KIRANA (Dia Juga Dia)
Pagi itu, Tari sedang menyiapkan sarapan untuk ketiga adiknya. Farhan, Bilal, dan Adnan. Mereka duduk manis menunggu kakaknya dimeja makan.
"Abang, atu yapel! (Abang, aku laper!)" keluh Adnan, adik Tari yang paling kecil. Ia baru berusia 3 setengah tahun.
"Sebentar lagi ya Dek. Kakak lagi siapin sarapan buat Adek." Farhan, adik pertama Tari. Usianya baru 11 tahun, tapi sudah mengerti dengan keadaan keluarganya saat ini.
Sepulang sekolah, Farhan selalu membantu Tari untuk menjaga adik-adiknya.
Sedangkan Bilal, adik kedua Tari. Baru kelas 2 SD. Bilal adalah anak yang pendiam, ia juga sering membantu menjaga Adnan. Tapi, ia lebih sering berada dalam kamar untuk belajar ketika Farhan ada di rumah.
"Ini dia ... menu sarapan kita sudah matang." Rona bahagia terpancar jelas di wajah gadis itu.
Tari menata beberapa makanan di atas meja. Lalu mengambil nasi beserta embel-embelnya di atas piring untuk adik kecilnya Adnan.
"Aciiik ... Tatak cuapi! (Asyiiik ... Kakak suapi!)" rengek Adnan.
"Baiklah Sayang, kakak suapi tapi harus habis ya!" Tari duduk di samping Adnan lalu mulai menyuapinya.
Farhan dan Bilal juga segera sarapan. Usai sarapan, mereka segera berangkat ke sekolah. Tari nampak sedang mengunci rumahnya dengan menggendong adik kecilnya.
Setelah memastikan pintu terkunci rapat, Tari dan kedua adiknya segera membawa Adnan ke rumah sebelah. Rumah milik tetangganya, Bu Mae.
Tok ... tok ... tok ...
"Assalamu'alaikum, Bu Mae!"
Pintu dengan segera dibuka oleh si pemilik rumah. Bu Mae, tetangga yang ramah dan baik hati. Semenjak kedua orang tua Tari meninggal, Bu Mae sering membantu mereka. Di awal-awal kesedihan Tari dan adik-adiknya, Bu Mae selalu ada untuk mereka. Memberi makan, membelikan susu untuk Adnan dan masih banyak lagi kebaikan Bu Mae yang tidak bisa teruraikan.
"Bu, Tari titip Adnan ya Bu," ucap Tari sembari memindahkan gendongan Adnan pada wanita itu.
"Iya Nduk." Bu Mae tersenyum.
"Ya sudah kami berangkat dulu ya." Tari, Farhan dan Bilal berpamitan dan menyalami Bu Mae.
Bagi mereka, Bu Mae adalah ibu pengganti. Mereka sangat menyayangi Bu Mae. Bu Mae pun juga sudah menganggap mereka adalah anaknya. Bu Mae seorang janda tidak memiliki anak. Dan ia secara sukarela menolong Tari dan adik-adiknya.
"Iya Nduk, hati-hati ya kalian. Belajar yang rajin biar bisa sukses."
"Aamiin, " sahut ketiganya bersamaan.
"Dadah Adnan, nggak boleh nakal ya!" Tari mencium kedua pipi adiknya.
"Atu nggak natan, Tatak uyang bawa jajan ya! (Aku ngga nakal, Kakak pulang bawa jajan ya!)"
"Pasti Sayang, Kakak berangkat dulu ya."
Tari, Farhan dan Bilal berangkat dengan menaiki angkutan umum. Saat sudah sampai di depan Sekolah Dasar xxx, angkutan diberhentikan oleh Farhan. Farhan dan Bilal berpamitan pada kakaknya dan turun di sana.
Angkutan melaju kembali, membawa Tari ketempat tujuannya. SMA swasta di kotanya. Setelah membayar ongkos, Tari segera melangkahkan kakinya memasuki sekolah.
Di sepanjang koridor sekolah, Tari selalu menunduk. Tidak ada tegur sapa kepada sesama teman seperti sekolah pada umumnya.
Bugh ....
Tiba-tiba Tari terjatuh. Ia tidak sengaja menabrak seseorang. Tatapan tajam Tari dapatkan dari seorang yang ia tabrak.
"Eh cupu! Sengaja Lo ya nabrak gue?" Amarah terlihat jelas dari siswi itu. Sarah, namanya Sarah. Teman sekelas Tari yang sangat membenci dirinya. Siswi tercantik dan terpopuler di sekolah itu.
Tari segera berdiri, tubuhnya bergetar karena takut. "Ma-maaf!" ucapnya dengan menunduk.
"Maaf maaf, Lo udah bikin seragam gue kusut tahu nggak?" bentak Sarah.
"Maafin aku Sar, aku nggak sengaja," jawab Tari dengan lirih.
