Waktu cepat sekali berlalu Aku juga masih ingin merasakan masa Sekolah dasar.
Kenyataannya Aku sudah ada di kelas Enam dan sebentar lagi aku akan lulus.
Ternyata aku sudah lebih dari setahun tinggal di panti asuhan atau lebih dari tiga tahun entahlah, bahkan aku juga dekat dengan teman sekamarku.
Aku juga kadang membaur dengan mereka jika penting jika tidak tidak akan aku mau bicara dan berdekatan dengan mereka.
Di sekolah setiap istirahat Aku lebih memilih pergi ke perpustakaan meninggalkan semua teman-temanku, Sama seperti ketika di acara perpisahan sekarang yang sedang berlangsung, tiba-tiba semuanya karena aku tak merasakan waktuku berjalan yang aku tahu baru kemarin Ayah dan ibu juga adikku pergi .
Alex, Beno memang menghentikanku tapi, aku tetap melangkahkan kakiku menuju perpustakaan. Ya... kalian tahu anak umur tujuh tahun ini sudah terlihat seperti anak berusia belasan tahun wajahnya sangat tampan aku akui aku tampan tapi, aku malah mengatakan aku tampan pada semua orang itu tidak penting.
Alex Beno adalah teman yang sadar kalo aku merasa biasa aja di bully mereka bahkan aku tak melawan mereka,
waktu di kelas tiga sekolah dasar aku menjadi teman mereka dengan mereka yang terus mendekatiku setiap hari bahkan mereka sering menanyakan kabarku.
Lucu sekali mereka tapi, Aku biasa saja. Kata Bu Siti yang aku ingat kalo kita tidak suka dengan seseorang tidak sukai saja sifatnya karena orangnya itu pasti baik tapi, perilaku dan sifat kadang terlihat buruk.
Aku membaca banyak buku dari awal masuk kemari.
Hanya belajar di sekolah dasar selama enam tahun kegiatan hanya belajar, mendengarkan guru istirahat kekantin kalo enggak di kelas kadang juga duduk di taman melihat teman-teman lainnya bermain.
Tidak ada yang asik dan menyenangkan bagiku semua monoton bahkan kegiatan sekolah dasarpun membuatku bosan dan aku memilih mundur saja padahal kegiatan karateku selalu mendapatkan nilai baik di penilain pelatih ekskul.
Suara sepatu berhak aku mengenalinya itu adalah suara sepatu yang selalu Bu Dewi pakai setiap ia di panggil kesekolah mewakilkan Bu siti.
Salah satu pengurus yang baik dan peduli sekali padaku tapi, aku lebih memilih menjauhinya karena aku bukan anak baik tapi, anak nakal.
Sampai di dalam perpustakaan Bu Dewi melihatku, Aku tahu ketika Bu Dewi menoleh kesana kemari, pikirku pasti Bu Dewi mencariku. Aku membiarkan saja Bu Dewi mencariku padahal aku bisa melihatnya.
"Arjuna." Panggilan Bu dewi membuatku menoleh sebentar, Bu Dewi menatapku dengan lembut . Aku kembali menatap Buku setelah beberapa menit menatap Bu Dewi yang berjalan mendekatiku.
"Kenapa kamu enggak ikutin acaranya Juna." Bu Dewi menghampiriku dengan suara lembutnya mengajakku bicara, aku hanya menggeleng. Bu Dewi tersenyum dan duduk di depanku.
" Sebentar saja ya, ini hanya mengambil raportmu dan juga ijazahmu yang sudah selesai di peroses. " Tanpa banyak bicara lagi aku mengangguk.
Aku bangkit dengan membawa semua buku yang aku baca tadu untuk di taruh kembali ketempatnya lalu berjalan mendahului Bu Dewi dengan santai.
Wajah datar dan Kaku selalu terlihat aku tanpa sadar bersikap angkuh pada Bu Dewi padahal beliau sangat baik padaku tapi, aku ini anak nakal jadi lebih baik aku tidak memiliki orang terdekat lagi.
"Ehm anak ini," gumam Bu dewi aku mendengar itu walaupun pelan.
Sambil melangkah dengan langkah cepatnya, mendekatiku yang berjalan sedikit cepat meninggalkannya di dalam perpustakaan.
Sampai di aula perpisahan Sekolah Dasar tepat setelah itu namaku di panggil,
oleh Bu laras salah satu wali kelasnya.
"Dewa Arjuna. Silakan."
Aku maju dengan santai dan menyalami beberapa guru lalu mengambil map yang kepala sekolah berikan.
Mereka menatapku dengan tatapan aneh, aku sudah biasa merasa seperti di kucilkan tapi, aku masih belum bisa mengartikan tatapan orang dewasa padaku dulu dan sekarang dengan caraku aku mengartikan sebagai tatapan rasa iba dan simpati.
"Silakan keruangan saya." Ucap Salah satu guru sepertinya petugas TU.
Aku mengangguk mengikutinya dan di belakangku ada Bu laras guru yang sama yang memberikan bingkisan mewakilkan guru lainnya, ia mengikuti Aku dan Bu Dewi.
Sampai di dalam ruangan guru Aku di berikan sebuah tinta cap berwarna biru didalam sebuah kotak kaleng dan juga dua map dengan berkas penting yang biasanya seorang siswa menunggu waktu berbulan-bulan untuk mengambilnya tapi beda denganku, setelah lulus tepat hari perpisahan atau wisuda Sekolah dasar, aku langsung mendapatkannya, seperti sekarang ini.
Selesai melakukan sidik jari Aku di bantu Bu Laras.
