NovelToon NovelToon
Hadiah Terakhir Dari Ayah

Hadiah Terakhir Dari Ayah

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Cinta setelah menikah / Keluarga / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:679
Nilai: 5
Nama Author: GoodHand

Desa Tirto Wening adalah sebuah desa yang ada di pelosok sebuah wilayah Kabupaten. Dipimpin oleh seorang pemimpin berdarah biru yang merupakan keturunan bangsawan keraton, desa itu terkenal dengan kemakmuran warganya.

Mahesa Narendra, pria tampan yang di gadang - gadang akan menjadi penerus kepemimpinan sang Ayah di Desa Tirto Wening, di minta untuk menikahi seorang gadis, putri dari sahabat Ayahnya.

Pak Suteja, sahabat sang Ayah, meminta Raden Mas Mahesa untuk menikahi putrinya yang bernama Anaya Tunggadewi. Semua itu Pak Suteja lakukan untuk melindungi putri semata wayangnya dari keluarga yang sedang memperebutkan harta waris.

Bagaimanakah romansa di antara keduanya?
akankah mereka berdua hidup bahagia?
apakah Anaya akan betah tinggal bersama suaminya di desa?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GoodHand, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

1. Perjodohan

Suasana dingin khas pegunungan menyelimuti Desa Tirto Wening malam itu. Desa terpelosok yang di pimpin oleh seorang kepala desa keturunan bangsawan. Walaupun letaknya terpelosok, Desa Tirto Wening terkenal sebagai desa yang makmur.

‎Berbagai macam tanaman, mulai dari padi hingga sayur mayur, tumbuh subur di sana. Hewan ternaknya seperti sapi, kerbau, kambing dan domba juga terkenal akan kualitasnya yang tinggi. Desa itu pun tak pernah kekeringan walaupun dilanda kemarau. Berbagai macam fasilitas umum pun tersedia dan terawat dengan baik.

‎Semua itu, tak lepas dari campur tangan Kepala Desa mereka yang berdedikasi tinggi. Kepala Desa yang biasa mereka panggil dengan Kanjeng Gusti itu, sangatlah memperdulikan warganya, sehingga warga pun sangat menghormati ia dan keluarganya.

‎Malam itu, Kanjeng Gusti sedang berbincang dengan sahabat terbaiknya yang berkunjung. Tak hanya sekedar berkunjung, pria yang nampak lemah karna penyakitnya itu, tentu juga memiliki tujuan dengan sengaja datang jauh - jauh ke Desa Tirto Wening.

‎"Kang Mas, aku mau menitipkan putriku di sini. Tolong, cuma kamu yang aku percaya." Pintanya dengan penuh harap.

‎"Kenapa kamu tidak melawan keluargamu?. Mereka semua itu sudah keterlaluan. Hanya karna harta, tega menyakiti kakak dan keponakannya." Ujar Kanjeng Gusti dengan geram.

‎"Aku tidak mau Anaya jadi korban kalau aku melawan. Bagaimana caranya, aku bisa menjaga Anaya dan warisan dari Kakeknya. Lebih baik aku dan Anaya menghindar saja." Jelas pria bernama Suteja itu.

‎"Owalah Teja... Teja.. Ya gimana lagi kalau maumu seperti itu, aku ya gak bisa melarang. Tapi kamu ya tau kan, anakmu di sini tidak punya mahram lalu aku punya dua orang 'putra' yang masih perjaka. Aku hanya tidak mau kalau nanti jadi fitnah." Kata Kanjeng Gusti.

‎Tentu saja ia ingin membantu sahabatnya, terlebih ia mengetahui permasalahan yang sedang di alami oleh Suteja. Namun, ada hal lain yang harus ia pertimbangkan. Ia tak ingin keberadaan Anaya nantinya akan menimbulkan fitnah.

‎"Gimana kalau Anaya di nikahkan saja dengan salah satu putramu, Kang Mas. Dari usianya, bukankah Raden Mas Mahesa sudah siap berumah tangga?." Cetus Suteja tiba - tiba.

‎"Iya kalau Mahesa mau. Apa ya Anaya akan menerima jika tiba - tiba di nikahi dengan orang yang ia tidak kenal?." Kanjeng Gusti ragu.

‎"Ini semua ya cuma demi Anaya, Kang Mas. In Syaa Allah, Anaya akan mengerti dan menerima. Apa tidak bisa kalau kita bicara dengan Raden Mas?." Kata Suteja yang tak putus asa membujuk Kanjeng Gusti.

‎Kanjeng Gusti tampak berfikir sejenak, pun Suteja yang menunggu dengan harap - harap cemas. Sesekali Suteja tampak memegangi dadanya yang terasa terhimpit. Pada akhirnya, Kanjeng Gusti menyuruh abdinya memanggil Raden Mas Mahesa untuk menemui ia dan Suteja.

‎Tak lama berselang, datanglah seorang pria gagah nan tampan. Hidung bangir, alis tebal, mata tajam dan garis rahang yang kokoh, membuat pria tampan itu nampak begitu berkharisma. Pria yang di gadang - gadang akan menjadi penerus kepemimpinan di desa itu, bernama Mahesa.

‎"Assalamualaikum." Ucap Mahesa ketika memasuki pendopo kecil tempat Kanjeng Gusti dan Suteja berbincang.

‎"Waalaikumsalam." Jawab Kanjeng Gusti dan Suteja berbarengan.