"Kali ini gue maafin Lo. Lain kali gue habisin Lo! Pergi sana Lo, gue enek liat muka Lo yang buruk itu." Sarah mendorong Tari hingga terjatuh lagi. Kemudian ia pergi meninggalkan Tari yang masih terduduk dilantai.
Tari kemudian segera berdiri. Ia melanjutkan kembali berjalan memasuki kelasnya.
Seperti biasa, para siswa dan siswi lain berpura-pura tidak pernah melihat kejadian barusan.
Tari, ia hanyalah sebuah bayangan di sekolahnya. Dikenal sebagai gadis cupu, berpenampilan buruk layaknya 'Si itik buruk rupa' dalam cerita anak-anak. Mana ada yang mau berteman dengan gadis buruk rupa seperti dia?
Bagaimana tidak buruk? Berpakaian seperti si cupu kebanyakan, rambut dikepang dua, berkacamata dan beberapa jerawat yang setia menjadi hiasan diwajahnya selama ini.
Tari duduk di bangku paling belakang, di mana tidak akan ada satu murid pun melihatnya. Ia lebih suka menyembunyikan diri, tidak mau menanggung resiko jika ia menampakkan dirinya. Pernah beberapa kali ia mencoba berbaur, tapi yang terjadi malah ia mendapat bullyan dari teman-temannya.
Saat jam istirahat pun ia lebih memilih berada di dalam kelas, menghindari tatapan kebencian dari seluruh siswa. Entahlah apa yang membuat mereka membencinya. Mungkin karena fisiknya yang jauh dari kata sempurna yang mereka lihat.
***
"Tak Ahan, atu mau itu! (Kak Farhan, aku mau itu!)" Adnan menunjuk sebuah makanan ringan yang tergantung di warung.
Siang itu Farhan sedang mengajak adiknya ke warung. Seperti biasa, Adnan selalu meminta jajan ketika para kakaknya pulang sekolah.
"Iya, kakak belikan. Tapi habis ini bobok ya!" Adnan mengangguk kegirangan.
"Mbak, bungkusin mie instannya sepuluh sama jajannya Adnan dua ya!" pinta Farhan kepada si pemilik warung.
Pukul tiga sore, Tari baru saja sampai di rumah. Ia menjatuhkan tubuhnya di atas kursi ruang tamu. Wajahnya tampak lelah sekali. Ia melepas kacamatanya dan juga kuncir kepangnya. Tari mengambil beberapa lembar tisu basah di meja dan juga kaca kecil di sebelahnya.
Terlihat Tari tengah mengelap wajahnya dengan tisu basah. Di depan kaca kecil itu, ia mengusap sedikit demi sedikit make up di wajahnya. Satu persatu jerawat merah itu menghilang, wajah kusam pun tak terlihat lagi setelah dirinya berhasil menghapus make up itu.
Kenapa Tari menggunakan make up? Lalu, apa semua jerawat itu hanya sebuah lukisan yang ia buat? Apa alasannya ia menutupi wajah aslinya selama ini?
Tari, Kirana Dwi Lestari. Wajah aslinya bisa dibilang sangat manis. Bukan cantik, tapi manis. Tubuhnya juga sebenarnya tidak buruk-buruk amat, tubuhnya cukup berisi. Namun ia lebih suka menutup nya dengan seragam yang lebih besar dari tubuhnya.
"Assalamu'alaikum," Farhan memasuki rumah dengan menggendong Adnan.
"Waalaikumsallam, dari mana, Dek?" Tari meletakkan kaca di meja.
"Dari warung Kak, Farhan mau bikin mie instan." Adnan segera turun dari gendongan dan berhambur ke pelukan kakak perempuannya.
"Bilal di mana?" tanya Tari yang tengah memangku Adnan.
"Ada di kamar, katanya ada PR yang harus dikerjakan."
"Aih, kakak jadi minder. Selain kamu dan Bilal, hanya kakak lah yang IQ nya di bawah rata-rata."
"Yang penting sehat," celetuk Farhan lalu pergi ke dapur untuk membuat mie instan.
"Tatak butain! (Kakak bukain!)" Adnan menyodorkan snack yang ia beli di warung tadi. Tari menerimanya dan segera membuka jajan kesukaan adiknya itu.
"Habis ini Adnan bobok ya!" Pria kecil itu mengangguk sembari menikmati jajanannya.
To Be Continue ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Oh Dewi
keren novelnya, rapi penulisannya...
Sekalian kasih rekomen novel yang rapi juga, judulnya (Siapa) Aku Tanpamu, wajib pakek tanda kurung ya nyarinya
2022-07-15
0
Mirwani Adwa Azizah
Ya Allah.. aku baru mampir thotlr. sambil nangis bacanya.. pas awal Tari n adik2 barangkat sekolah nitipin adiknya ke Bu Mae..
sehat sehat semua
2022-04-26
1
𝕸𝖆'𝕶' 𝖈𝖚𝖙𝖊
baca ulang dr awal, lupa kemarin nyampe mana
2022-03-30
3