Dan Bu Dewi bergegas mengajakku pergi setelah berpamitan pada guru yang ada di depanku.
Sesuai ucapan Bu Dewi yang bilang jika setelah mengambil raport dan Ijazah atau lainnya Aku akan pulang bersamannya.
Aku dan Bu Dewi yang sudah pergi keluar ruangan TU, lalu melewati beberapa kelas dan langsung melangkah pergi melewati gerbang sekolah, seketika Taksi Online yang bisa Bu Dewi pesan seperti seorang langganan tetap, Aku dan Bu Dewi menghampiri taksi online itu.
"Juna gimana nilainya," ucapan Bu Dewi membuat Aku memberikan tiga berkas itu pada Bu Dewi.
Aku dan Bu Dewi sudah duduk nyaman di dalam Taksi dan aku juga sudah bersandar nyaman di jok mobil.
"Boleh ibu liat." Aku mengangguk tanda setuju. Dibukanya raport ijazah dan rekap nilai UN. semuanya sempurna, mungkin. Aku menoleh sebentar melihat raut wajah Bu Dewi, apa yang Bu Dewi perhatikan, Bu Dewi terkejut dan takjub.
"Cucu nya pasti pintar," lirih Bu Dewi.
"Juna ini biar Bu dewi Simpen ya... Nanti kamu lanjut Sekolah Menengah Pertama di Gumilang Atmadja." Jelas Bu Dewi membuatku lagi-lagi mengangguk. Aku seperti diatur tapi, itu memang kenyataannya. Aku merasa jika Aku harus seperti ini sebelum aku benar-benar jadi seirang remaja matang lalu dewasa. Aku menatap keluar jendela seketika hujan turun membasahi kaca mobil.
Semua hal yang aku lakukan akan terasa hambar tanpa kehadiran keluarga. Aku merindukan ibu Ayah dan Adikku yang bahkan aku belum sempat melihatnya. Waktu itu kandungan ibu sudah sangat besar seharusnya aku bisa melihat adikku tapi, aku tidak bisa.
Air mata yang mengenang membuat pandanganku buram seketika aku menatap keatas dan air mata itu perlahan menghilang tak jadi keluar dari kelopak mata.
Sampai di panti Asuhan Aku dan Bu Dewi pergi keluar dari taksi dan masuk ke halaman panti asuhan dengan berjalan kaki.
Didalam kamar aku duduk diam menatap keluar jendelan kamar kebetulan tempat tidurku di bawah dan teman sekamarku me
" Arjuna Main bola yuk!" seru Noe padaku seketika Aku mengangguk. Noe dan Aku bagaikan satu hal yang cocok karena saling mengisi kekurangan masing-masing.
Jika Aku yang jarang bicara jika tidak penting. Lalu Noe yang ceria dan hangat banyak sekali kalimat yang keluar dari mulut Noe ketika sudah memulai ceritanya.
Aku kembali keluar dari panti asuhan ketika sudah berganti pakaian yang santai.
Aku menoleh sebentar melihat seorang wanita tua yang masih cantik sedang bicara dengan Bu Siti. Sekeali dia tersenyum menatapku. Aku langsung mengalihkan tatapanku dan menghampiri Noe.
Noe adalah Temanku teman sekamarku, Entah kenapa kalo Noe sakit aku sangat perduli dengannya bahkan jika Noe sakit aku meminta bertukar tempat aku di ranjang atas dia di bawah. Noe anak yang aktif dia seumuran denganku. Noe lebih dariku bahkan dia pura-pura kuat jika aku menilainnya di setiap harinya karena aku dengar-dengar kalo Noe adalah anak yang sengaja di buang orang tuanya identitas dan apapun tentangnya tak jelas.
Sekarang satuhal yang mengusik pikiranku adalah wanita tua yang sepertinya lebih tua dari Bu Siti itu mirip sekali dengan ayahku bahkan sangat miripnya aku bisa bilang kali itu wajah ayahku dalam diri perempuan tua.
Aku acuh saja memilih bermain bersama mereka dan Noe.
Tiba saat tak pasti aku tak sengaja melempar bola mengenai lumpur dan menciprat baju wanita tua itu.
Bu siti menatapku.
Aku mendekat dan mengambil bola itu.
"Maaf Saya tidak sengaja." Kataku padanya dengan mengambil bola di kobangan lumpur.
"Tidak masalah Arjuna... jaga diri kamu baik-baik," ucap wanita itu padaku.
"Jika nanti saatnya tiba kamu panggil aku nenek dan Jangan pernah lakukan kesalahan yang sama seperti ayah dan ibu kamu lakukan, Bu Siti saya titip Arjuna untuk berikutnya kita tidak bisa bertemu lagi," ucap wanita itu dengan tatapan yang sangat tak terbaca olehku bahkan aku bingung kenapa dia menganggilku Arjuna dia tahu aku, ah.. mungkin Bu Siti mengenalkannya.
Aku mengangguk saja dan pergi dari sana tanpa mengatakkan apapun.
Mau memanggilnya apapun kurasa aku tak akan pernah bertemu dengannya lagi, biarlah ia lupa denganku semoga saja. Semua yang aku temui pura-pura mengenalku Bu Siti Bu Dewi lalu wanita tua itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Endi Wahyudi
kok beda ya audio sama nofel nya
2023-03-17
0
Edyson
itulah hidup dipanti susah gembira dan sedang pasti ada kenangan sehumur hidup
2022-12-13
1
latamulyadi
tenang Thor masih tarap normal....
2022-03-15
0