Eps 15

Malam ini Tari sedang asyik di dalam kamar sembari berbalas pesan dengan tuan Anton. Tari selalu menanyakan kabar kesehatannya. Terlepas dari kata cinta yang beberapa hari lalu pria itu katakan, Tari masih tetap memperlakukan tuannya sama seperti sebelumnya. Hanya sedikit berbeda, kini Tari lebih perhatian, lebih suka berbalas pesan dengan tuan Anton. Karna sebelumnya, Tari sering mengabaikan pesan dari pria itu.

Tiba-tiba ada satu pesan masuk. Tari menautkan alisnya karna bingung nomor siapa yang mengirim pesan. 'My Best Friend' nama kontak itu. Seingatnya ia tidak pernah menyimpan nomor dengan nama itu. Tari segera membuka isi pesannya.

"Hai, lagi apa?" isi pesan itu.

Tari tak langsung membalasnya, malah mengabaikan pesan itu.

"Ini aku Yoga." isi pesan kedua.

"Yoga?" ucap Tari terkejut. Ah, dia ingat siang tadi Yoga merebut ponselnya. Ternyata Yoga menyimpan nomor ponselnya sendiri.

"Kamu mencuri nomor ku?" balas Tari.

"Bukan mencuri, tapi meminta dalam diam."

Tari tak membalas lagi pesan Yoga. Ia lebih asyik berbalas pesan dengan papinya dan juga beberapa teman di klub. Ponsel milik Tari adalah hasil pemberian tuan Anton dengan paksaan. Ya paksaan. Harus dipaksa dulu agar mau menerima. Ia harus berhati-hati jika berbalas pesan dengan lawan jenis. Bisa jadi ponselnya sudah di sadap oleh papinya.

Aih, Tari curigaan.

Semenjak malam itu, tidak hanya di pagi hingga siang hari, bahkan saat malam pun Yoga tidak pernah absen mengirim pesan pada Tari. Dua minggu sudah berlalu, Yoga masih terus menganggu Tari. Aih, bukan mengganggu. Yoga benar-benar ingin berteman dengan gadis itu. Hanya dia sepertinya yang tidak tertarik untuk berteman dengan Yoga. Hal itu membuat Yoga memilih Tari untuk menjadi temannya. Bahkan Sarah pun susah menaklukkan hatinya.

Semakin hari, Tari semakin bisa melihat ketulusan dari Yoga. Dia berbeda dengan yang lain, Yoga tidak pernah menghinanya atau mengerjainya. Bahkan Sarah pun pernah di bentak oleh Yoga karna memarahi Tari tanpa alasan. Akhirnya, Tari memutuskan untuk menjadikannya seorang teman.

Siang ini setelah pulang sekolah, Tari sedang menemani Yoga di toko buku. Lama sekali Yoga mencari buku yang ia inginkan dan membuat Tari jenuh. Tari tidak begitu suka dengan buku, ia lebih suka mencari pengetahuan di aplikasi pencarian pintar di ponselnya.

"Lanjut makan yuk!" ucap Yoga yang mengejutkan Tari.

"Udah dapet?" tanya Tari.

Yoga mengangguk. Kemudian mereka pergi dari toko buku itu dan berlanjut ke sebuah tempat makan.

"Mau makan apa?" tanya Yoga setelah mereka mendapatkan tempat duduk.

"Emb ..." Tari mencoba melihat daftar menu yang memang sudah tersedia di meja. Memilih menu apa yang akan ia makan siang ini. Sedangkan Yoga dengan setia menunggu hingga Tari memilih.

"Ikut kamu aja deh makannya, kalau minumnya aku mau jus alpukat." Tari menyodorkan daftar menu pada Yoga.

"Yah ... Nungguin lama ternyata ngga milih juga. Hadeeh ...." Yoga menggelengkan kepalanya sembari tersenyum.

Menu sudah dipilih dan dipesan, Yoga dan Tari kini sedang menunggu makanan datang. Namun Tari terlihat tidak nyaman. Banyak pasang mata yang sedang memperhatikannya. Mungkin karna ia yang sedang makan dengan pangeran tampan. Tatapan orang-orang seakan mengutarakan bahwa mereka begitu sirik karna dirinya yang buluk bisa bersama dengan sang pangeran tampan impian.

"Kamu ngga malu makan sama aku?" tanya Tari tiba-tiba.

"Hemb? Apa?" Yoga tidak mendengar pertanyaan Tari karna ia sedang melihat ponselnya. Yoga kini fokus melihat Tari yang mengajaknya bicara.

Pelayan datang membawakan pesanan mereka. "Makan dulu!" perintah Tari. Yoga tersenyum dan mengangguk.

