Juna keluar dari kantor bersama Noe saat akan melangkah masuk menuruni kereta bawah tanah untuk menyempurnakan sandiwara sebagai orang sederhana Juna juga harus menjadi warga biasa di California.
Baru tingkat pertama menurun Juna bersenggolan bahu dengan seorang yang ikut turun bersamanya.
Noe yang berjalan di belakang Arjuna memberikan kode lirikan mata.
Juna mengerti dan mereka kembali melanjutkan langkah ke bawah sampai mengantri di loket Juna mendapatkan karcisnya dan Noe belum.
Juna minta Noe menunggunya di tempat duduk sana dan meminta tolong membawakan tasnya. Noe mengerti walaupun Juna hanya melakukan gerakan tanpa bicara.
Saat di toilet setasiun kereta bawah tanah.
Juna melirik seseorang yang keluar dari dalam bilik.
Mencuci tangan di sebelahnya.
Juna juga membuka maskernya. Dari sudut ekor matanya Juna melihat orang itu menatap layar ponsenya setelah berbalik membelakangi wastafel.
"Wajahku." Gumamnya seketika serangan tiba-tiba dari pukulan dapat Juna hindari gerakan refleksnya makin hari makin baik.
Walau banyak perban kecil di wajah tampannya.
"Mati saja kau!" Seketika Juna mengeraskan rahangnya dan mulai membalas setiap pukulan sampai serangan tanpa aba-aba.
Juna mendorong orang itu dengan kekuatannya memukul wajah tanpa henti sampai lemas dan menginjak lututnya.
"Katakan siapa yang menyuruhmu, bilang padanya untuk mendatangiku bukan anak buah seperti mu." Seketika sebuah tusukan belati hampir mengoyak paha Juna belum sempat menyoyak paha atas pisau belati itu di tangkap cengkraman kuat tangan Juna.
"Kenapa kau mau membuatku mati, pesan pada Bosmu dan katakan aku menantangnya," ucap Juna lagi wajah yang sangat marah.
Juna mendesah kesal karena orang itu tak mau bicara.
Patahkan satu lengannya yang memegang belati seketika telpon berbunyi dan bertuliskan big bos.
"Haah.. Tepat sekali. Bicara atau aku patahkan lehermu, Kau mencariku berarti kau telah tahu siapa aku bukan sekarang angkat dan bilang padanya aku menunggunya besok di staiun kereta bawah tanah."
Seketika orang itu menatap gemetar wajah menakutkan Juna.
"Jangan bunuh aku, aku hanya disuruh dan jangan patahkan tangnku lebih parah kaki ku juga untuk mencari nafkan tolong, tolong jangan habisi dan siksa aku!"
Juna menatap datar dan merebut ponsel yang ada di saku mantel hitam orang itu.
"Bicara." Orang itu mengangguk dan menarik tombol hijau panggilan terhubung.
"Bagaimana kau sudah membuatnya mati?"
Juna merebutnya.
"Jika kau berani melihat mayatku datang sendiri dan hadapi, aku bukan menyuruh orang tua menghabisi anak-anak umur delepan belas tahun." Panggilan terputus dari pihak sebrang dan tatapan wajahnya mendatar melihat kolam renang didepan matanya.
Bagian belakang tubuhnya terbalut jubah handuk putih dan dan rambutnya pirang seketika terkekeh. Terlihat dari bahunya yang terguncang kecil seperti orang terkekeh.
Hingga suara tawa mengelegar sampai pada kedua anak buahnya yang berdiri tak jauh di belakangnya.
Saat akan menoleh tawanya di redakan dan itu membuat bulu kuduk kedua pengawal atau anak buahnya meremang.
Seperti ada setan merasuki tubuh bosnya.
Berbalik badan sepenuhnya menatap kedua anak buahnya.
"Cari tahu dimana ia tinggal dan bakar rumahnya jangan sampai kalian kehilanhan jejaknya." Tanpa sadar orang ini berurusan dengan Marcello.
Salah satu gengster di California yang tak tak suka dirinya di usik dan Juna telah mengusiknya. Juna mengira ini adalah musuh yang tidak ia ketahui ternyata ini hanyalah musuh biasa yang mencari masalah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments