NovelToon NovelToon
KEKUATAN 9 BATU BINTANG

KEKUATAN 9 BATU BINTANG

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Sunardy Pemalang

***

Thantana sangat terkejut. Ketika tiba tiba sembilan batu yang berada di telapak tangan kanannya, satu persatu menerobos masuk ke dalam tubuhnya. Melalui lengannya, seperti cahaya menembus kaca dan terhenti ketika sudah berada di dalam tubuh Thantana.

Proses ini sungguh sangat menyakitkan baginya. Hingga, sambil menahan rasa sakit yang luar biasa, Thantana mengibas ibaskan lengan kanannya, sembari tangan satunya lagi mencoba menarik sisa sisa batu yang mesih melekat pada telapak tangannya itu. Namun, semakin ia menariknya, rasa sakit itu semakin menjadi jadi. Dan di titik batu ke sembilan yang menerobos masuk, pada akhirnya Thantana jatuh tak sadarkan diri kembali...?

**kita lanjut dari bab satu yuk...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sunardy Pemalang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PEMIMPIN BHOOTKILA (Kastil Hantu)

Semetara itu di kedalaman Aranyabutha atau hutan roh, tepatnya di dalam Bhootkila atau kastil hantu. Terlihat orang orang dengan memakai baju serta jubah hitam sedang berkumpul di aula kastil. Mereka sepertinya sedang menunggu kehadiran seseorang di ruangan tersebut. Terbukti di antara mereka tidak ada satupun orang yang mengobrol atau berbisik bisik terhadap sesamanya. Mereka semua berdiri menghadap satu arah dengan wajah di tundukkan ke tanah layaknya orang yang sedang mengheningkan cipta. Di hadapan mereka terdapat sebuah kursi besar atau tepatnya singgasana dengan sandaran kursinya menggunakan rangkaian tengkorak binatang yang sangat besar.

Bhootkila atau Kastil Hantu ini, entah kapan berdirinya dan dengan tujuan apa mendirikan bangunan kastil di kedalaman hutan seperti ini, tidak ada yang tau. Yang mengetahui hal itu hanyalah manusia yang mendirikan kastil itu sendiri. Melihat dari besarnya kastil dan benteng yang mengelilingi kastil tersebut dengan penjaga penjaga, serta jumlah manusia yang mencapai puluhan ribu dengan yang di luar kastil. Sepertinya kastil ini adalah sebuah kerajaan plus tempat pertahanan dan perlindungan bagi kaum mereka. Meski kita tidak tau, bertahan dan berlindung dari apa.

Dalam suasana hening yang mencekam itu, tiba tiba terdengar suara geraman yang sangat berat dan serak dari arah depan mereka. Serentak orang orang berjubah hitam yang berada di dalam aula itu, mendongakkan wajahnya beberapa saat sebelum akhirnya menunduk kembali seperti sebelumnya. Di hadapan mereka, di atas singgasana kini telah duduk sesosok tubuh manusia besar dengan kepala plontos di balut ikat kepala kulit binatang serta mengenakan baju dari kulit binatang juga. Manusia dengan badan tinggi besar ini, mempunyai alis mata yang tebal serta kumis dan jenggot hitam yang panjang, dengan gigi gigi hitam yang tidak rata.

Dengan suaranya yang terdengar serak dan berat menyeramkan itu, manusia besar ini kemudian berbicara...?

"Wahai kaumku, pengikutku! sudah lebih dari lima puluh tahun aku di sini, demi mengumpulkan dan menyatukan kalian semua untuk mewujudkan impian tetua agung pendiri kastil ini dan juga impian kita semua! Dan tahun ini, tepatnya hari ini adalah genap ke 100 tahun berdirinya kastil. Tetua agung memintaku segera menjalankan misi yang selama ini telah di rencanakan. Oleh sebab itu, dari kalian yang sudah menerima tugas segeralah bertindak. Tetapi tetap dengan aturan yang berlaku, yaitu dengan cara sembunyi sembunyi di balik bayangan dan jangan sampai ada yang megetahuinya. Jika di antara kalian ada yang tertangkap, bunuh lah diri kalian sendiri, mengerti! "

Orang dengan badan tinggi besar berkepala plontos alias ketua dari Bhootkila itu, menyampaikan apa yang di perintahkan oleh tetua agung mereka yang tidak hadir secara langsung, kepada pengikut atau kaumnya. Agar apa yang sudah menjadi rencana mereka, segera di jalankan di hari ke seratus tahun berdirinya Kastil Hantu atau Bhootkila tersebut.

Bersamaan dengan selesainya perintah itu, semua orang dengan seragam serta jubah hitam itu berteriak "Siappp... " secara serentak. Gemuruh suara dari mereka yang saling berbisik terdengar seperti bunyi suara kerumunan lebah. Satu persatu orang orang itu meninggalkan aula Kastil hantu, dengan berkelompok kelompok, seperti sudah di atur sebelumnya. Dan sepertinya setiap satu kelompok mempunyai satu atau dua pemimpin untuk mengepalai kelompok tersebut. Entah apa yang sedang mereka rencanakan, yang jelas tampang tampang mereka seperti orang yang hendak maju ke medan perang. Wajah wajah tegang jelas tersirat dari raut muka mereka, hanya beberapa orang yang terlihat agak santai menghadapi suasana tersebut.

