas dengan hati-hati, memastikan peta Delta dan catatan bintang ganda tersimpan aman.

Darius mengintip ke luar pintu baja. Kabut masih tebal, menutupi jalan-jalan dan kanal. “Waktu yang tepat untuk bergerak. Pandangan patroli akan terganggu.”

Adrian memberi aba-aba. “Kita berangkat sekarang. Jangan buat suara keras. Kabut bisa menutupi gerakan kita, tapi suara bisa tetap membawa bahaya.”

Mereka keluar dari ruang bawah tanah, bergerak menyusuri gang kecil di belakang gudang. Langkah-langkah mereka hampir tidak terdengar di jalanan basah. Kabut membuat jarak pandang tidak lebih dari sepuluh meter.

Milo berjalan di depan, memegang peta digital. “Kita belok kanan di ujung gang, lalu turun ke kanal kecil.”

Yara mengikuti, memperhatikan setiap sudut. “Kita harus menghindari jalan utama. Kabut tidak akan menghentikan sensor suara.”

Kai menoleh ke Rania. “Kau siap?”

Rania mengangguk. “Selalu.”

Mereka tiba di kanal kecil yang ditutupi lumut. Tangga besi tua membawa mereka turun ke dasar kanal. Air setinggi mata kaki membuat langkah mereka licin. Darius membantu Yara menyeimbangkan diri.

Adrian memberi isyarat untuk berhenti. Ia mendengarkan sekitar. Jauh di kejauhan, suara kendaraan patroli samar-samar terdengar.

Ia menoleh ke Milo. “Seberapa jauh jalur pembuangan?”

Milo menjawab cepat. “Sekitar dua kilometer ke timur laut.”

Saat mereka melanjutkan perjalanan di kanal kecil, kabut semakin tebal. Suara tetesan air dari pipa tua terdengar berulang-ulang, membuat suasana tegang.

Tiba-tiba, suara benturan logam terdengar dari arah kiri. Yara mengangkat senjata, matanya menyapu kabut. “Siapa itu?” bisiknya.

Tidak ada jawaban. Adrian memberi tanda untuk berhenti. Semua menahan napas.

Rania melangkah maju beberapa langkah dan menemukan pipa bocor yang baru saja jatuh dari posisinya.

“Bukan musuh. Hanya pipa tua.”

Kai menghela napas lega. “Kota ini seperti perangkap saraf.”

Mereka terus berjalan sampai menemukan percabangan kanal. Milo memeriksa peta lagi.

“Ambil jalur kiri. Jalur kanan menuju pusat patroli.”

Darius memastikan tidak ada suara lain sebelum mereka belok kiri.

Kabut mulai memudar sedikit, memperlihatkan bangunan-bangunan tua di atas kanal. Beberapa jendela pecah, dan dinding-dindingnya dipenuhi grafiti lama.

Yara melihat simbol bintang ganda kecil di salah satu dinding kanal. “Tanda lain. Kita di jalur yang benar.”

Mereka melanjutkan perjalanan menyusuri kanal kecil. Air dangkal memercik di bawah langkah mereka, dan suara itu terdengar lebih keras dari yang diinginkan. Adrian memberi isyarat agar semua memperlambat langkah.

Rania menoleh ke Yara. “Kamu yakin tidak ada sensor suara di jalur ini?”

Yara menggeleng. “Aku tidak bisa seratus persen yakin. Jalur lama seperti ini kadang tidak tercatat di peta.”

Milo menatap peta digital. “Tapi ini satu-satunya jalur yang tidak melewati pos patroli.”

Di depan, kanal bercabang lagi. Kai berhenti dan mengangkat tangannya. “Aku dengar sesuatu.”

Semua diam. Dari kejauhan, terdengar bunyi berulang seperti logam digesek. Darius melangkah maju, memperhatikan arah bunyi.

Adrian memutuskan. “Kita cek cepat, jangan terlalu lama di sini.”

Mereka bergerak ke cabang kanan untuk memeriksa. Di ujung lorong pendek itu, mereka menemukan gerbang baja kecil setengah terbuka. Angin meniup gerbang itu, menyebabkan suara gesekan yang mereka dengar.

Rania menutup gerbang perlahan agar suara berhenti. “Hanya ini penyebabnya.”

Kai mengangguk. “Bagus. Kita kembali ke jalur utama.”

Mereka kembali ke jalur kiri dan terus bergerak. Kabut mulai menipis sedikit, tetapi cahaya matahari pagi belum cukup untuk membuat mereka nyaman.

Milo memeriksa perangkatnya. “Sinyal semakin jelas. Kita semakin dekat ke sumbernya.”

Adrian menatap ke depan. “Tetap waspada. Mereka mungkin memasang jebakan di sekitar sumber sinyal.”

Beberapa menit kemudian, mereka menemukan bagian kanal yang tertutup jembatan tua. Di atas jembatan, bayangan samar terlihat bergerak. Darius memberi tanda berhenti.

Yara menyipitkan mata, mencoba melihat lebih jelas melalui kabut. “Satu orang. Tidak ada tanda pasukan.”

Kai berbisik. “Bisa saja pengintai.”

Adrian mengarahkan mereka untuk berlindung di balik dinding kanal. Mereka menunggu beberapa detik, tetapi bayangan itu bergerak menjauh tanpa menoleh ke bawah.

Milo memberi isyarat aman, dan mereka melanjutkan perjalanan. Ketika keluar dari bawah jembatan, Yara menoleh ke atas untuk memastikan bayangan itu tidak kembali. Jalan di atas jembatan kosong.

Rania menatap Adrian. “Kita tidak bisa berhenti lebih lama. Setiap menit berarti risiko lebih besar.”

Adrian mengangguk. “Kita percepat langkah.”

Mereka berjalan lebih cepat, tetapi tetap menjaga suara tetap rendah. Kabut menutupi pandangan di depan, membuat setiap langkah terasa tidak pasti.

Tiba-tiba, suara samar radio terdengar dari perangkat Milo. Ia berhenti, mendengarkan lebih dekat. Suara itu terputus-putus, tetapi kata-kata

“...bintang ganda... sektor Gamma... segera...” bisa dipahami.

Kai mengangkat alis. “Itu pasti pesan dari jaringan.”

Darius berkata, “Tapi jika kita bisa mendengarnya, bukan tidak mungkin Dewan juga bisa.”

Adrian memutuskan. “Kita lanjutkan jalur. Cari titik lebih tinggi untuk menangkap sinyal lebih jelas.”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!