Akhirnya mereka berdua makan siang dengan tenang. Beberapa menit kemudian semua makanan yang ada di meja telah berpindah ke dalam perut mereka. "Tadi kamu nanyain apa Tar?" tanya Yoga memulai percakapan.

"Ah, ngga jadi hehe ...."

"Ish, kamu ini." Yoga yang kesal mengacak-acak rambut Tari. Tari tersenyum, beginikah rasanya punya teman satu sekolah? Apa ini yang mereka rasakan saat sedang bersama dengan teman? Bahagia, ya ... Tari bahagia. Gadis itu berharap, Yoga benar-benar menganggap dan menerimanya tulus sebagai seorang teman.

***

"Sayang, Papi sangat merindukanmu." ucap tuan Anton sembari memeluk gadisnya.

Tari tersenyum dan membalas pelukan tuan Anton, pelukan ternyaman adalah pelukan sang papi. Malam ini, tuan Anton mengajak Tari untuk menghabiskan malam di rumah baru. Ya, semenjak tuan Anton membeli rumah baru, ia lebih sering meminta Tari untuk datang kesana. Tujuannya adalah agar Tari terbiasa dan juga tidak datang lagi ke klub malam. Tuan Anton takut jika ada lelaki hidung belang yang menyukai gadisnya itu.

"Papih mau makan apa?" tanya Tari setelah melepaskan pelukannya.

"Makan kamu, boleh?" Mendengar hal itu, Tari membulatkan matanya menatap sang papi.

Tuan Anton tergelak, lucu sekali saat menggoda gadisnya itu. Akhirnya tuan Anton memilih makan malam dengan apa saja, asal yang memasak adalah gadisnya. Beni sudah menyiapkan semua bahan masakan di dalam kulkas.

Satu jam kemudian, Tari sudah menyiapkan beberapa menu di atas meja makan. Cah kangkung, ayam bumbu kecap dan juga perkedel kentang menjadi menu pilihan Tari. Sederhana dan mudah. Tari segera memanggil tuannya untuk makan malam. Sudah pukul 9 malam, waktu makan malam pun sebenarnya sudah telat.

"Pih, ayo makan!"

"Iya, hmm ... Masakanmu sangat harum sayang. Sampai tercium dari ruang tamu ini."

"Ish, sudah ayo makan jangan menggombal terus." Tari tersenyum dan menarik tuannya ke meja makan.

Acara makan dimulai, Tari melayani tuannya dengan telaten. Mengambilkan apa saja yang ingin tuannya makan. Ah, sudah seperti suami istri saja. Melihat Tari yang tengah melayaninya, tuan Anton sudah tidak sabar untuk menjadikan Tari sebagai permaisurinya. Kalau tidak mengingat umur Tari yang masih belia, pasti ia sudah mempersuntingnya.

"Masakanmu enak sayang." Kalimat pertama yang dilontarkan tuan Anton untuk Tari. Ini kali pertama ia makan masakan Tari.

Tari hanya tersenyum menanggapi pujian dari tuanya itu. "Besok kalau kita sudah menikah, Papi mau hanya makan masakanmu."

"Uhuk ... Uhuk ...." Pernyataan itu sukses membuat Tari tersedak. Segera tuan Anton berdiri dan mendekati gadisnya. Memberikan minum di atas meja. Tari segera meraih air minum pemberian tuan Anton lalu meminumnya.

"Makannya jangan cepat-cepat dong sayang! Lihat mukamu merah karna tersedak." Sungguh sang papi sangat khawatir.

"Ana ngga apa Pih, ayo lanjutin makannya!"

Entah apa yang dipikirkan oleh Tari. Gadis itu belum pernah membayangkan menikah dengan tuan nya. Namun, apakah tuan Anton adalah jodohnya? Sejauh ini, tuan Anton memang bisa dibilang jauh dari kata buruk sebagai seorang suami. Baik hati, lembut, penyayang, tampan, dan gagah. Siapapun tak akan menolak pesona tuan Anton.

Termasuk yang nulis, beneran kesengsem sama si papi .... 🤣

To Be Continue ....

Terpopuler

Comments

Topa Pak e Yuna

Topa Pak e Yuna

masak yang nulis ikutan🤭🙏🙏

2022-03-21

0

❤️1203❤️

❤️1203❤️

Hai lg apa...? Lg ngentu... 🤧🤧🤧

2022-03-15

1

Ayla Yasima

Ayla Yasima

Widihhh Tari keselek🤣😂🤭 Tari Itu Kode kl Tuan Anton serius sama Kamu....Coba aja mana ada Hati Gini pengusaha Kaya Mau aja Sabar Nungguin Gadis Belia..Yg ada Cukup dikasih uang Jajan Langsung Sikatt Buat Kepuasaan sesaat....Tuan Anton Hebat Bisa Menahan segala Hasrat Buat menunggu sampe Tari siap....

2022-03-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!