Serial The Van Til House: STRAF SABBAT

Serial The Van Til House: STRAF SABBAT

Proloog

Van Til Hogeschool adalah sekolah menengah kejuruan milik grup perusahaan perkebunan yang dulunya milik tuan tanah asal Belanda, Mr. Stiller Van Til.

Bangunan sekolah itu dulunya rumah tinggal keluarga besar Van Til---pemilik tanah perkebunan karet dan kelapa sawit terluas di pelosok Banten. Tapi setelah negeri ini menyatakan kemerdekaannya, kaum kompeni pun diusir pulang ke negerinya dan perkebunan itu resmi menjadi milik negara. Rumah itu kemudian dijadikan rumah dinas untuk para staf dan mandor besar perkebunan yang bermutasi ke desa ini.

Sekarang rumah itu tak berpenghuni. Tak seorang pun berani menempatinya lagi setelah serangkaian peristiwa yang menewaskan banyak orang.

Tapi bangunan itu masih digunakan sebagai kantor administrasi perkebunan, koperasi, klinik, sekolah taman kanak-kanak dan sekolah menengah kejuruan---Van Til Hogeschool.

.

.

.

Van Til Hogeschool, 1992.

"Saya peringatkan, anak-anak," kata Miss Pinkan seraya bersedekap dan menatap seluruh kelas. "Saya paling tidak sabar menghadapi murid-murid yang tidak mau belajar. Kamu dengar itu, Michael?"

"Saya?" Michael bertanya setengah memprotes. "Kok saya sih?"

"Saya tahu kelakuan kamu, Michael!" tukas Miss Pinkan. Sekilas matanya melirik tumpukan kartu para murid di mejanya. Miss Pinkan merupakan guru baru di sekolah ini. Tapi, "Saya tahu tentang kalian semua," ia menambahkan. "Kalian anak-anak cerdas. Tapi kalian semua pemalas. Dengar, ya. Di kelas saya, kalian tidak mungkin lolos!"

Michael tersenyum menyeringai.

Miss Pinkan menatapnya. Dari raut wajahnya yang masam, bisa dipastikan ia tidak terlalu senang dengan apa yang dilihatnya. "Kalian harus mengerjakan PR kalian setiap malam," sambungnya. "Kalau tidak, silahkan bersiap-siap pergi ke Kelas Pelatihan Khusus!" 

"Kelas Pelatihan Khusus?" Salah satu murid perempuan bertanya dengan gugup.

"Kalau kamu tidak mengumpulkan PR besok pagi, kamu akan tahu, Gabrielle," sahut Miss Pinkan.

Seisi ruangan terdengar mengerang.

"Mana ada guru kasih PR di hari pertama masuk sekolah!" protes Michael. Hari itu adalah hari pertama mereka masuk sekolah setelah libur semester. Awal musim ajaran baru di semua sekolah. "Anda pasti bercanda!"

"Saya tidak bercanda," sergah Miss Pinkan. "Ayo kita mulai belajar!" tandasnya.

Keesokan harinya, tangan Gabrielle gemetaran ketika Miss Pinkan memarahi Michael. Dari ekspresinya terlihat jelas bahwa sesuatu benar-benar salah.

"PR-mu, Michael," tuntut Miss Pinkan.

"Anda harus memaafkan saya, kali ini aja!" jawab Michael setengah memohon.

Miss Pinkan menaikkan sebelah alisnya, "Memaafkan kamu?" tanyanya sinis.

"Kurang-lebih, Miss!" Michael mulai beralasan. "Begini," katanya. "Ada alarm mobil bunyi terus di luar jendela kamar saya. Suaranya kenceng banget, saya gak bisa konsentrasi. Waktu ada orang yang matiin—"

"Malam sudah terlalu larut dan kamu sudah harus tidur?" potong Miss Pinkan.

"Ah—haha…" Michael cengengesan. "Ng… nggak gitu juga, sih," akunya dengan tampang konyol.

"Oke," Miss Pinkan membeliak sebal. "Barangkali kamu tetap mengerjakan PR-mu, tapi waktu kamu bangun pagi, kucing kamu sudah memakannya sampai habis. Begitu?"

Michael tertawa gelisah. "Kurang-lebih… begitulah," ia berkilah.

"Maaf, Michael. Saya tidak bisa memaafkan kamu!" Miss Pinkan menegaskan. "Sekarang waktunya pergi ke Kelas Pelatihan Khusus." Lalu melangkah ke koridor.

Michael beranjak mengikuti Miss Pinkan. Di mulut pintu ia berhenti. "Saya lupa buku saya," katanya seraya berbalik.

Miss Pinkan tiba-tiba menyeringai. 

Seringai yang menyeramkan!

"Kelas Pelatihan Khusus bukan tempat untuk belajar, Michael!" Miss Pinkan memberitahu.

"Jadi tempat apa dong?"

Miss Pinkan tidak menjawab.

Michael mengangkat bahu, lalu diikutinya Miss Pinkan ke koridor. Suara langkah kaki mereka terdengar semakin samar.

Tak lama kemudian, Miss Pinkan kembali tanpa Michael. 

Hal yang sama kemudian menimpa Leo. "Saya tidak sempat," katanya beralasan. "Saya salah satu pemain di Liga Kecil."

