Sudah tiga bulan setelah semester satu berlalu dan kejadian Buli itu tidak pernah ada lagi, bisa di bilang aku korban terakhir, mungkin. Aku santai saja, walaupun setiap guru memberikan aku perhatian dengan lembutnya, para guru juga takut jika mentalku terganggu waktu kejadian itu hingga sekarang, padahal itu biasa saja bagiku.
Apa mereka sengaja menatapku seperti itu karena aku anak panti.
Tapi, karena guru-guru yang seperti itu aku jadi kesal sendiri. Beberapa murid atau siswa siswi memandangiku lebih aneh. Jika aku menilai tatapan mereka mengatakan jika aku anak emas sekolah yang di banggakan.
Aaiss... risih kali lah!
"Woi anak panti balikin bolanya," Teriak Anak laki-laki itu.
Berita tentang aku yang di panggil anak panti asuhan sudah tersebar ke semua sekolah.
Aku dan Noe santai saja karena mereka mengucapkan kenyataan yang mereka dengar dan mereka lihat, tanpa mau mencari tahu hal sebenarnya.
Aku langsung berbalik menatapnya dan melihat letak Bola basket di dekatku tidak terlalu jauh, Aku melemparkannya kembali bolanya dengan kencang dan masuk langsung ke dalam Ring.
Berjalan santai pergi meninggalkan lapangan Basket bersama Noe menuju kantin.
Acuhkan saja teriakan dan sorakan itu, pikirku ketika mendengar teriakan mengolok-olok.
"Mantep." Sorakan penuh untukku setelah aku melepar bola masuk ke ring, dari anak-anak yang sedang berlatih basket dan yang menonton tidak sengaja melihat aksiku juga, aku tidak peduli dengan penilaian mereka, aku hanya membantu memberikan bola dengan cara baikku, mungkin.
"Diem kalian semua." Ucap salah satu kapten basket tersebut yang sengaja melempar bola ke arah Noe.
Semua tahu jika Kapten basket ini adalah orang yang tegas dan juga tidak terima kekalahan dan penolakan.
" ARJUNA." Noe dan Aku menoleh bersamaan.
"Lo Bisa main basket." Dengan sombong sambil memantulkan bola basket sambil berjalan mendekat ke arahku. Orang yang sengaja melempar bola kearah Noe tadi.
" Kalo Lo berani." Ledeknya menatap ku dan Noe bergantian.
"One by One." Ucapku datar dan masih didengar kapten basket tersebut, pasti kalo seperti ini jatuhnya tantangan lagi, mereka ini buat apa sih terlihat populer, memuakkan.
"Ok, Lo jadi wasit." Tunjuknya asal pada anak basket lainnya. Dan osis yang tak sengaja lewat lapangan basket.
Kini semua menyingkir dan dalam waktu beberapa detik lapangan basket penuh dengan para penonton dan beberapa guru yang penasaran. Bagaimana tidak!. Seorang Arjuna (diriku) yang notabennya pintar di kelas apa bisa pintar di lapangan, bukan sombong. Tapo, kenyataan di tantang kapten tim basket sekolah yang paling populer sesekolahan.
Ok, buat kenang-kenangan sebelum lulus.
Suara peluit bergema dan permainan dimulai. Baru awal main sudah Tiga poin aku Cetak sisanya Aku mengalah membiarkan kapten basket itu tapi, karena terlalu lama, Aku tidak bisa mengalah lagi. Aku merebut bolanya dan melemparkannya kering basket dengan mudah.
Masih dengan wajah datarnya. Aku melempar bola pada Kapten basket tersebut. Terdengar suara peluit. Waktu permainan Basket ternyata selesi.
Tanda permainan berhenti dan melihat hasil. Kapten basket itu terkejut termasuk anak-anak perempuan yang bersorak itu.
"ARJUNAAA.... KAMU THE BEST." Teriak beberapa gadis itu dengan suara cemprengnya, menurutku.
Tanpa menghiraukan lagi aku berlalu pergi dengan Noe, Noe yang aku hampiri langsung memberikan l air mineral sebotol saja. Aku menatap Noe.
"Darimana lo dapet Air, Anduk?" Tanyaku pensaran.
Seketika Noe menggerakkan matanya.
Aku berdecak malas. Sudah rahasia umum kalo gitu.
Terlihat di papan penilai lima skor Arjuna jauh lebih besar dari milik Topan Kapten basket.
Menjauhnya punggungku dan makin tak terlihat membuat Topan berpikir licik untuk menjahiliku mungkin, aku hanya merasa saja.
Sampai dikelas setelah bel masuk. Pelajaran kembali dimulai. Waktunya memilih kelompok belajar dua orang.
"Bu saya enggak mau ama Juna." Ucap siswi itu tidak terima. Ketika kelompok belajarnya mendapatkan satu kelompok denganku.
"Ya sudah Noe kamu bersama Arjuna lagi ya."Ucap Bu Wati.
"Ok.. Bu siap. Sory ya Bel.. gue ama Arjuna lagi. Lo ama Amel aja sono." Bela kesal pada Noe.
"Ih Makanya jangan beku... beku amat jadi orang kan serem tahu." Kesal Bela. Menatapku tapi, aku hanya menatapnya tanpa ekspresi.
" Hahah Yakin serem Lo aja ngejar-ngejar Juna Beoon," ucap Noe. Memukul bahu Bela pelan.
Cengiran Bela dengan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Noe mengatakan yang sesungguhnya seketika membuatnya malu di mata ku yang habis dia omeli. Bela berbalik menatap kedepan.
Beberapa jam setelahnya.
" Arjuna ada surat nih." Salah satu murid menghampiriku. Aku tak menanggapi itu dan yang menerima itu adalah Noe.
"Apaan tuh." Ucapan Noe hanya di sambut gelengan olehku.
[Gue tunggu lo di halte depan.] Tulisan di surat itu yang datangnya dari anak kelas sembilan sebelah.
"Wah perasaan Gue kok enggak enak ya Jun."
Aku meremas kertas itu dan membuangnya ke sembarang tempat. Tidak sadar aku meginjaknya.
"Kita lewat jalan lain aja." Ucap Noe kali ini aku menganggukinya.
Mungkin, Topan menunggu aku dan Noe, dengan lama seperti orang gila di dekat Halte. Sedangkan Aku dan Noe sudah mampir ke makam dan sekarang hampir sampai di panti asuhan.
Besoknya Aku di datangi Seorang osis di kelasku mengatakan jika Topan kapten tim basket, membuat pertandingan basket ulang lagi dan kali ini Topan mempertaruhkan jabatannya sebagai ketua tim basket.
Loh apa maksudnya. Sebentar lagi lulus sangat enggak beguna sekali, bagiku.
Aku hanya menatap dan berdiri dengan santai melangkah kelapangan Basket di temani Noe. Setelah jam istirahat pastinya.
Beruntung hari ini hari jum'at pelajaran tidak terlalu banyak dan juga banyak jamkos hari ini.
Di lapangan saat ini Aku tengah berdiri dengan gayaku yang santai. Dan menatap tajam Topan.
"Lo klo bisa ngalahin Gue, lo boleh jadi Kapten basket selanjutnya kalo gak bisa Lo bilang kesemua orang kalo lo anak haram dan anak yang dibuang Orang tuannya di panti asuhan." Sontak Ucapan Topan membuat aku naik pitam. Tepukan pelan Noe membuatku mereda sedikit.
"Jangan kepancing toh dia cuman bisa ngomong doang."
Aku berdehem membenarkan apa yang Noe bisikan. Sekarang lapangan basket bertambah ramai dengan adanya penonton dari kelas satu hingga tiga SMP.
Kebanyakan perempuan yang menguasai Lapangan penonton, karena ingin melihatku yang jago bermain basket.
Beberapa menit kemudian pertandingan satu lawan satu selesai . Dan benar saja aku menang kembali dengan poin yang memuaskan.
"Lo liat sendiri! Gue gak pernah mau ganggu lo tapi, Lo dengan serakahnya mau apapun yang membuat Lo terlihat Waaah.. Benerkan gue."
"Topan... See... Lo pasti gak Bego-bego banget buat menafsirkan hal yang kejadian dua kalo gue menang dari lo, masih untung gue nerima tantangan lo kalo gue gak nerima lo sebagai yang punya hajat pasti malu, Gue gak mau punya masalah sama lo, Sekarang hidup lo harus tenang Gak usah nilai atau urusin hidup Gue, NGERTI LO!"
Aku pergi. Noe menyusulku.
Kali ini semua sudah berbeda mereka tidak ada lagi yang mengolok-olok Arjuna dan Noe karena mengira Arjuna dan Noe adalah anak panti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Z3R0 :)
bagus MC nya dingin dan cuek
2021-12-26
0
Andini Rastanti
terllalu kta bang haji roma😅 kulkas banget ya arjuna
2021-11-08
0
Kamal Tanudjaya
galak banget tuh ,Ndak boleh begitu
2021-07-25
1