NovelToon NovelToon
Kirana Gadis Indigo

Kirana Gadis Indigo

Status: tamat
Genre:Anak Genius / Cinta pada Pandangan Pertama / Tamat
Popularitas:16.8k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Kirana, seorang siswi SMA dengan kemampuan indigo, hidup seperti remaja pada umumnya—suka cokelat panas, benci PR Matematika, dan punya dua sahabat konyol yang selalu ikut terlibat dalam urusannya: Nila si skeptis dan Diriya si penakut akut. Namun hidup Kirana tidak pernah benar-benar normal sejak kecil, karena ia bisa melihat dan berkomunikasi dengan arwah yang tak terlihat oleh orang lain.

Saat sebuah arwah guru musik muncul di ruang seni, meminta bantuan agar suaranya didengar, Kirana terlibat dalam misi pertamanya: membantu roh yang terjebak. Namun kejadian itu hanyalah awal dari segalanya.

Setiap malam, Kirana menerima isyarat gaib. Tangga utara, lorong belakang, hingga ruang bawah tanah menyimpan misteri dan kisah tragis para arwah yang belum tenang. Dengan bantuan sahabat-sahabatnya yang kadang justru menambah kekacauan, Kirana harus menyelesaikan satu demi satu teka-teki, bertemu roh baik dan jahat, bahkan melawan makhluk penjaga batas dunia yang menyeramkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 1 Bisikan Dari danau

Namaku Kirana Ayuningtyas. Aku duduk di bangku kelas sebelas SMA Pradipta. Dilihat dari luar, aku seperti remaja biasa. Tapi kenyataannya... tidak sesederhana itu.

Sejak kecil, aku memiliki kemampuan melihat dan merasakan kehadiran makhluk yang tidak kasat mata. Orang menyebutku anak indigo. Bukan karena aku suka warna biru, tapi karena indra keenamku lebih aktif dari orang kebanyakan.

Awalnya, aku berpikir aku hanya berhalusinasi. Namun setelah kejadian-kejadian aneh terus berulang, aku mulai menerima kenyataan bahwa aku bisa berkomunikasi dengan arwah.

Kemampuan ini seringkali merepotkan, terutama ketika aku harus bersekolah seperti biasa. Bayangkan saja, sedang ulangan tiba-tiba ada suara dari bawah bangku yang memanggil namaku. Atau saat presentasi, tiba-tiba papan tulis jatuh sendiri karena ada arwah iseng lewat.

Namun hari itu, sesuatu yang berbeda terjadi.

Pengumuman dari Ibu Guru

Jam pelajaran Sejarah baru saja dimulai. Ibu Lestari, guru sejarah kami yang terkenal disiplin, berdiri di depan kelas sambil membawa setumpuk kertas.

“Anak-anak, minggu ini kalian akan mendapatkan tugas kelompok. Topiknya adalah Cerita Rakyat Daerah. Kalian boleh memilih daerah mana saja, selama ceritanya berasal dari Indonesia.”

Kelas langsung riuh. Beberapa teman langsung mengangkat tangan, meminta kelompok yang mereka inginkan.

Aku duduk tenang di bangku belakang, sambil membuka bekal roti cokelat buatan Mama.

Ibu Lestari memanggil nama-nama berdasarkan daftar kelompok yang sudah ia susun. Aku mendapat kelompok bersama Nila dan Diriya, dua siswi yang cukup rajin dan tidak banyak bicara. Aku bersyukur, setidaknya mereka tidak termasuk tipe teman yang suka melimpahkan tugas pada orang lain.

Setelah pulang sekolah, kami membuat janji akan berkumpul untuk menentukan cerita apa yang akan kami angkat.

Sampai tidak terasa waktu istirahat pun tiba kami keluar menuju kantin.

Di kantin

“ Kirana apa bener kamu sekelompok sama Diriya dan Nila?” tanya Kezia, sahabat Kirana yang udah kenal Kirana sejak masih bisa ngompol di TK.

“Iya. Plus satu bonus makhluk halus,” jawab Kirana santai.

Kezia nyengir. “kamu gak kapok? Yang kemarin aja si Sukma seminggu kerasukan gegara kamu bawa boneka tua ke kelas.”

“Itu boneka yang kerasukan. Bukan aku yang nyuruh.” ujar Kirana

“Tapi kan kamu yang bawa!” seru

Kezia

Kirana cuman angkat bahu lalu berkata, " Kadang manusia emang lebih parno dari setannya sendiri"

Kezia yang mendengar itu pun hanya bisa menghela nafasnya

...----------------...

Awal Keanehan saat pulang sekolah Kirana dan Kedua temanya pun melakukan diskusi.