‎Mahesa langsung menyalami Romo dan sahabat Romonya itu dengan sopan. Ia kemudian ikut duduk bersama setelah di persilahkan.

‎"Ada apa Romo memanggilku?." Tanya Mahesa.

‎"Begini, Nak, Romo dan Pak Suteja berencana menjodohkanmu dengan putri semata wayangnya Pak Suteja." Jawab Kanjeng Gusti tanpa tedeng aling - aling. Tentu saja Mahesa terkejut dengan keinginan Romonya itu.

"Apa gak salah? Apa ada masalah, Mo? Kenapa kok mendadak seperti ini?." Telisik Mahesa.

‎Kanjeng Gusti menarik nafas walaupun tentu saja ia tak terkejut dengan reaksi Mahesa. Hal yang wajar menurutnya jika putranya bereaksi seperti itu. Ia pun meminta Suteja menjelaskan permasalahannya dan pria paruh baya itu, tentu saja memohon bantuan pada Mahesa.

‎Mahesa mendengarkan dengan seksama cerita dari sahabat Romonya. Hatinya pun merasa terenyuh sekaligus geram. Namun, bukan hal yang mudah juga baginya untuk memutuskan pernikahan.

Banyak yang harus di pertimbangkan. Terlebih lagi dengan situasi yang sedang di hadapi oleh Pak Suteja dan keluarganya. Apa lagi mereka berdua sama - sama belum pernah saling bertemu dan menyapa.

‎Tak cukup hanya menceritakan, Suteja pun menunjukkan foto putrinya yang bernama Anaya Tunggadewi. Ia juga menjelaskan karakter anak gadisnya kemudian secara langsung 'meminang' Mahesa untuk menjadi suami putrinya.

‎Gadis di foto itu, nampak cantik dan begitu anggun. Senyumnya manis pun wajahnya terlihat adem. Sejujurnya Mahesa cukup tertarik saat pertama melihat foto gadis bernama Anaya yang ingin di jodohkan dengannya. Entah mengapa, ia merasa ada desiran halus di dadanya ketika melihat foto gadis itu.

‎"Maa Syaa Allah, cantiknya." Batin Mahesa saat melihat foto Anaya di ponsel Suteja.

‎"Bagaimana, Nak? Romo menyerahkan keputusan padamu, karna kamu yang akan menjalankan rumah tangga. Usiamu juga sudah matang kalau mau menikah, Le. Kalau sekiranya ada ketertarikan, tidak ada salahnya kalau di terima, minimal di pertimbangkan dulu." Saran dari Kanjeng Gusti.

‎Mahesa masih terdiam, nampak memikirkan jawaban yang akan ia berikan untuk permintaan mendadak yang di sampaikan oleh Suteja. Ada rasa ragu di hatinya dan tentu ia tak bisa memutuskan jawaban saat itu juga.

"Ngapunten (maaf) Pak Suteja, apakah Anaya akan setuju dengan perjodohan ini?." Tanya Raden Mas Mahesa.

"Aku pernah bilang akan menjodohkan Anaya dengan seseorang dan tak ada protes dari Anaya. In Syaa Allah, dia akan manut (menurut) dengan keputusan Ayahnya. Karna Anaya ini anak yang penurut." Ujar Pak Suteja sambil tersenyum.

‎"Ngapunten (maaf) Romo, Pak Suteja, apa bisa saya memikirkan ini sebentar? Barangkali Romo dan Pak Suteja mau memberikan saya waktu dua hari." Pada akhirnya Mahesa meminta waktu untuk memantapkan hati dalam mengambil keputusan yang tak mudah ini.

‎Kanjeng Gusti menatap ke arah Suteja ketika mendengar jawaban dari putranya. Suteja pun mengangguk setuju dengan permintaan Mahesa.

"Tapi apa bisa, menikah tanpa ada mempelai wanitanya?." Tanya Kanjeng Gusti ragu.

"Tentu bisa, In Syaa Allah akadnya sah karna ada aku sebagai wali sah dari Anaya." Jawab Pak Suteja dengan yakin.

‎"Yasudah kalau begitu. Suteja juga setuju dengan permintaanmu.  Sambil menunggu jawabannya Mahesa, kamu menginap saja di sini, Ja. Jangan pulang dulu. Barang kali kita bisa melakukan akad jika Mahesa setuju." Kata Kanjeng Gusti.

‎"Njih, matur suwun, Kang." Jawab Suteja.

‎Suteja tampak sedikit lega saat melihat reaksi dari Kanjeng Gusti dan Mahesa yang tak menolak mentah - mentah permintaannya. Ia percaya kalau pria muda di hadapannya ini bisa menjaga putrinya. Suteja pun terus berdoa agar Mahesa mau menerima dan menikahi Anaya.

‎Mereka kembali mengobrol, kali ini Mahesa pun tetap di sana dan ikut menemani. Obrolan malam mereka mengalir begitu saja, membicarakan banyak hal, termasuk tentang desa Tirto Wening yang tersohor karna kemakmurannya.

Raden Mas Mahesa tampak betul - betul memikirkan permintaan dari Kanjeng Gusti dan Pak Suteja. Iapun menjalankan sholat istikharah untuk meminta petunjuk pada Allah atas pilihan yang harus ia ambil saat ini.

1
FDS
Bagus, berlatar di desa. alurnya juga menarik
Codigo cereza
Teruslah menulis, ceritanya bikin penasaran thor!
GoodHand: terima kasih
total 1 replies
riez onetwo
Mupeng
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!