Di antara orang orang berbaju serta jubah hitam itu, nampak Byarka berada di antara mereka, dan berada satu kelompok dengan Elaksi. Sementara orang yang lengannya terpotong oleh Thantana tidak terlihat batang hidungnya, entah masih hidup atau sudah mati di bunuh oleh kelompok mereka sendiri.

*****

Di desa Bukit jingga atau Giriharidra, terlihat Thantana yang baru saja selesai mencari kayu bakar di pinggiran hutan, dan memasuki kamarnya. Di kagetkan dengan tubuhnya yang tiba tiba memancarkan cahaya dari balik baju yang di kenakannya. Ia segera membuka baju tersebut, dan terlihat seluruh tubuhnya seperti bongkahan es yang bening dan memancarkan cahaya yang berkilauan berpusat dari dalam tubuhnya.

Cahaya berkilauan tersebut serta bentuk tubuhnya yang bening itu, tidak menyakiti diri Thantana, seakan hanya memberi tanda akan datangnya sebuah bahaya. Atau bereaksi terhadap sebuah kekuatan batu hitam yang mulai bergerak. Thantana sendiri nampak kebingungan dengan apa yang tengah terjadi terhadap dirinya. Kemudian ia memutuskan untuk berkulivasi sesaat di dalam kamarnya itu, guna mencari tau apa penyebab batu batu di dalam tubuhnya itu sampai bereaksi sedemikian rupa.

Berkultivasi yang di maksud di sini adalah? Thantana hanya besemedi, kemudian rohnya akan berkomunikasi dengan kekuatan kekuatan yang terkandung di dalam 9 batu yang sekarang berada di dalam tubuhnya. Sebab, kekuatan yang berada di dalam batu itu, sebenarnya adalah kekuatan sebuah roh dari makhluk yang telah mati, hanya belum di ketahui makhluk tersebut berasal dari mana.

Ketika Thantana sudah berada di alam kultivasi, ia mempertanyakan terhadap ke sembilan batu, mengapa mereka mengeluarkan cahayanya. Kemudian, salah satu roh dari batu yang berwarna keemasan atau Svarna mengatakan...?

"Duniamu di ujung kehancuran pangeranku? Sebaiknya pangeran segera mengumpulkan orang orang dengan kekuatan batu 9 warna atau Navavarna secepat mungkin. Sebab hanya pangeran serta orang orang dengan kekuatan Navavarna yang bisa menghentikan kekuatan ini?" ucap roh dari batu emas atau Svarna tersebut.

"Benar pangeran. Tidak ada waktu lagi sampai kekuatan hitam ini menunjukkan jati dirinya?" kata roh dari batu Merah atau Rakta, menimpali perkataan dari batu emas.

"Hemmm.. Jadi ini semua di sebabkan oleh kekuatan dari batu hitam yang mulai bergerak ya? Tapi tunggu dulu, bukankah Navavarna itu kalian sendiri?" kata Thantana kemudian, dengan kebingungan atas ucapan dari roh batu emas atau Svarna.

"Nanti akan kami jelaskan pangeran? Sekarang lebih baik pangeran mulai bergerak mengumpulkan orang orang dengan kekuatan batu, selain batu hitam dan abu abu? jawab roh dari batu emas tersebut, atas pertanyaan Thantana.

"Baiklah kalau begitu, aku akan segera mencari serta mengumpulkan orang orang dengan kekuatan batu tersebut. Terimakasih atas peringatannya?" kata Thantana. Kemudian ia mengakhiri kultivasi atau semedinya tersebut, tanpa bertele tele.

Setelah selesai berkultivasi dan mengenakan kembali bajunya yang tadi sempat ia buka, Thantana kemudian pergi mencari ayahnya dan hendak berpamitan untuk keluar dari desa Bukit Jingga atau Giriharidra, guna mencari dan mengumpulkan orang orang yang memiliki kekuatan batu.

Selang beberapa saat kemudian, Thantana sudah bersama ayahnya yang ternyata sedang beristirahat di teras rumahnya, setelah seharian menggarap tanah buat berkebun tidak jauh dari rumahnya itu.

Mereka, ayah dan anak akhirnya duduk bersama dan mengobrol. Kemudian Thantana mengutarakan maksudnya ingin pergi meninggalkan desa, guna menjalankan tugas yang tersebut di atas tadi terhadap ayahnya. Meski ayah Thantana terlihat berat melepas anak semata wayangnya itu, tapi apa yang di ceritakan Thantana, membuatnya mengikhlaskan anaknya itu untuk pergi juga. "Jika semua demi kedamaian dunia, ayah Ikhlas nak?" kata ayah Thantana kemudian...

*****Bersambung*****

1
Naomi Leon
Gak bisa berhenti scroll halaman, ceritanya seru banget!
Sunardy Pemalang: Hai naomi, terimakasih atas support dan dukungannya ya di cerita aku..
Sunardy Pemalang: Makasih banyak ya, atas supportnya.. nantikan cerita selanjutnya ya.. 🙏
total 2 replies
Devan Wijaya
Bikin gelisah, tapi enak banget rasanya. Tungguin terus karyanya ya thor.
Sunardy Pemalang: Hai devan, terimakasih atas support dan dukungannya di cerita aku ya..
Sunardy Pemalang: Terimakasih ya.. oke,, saya akan segera menerbitkan bab selanjutnya.. di tunggu ya..
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!