“Bagaimana kalau kita ambil cerita rakyat dari daerah sini saja?” usul Nila.

“Misalnya legenda Nyai Roro Kidul?” kata Diriya.

Kirana menggeleng pelan. “Itu sudah terlalu umum. Hampir setiap tahun ada yang mengangkat cerita itu.”

mereka diam sejenak.

Lalu, entah kenapa, sebuah nama melintas di kepala Kirana, Putri Lulut dari Danau Setra.

Kirana bahkan tidak tahu dari mana ia mendengar nama itu. Tapi seperti ada dorongan untuk mengatakannya.

“Ada satu cerita yang mungkin belum banyak diketahui,” kata Kirana perlahan. “Judulnya Putri Lulut dari Danau Setra.”

Keduanya saling berpandangan.

“Putri Lulut? Aku belum pernah dengar,” gumam Nila.

“Kalau begitu, itu bisa jadi pilihan yang menarik,” sambung Diriya. “Kamu tahu detailnya, Na?” tanya Diriya

Kirana mengangguk ragu. “Belum. Tapi aku rasa... aku bisa mencari tahu.”

Malam Hari di Kamar Kirana.

Malam itu, Kirana duduk di meja belajar sambil membuka laptop. Kirana mengetik nama Putri Lulut di mesin pencarian, tapi hasilnya nihil. Tidak ada artikel, berita, atau bahkan catatan apapun tentang cerita itu.

Kirana bersandar ke kursi, bingung.

Tiba-tiba, lampu kamar Kirana meredup. Udara menjadi dingin. Helaian rambutku berdiri seperti tersentuh listrik.

Seseorang hadir.

“Aku tahu kau mencariku.” ujar sosok itu

Suaranya lembut, namun menggema. Di sudut ruangan, sesosok bayangan mulai terbentuk. Wujud seorang perempuan muda dengan gaun panjang yang basah. Rambutnya panjang menutupi sebagian wajah, dan kulitnya pucat seperti bulan.

“Kau... Putri Lulut?” tanya Kirana, menahan getaran dalam suara.

Dia mengangguk. “Namaku dulu Lulut. Aku hidup ratusan tahun lalu di sebuah desa yang kini telah tenggelam.”

Jantung Kirana berdetak cepat.

“Kenapa kamu muncul padaku?” tanya Kirana

“Aku ingin ceritaku didengar kembali. Aku ingin orang tahu kebenarannya. Aku ingin... pembebasan.” ujar sosok itu

Lalu Lulut mulai bercerita. Suaranya tenang, namun menyimpan luka dalam.

“Aku adalah anak kepala desa yang tinggal di dekat Danau Setra. Suatu hari, danau itu mulai meluap. Banjir tak kunjung surut. Warga panik. Dukun desa berkata, hanya pengorbanan jiwa murni yang bisa menenangkan roh air.” ujar Lukut

Ia menatap Kirana, matanya berkaca-kaca.

“Dan mereka memilihku.” lanjut sosok itu pelan

Kirana terdiam. “Kamu... dikorbankan?” tanya Kirana

“Ya. Aku dijadikan tumbal, dijatuhkan ke dalam danau saat bulan purnama. Sejak itu, desa itu memang tidak pernah kebanjiran lagi. Tapi aku... tidak pernah tenang.” jawab sosok Lulut

Kirana memejamkan mata sejenak. Bayangan seorang gadis muda dijatuhkan ke danau oleh orang-orang yang ia percayai membuat dada terasa sesak.

“Aku akan menceritakan kisahmu,” janji kirana.

“Tapi aku butuh bukti. Aku butuh data, agar teman-temanku percaya.” lanjut kirana

Lulut mengangguk. “Pergilah ke Perpustakaan Lama di Desa Sindang Rawa. Di sana, ada catatan kuno tentang kejadian ini.”

Lalu sosoknya menghilang perlahan, menyisakan aroma bunga danau yang lembut.

Dua hari kemudian, Kirana mengajak Nila dan Diriya ke Perpustakaan Lama yang disebut Lulut. Bangunannya tua, berdinding kayu gelap, dan dipenuhi debu.

“Kamu yakin ini tempatnya?” bisik Nila.

Kirana mengangguk. “Aku dengar dari seseorang yang pernah membaca tentang cerita rakyat di sini.”

Meraka masuk dan langsung disambut udara lembab dan sunyi yang menyesakkan. Penjaga perpustakaan, seorang pria tua, hanya mengangguk ketika aku bertanya tentang buku-buku daerah.

Setelah satu jam mencari, Kirana menemukan buku lusuh berjudul Catatan Ritual Kuno Desa Setra.