"Begitu. Jadi, Liga Kecil lebih penting daripada sekolahmu?" bentak Miss Pinkan dingin.

"Ini pertandingan penting," jelas Leo. "Tim saya sangat bergantung pada saya."

"Pergi ke Kelas Pelatihan Khusus, Leo!" hardik Miss Pinkan tak mau mengerti.

Mulut Leo membulat. Kelihatannya ingin mengatakan sesuatu, tapi diurungkannya. Ia menggelengkan kepalanya dan mengikuti Miss Pinkan ke koridor.

"Menurut lu, ada apa sih di Kelas Pelatihan Khusus?" Beberapa murid mulai berbisik-bisik.

"Ada Michael!" kelakar salah satu murid laki-laki.

"Lucu!" Beberapa murid perempuan mendengus sinis.

"Situ enak kagak takut," gerutu murid perempuan lainnya. "Gua sih jujur aja takut. Gua gak pernah males ngerjain PR. Tapi sering lupa bawa PR kalo lagi buru-buru."

"Alesan lu aja ketinggalan," ejek murid laki-laki yang berkelakar tadi.

Beberapa murid laki-laki tergelak.

Murid-murid perempuan mendelik. "Gimana kalo abis ini giliran lu?" cemooh salah satu dari mereka.

"Gimana kalo abis ini giliran gua?" Murid perempuan lainnya menimpali dengan wajah muram.

Bagaimana kalau habis ini giliranku? batin Gabrielle.

Suara langkah kaki terdengar mendekat.

Seisi kelas serentak terdiam, memandang lurus ke arah Miss Pinkan dengan raut wajah tegang. Beberapa anak terlihat memucat.

Miss Pinkan berdeham seraya mengedarkan pandang ke seluruh kelas, mengamati satu per satu wajah-wajah para murid.

Para murid menahan napas.

"Gabrielle!" 

DEG!

Gabrielle menelan ludah dengan susah payah.

Miss Pinkan menatapnya.

Gadis itu tergagap dan mengedar pandang, kemudian beranjak dari bangkunya sedikit limbung.

"Kamu tidak mengerjakan PR-mu. Ya, kan?" terka Miss Pinkan.

"Sa---saya… mengerjakannya, kok!" Gabrielle tertunduk di depan meja guru itu seraya mengulurkan buku PR-nya dengan tangan gemetar. 

Miss Pinkan merenggut buku PR-nya dan memeriksanya dengan raut wajah masam. Kemudian mengangkat wajahnya dan menggeram. "Hanya dua soal?"

"Tapi… tapi…" Gabrielle tergagap-gagap.

Miss Pinkan mengetatkan rahangnya.

"Saya sudah berusaha," lanjut Gabrielle.

"Saya rasa kamu tidak berusaha cukup keras, ya kan, Gabrielle?"

"Tapi saya kan mengerjakan PR saya, Miss," protes Gabrielle. "Saya gak seperti Michael. Saya bukannya gak mencoba sama sekali!"

Miss Pinkan mendesah pendek, kemudian mengangkat buku PR-nya. "Dua soal, Gabrielle!" geramnya. "Itu berarti tiga tugas yang tidak dikerjakan. Di kelas ini, angka tiga adalah keramat."

Seisi kelas menahan napas.

"Silahkan bereskan buku-bukumu dan pergi ke Kelas Pelatihan Khusus."

"Saya mohon, Miss Pinkan!" Gabrielle berteriak. "Jangan suruh saya ke Kelas Pelatihan Khusus! Saya Mohon!"

"Ayo, Gabrielle," tegas Miss Pinkan. "Kamu tidak mau mengecewakan yang lain, kan?"

"Anda tahu, saya… saya bisa mengerjakan lebih baik dari itu, Miss Pinkan!" Gabrielle berkilah gugup.

Miss Pinkan tidak menggubrisnya. Ia melangkah ke pintu dan menunggu.

Gabrielle menatap seluruh kelas. Beberapa anak balas menatapnya. Mata mereka penuh ketakutan. Tapi yang lain menundukkan kepalanya dalam-dalam ke buku mereka dan berpura-pura tidak tahu apa yang sedang terjadi.

"Kalian gak peduli ya?" Gabrielle meneriaki mereka.

Tidak ada yang menjawab.

Gabrielle mengetatkan rahang dan beranjak dengan lutut gemetaran, lalu menghilang bersama Miss Pinkan.

Pada waktu istirahat, ketiganya tidak muncul. Bahkan sampai waktu pulang. Atau keesokan harinya. Atau keesokan harinya lagi. Atau kapan pun.

Tidak ada yang merasa kehilangan. Tidak seorang pun merasa kasihan pada mereka.

Terpopuler

Comments

dyz_be

dyz_be

Setelah Lonceng Ke 13

2022-07-09

1

Emak Femes

Emak Femes

Ada emak disini 😁😁😁

Baru mampir kak 🙏🙏🙏

2022-06-26

1

Lina Sandi

Lina Sandi

pernah baca cerita yg settingnya van til jg..tp judulnya lonceng ke 13..klo ga salah inget..tentu ttg hal mistis.

2022-06-17

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!