Kubuka pelan, dan di halaman tengah, tertulis nama: Lulut. Anak Kepala Desa. Pengorbanan di Danau Setra. Tahun 1798.

Tangan Kirana gemetar. “Ini dia...”

lalu mereka mengambil buku itu dan mulai membaca cerita itu hingga selesai.

Beberapa hari berlalu

Malam sebelum presentasi, Lulut kembali muncul.

“Terima kasih,” katanya lembut. “Tapi aku masih belum tenang.”

“Kenapa?” tanya Kirana

“Karena ada yang memalsukan kisahku. Di antara penduduk dulu, ada yang menulis bahwa aku sukarela dikorbankan. Padahal aku dipaksa.” jawab Lulut

Kirana terdiam.

“Bolehkah aku hadir saat presentasi itu?” tanyanya.

Kirana menatapnya. “Jika itu bisa membuatmu tenang... silakan.”

Hari Presentasi di mulai

Ruang kelas penuh dengan ketegangan. Kirana maju ke depan, membawa buku catatan dan salinan halaman dari perpustakaan.

“Selamat pagi. Hari ini, kelompok kami akan mempresentasikan cerita rakyat yang berasal dari wilayah Danau Setra, berjudul Putri Lulut.” ujar Kirana

Saat Kirana mulai bercerita, angin dingin tiba-tiba masuk dari jendela. Listrik bergetar. Suara pelan mulai terdengar, hanya bisa didengar oleh mereka yang peka.

bersambung

1
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒃𝒂𝒈𝒖𝒔 𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂𝒏𝒚𝒂 👍👍👍👏👏👏😍😍😍
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓 𝒚𝒈 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒂𝒉𝒂𝒈𝒊𝒂𝒌𝒂𝒏 👏👏
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒍𝒂𝒏𝒈𝒈𝒆𝒏𝒈 𝒕𝒓𝒖𝒔😁😁
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝑲𝒆𝒛𝒊𝒂 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒑𝒂𝒔𝒕𝒊 𝒃𝒊𝒔𝒂
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒃𝒌𝒏𝒏𝒚𝒂 𝑩𝒂𝒈𝒂𝒔 𝒅𝒂𝒉 𝒈𝒂𝒃𝒖𝒏𝒈 𝒚𝒂 🤔
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒎𝒔𝒉 𝒅𝒊 𝒖𝒋𝒊
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒂𝒑𝒂𝒌𝒂𝒉 𝒆𝒎𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒏𝒂𝒓" 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒕𝒆𝒏𝒂𝒏𝒈
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓𝒏𝒚𝒂 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒎𝒂𝒕
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 𝒍𝒖𝒍𝒖𝒔 𝒖𝒋𝒊𝒂𝒏𝒏𝒚𝒂
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒔𝒆𝒎𝒖𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒖𝒃𝒂𝒉 𝒍𝒃𝒉 𝒃𝒂𝒊𝒌 𝒍𝒈 👏👏
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒋𝒅 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒆𝒎𝒖𝒌𝒂𝒏 𝒋𝒂𝒕𝒊 𝒅𝒊𝒓𝒊 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 👏👏
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝑲𝒊𝒓𝒂𝒏𝒂 𝒅𝒊𝒃𝒂𝒏𝒕𝒖 𝒐𝒍𝒆𝒉 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂" 𝒚𝒈 𝒕𝒍𝒉 𝒕𝒊𝒂𝒅𝒂
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒋𝒅 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 𝒃𝒍𝒎 𝒎𝒂𝒕𝒊 𝒈𝒊𝒕𝒖 🤔🤔
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒎𝒂𝒌𝒊𝒏 𝒔𝒆𝒓𝒖 👏👏👍👍
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒋𝒅 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒆𝒏𝒂𝒎 𝒕𝒓𝒖𝒔 𝒃𝒆𝒓𝒑𝒆𝒕𝒖𝒂𝒍𝒂𝒏𝒈
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒔𝒊𝒂𝒑𝒂 🤔🤔
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒂𝒑𝒂 𝑹𝒂𝒅𝒊𝒕 𝒔𝒖𝒌𝒂 𝒔𝒂𝒎𝒂 𝑲𝒊𝒓𝒂𝒏𝒂 🤔🤔
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒋𝒅 𝒅𝒆𝒕𝒆𝒌𝒕𝒊𝒇 𝒉𝒂𝒏𝒕𝒖 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 👏👏
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒋𝒏𝒈𝒏 𝒃𝒊𝒍𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒓 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 𝒂𝒅𝒂 𝒚𝒈 𝒈𝒂𝒌 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒎𝒂𝒕
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒂𝒑𝒂 𝒔𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒂𝒕𝒖 𝒅𝒓 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 𝒚𝒂 🤔🤔🤦‍♀️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!