Langkah Arjuna dan Noe memasuki panti Asuhan terhenti dengan duduk dan melepas sepatu mereka tak lupa mengganti dengan sandal rumah.
Sekarang kebersihan harus terjaga di panti karena beberapa hari lagi penyakit berbahaya bisa membuat orang sesak nafas jadi demi keamanan kesehatan panti semua harus rajin saling menjaga ke bersihan.
Samar terdengar suara orang asing dari ruangan Bu Siti.
"Alika. Kamu yakin akan memberi tahunya." Ucap Bu siti mendapat anggukan pasti dari Alika.
"Aku yakin ia bisa memegang kendalinya walau masih muda." Ucap Alika yang bergerak mengambil secangkir teh dan menyeruputnya nikmat lalu kembali menatap langit sore dengan senyuman.
"Siti pensiunlah kamu sudah terlalu tua." Ucap Alika mengejek Siti mengabaikan bahan pembicaraan yang sedang di bahas.
"Aku tidak terlalu tua justru kau yang tua." Sama-sama nenek-nenek saling menyalahkan siapa yang tua Sama-sama tua tidak mau mengalah juga.
"Mana Dewi?" Tanya Alika di telpon lalu melihat pelayan yang tadi akan mengambil teh baru, yang sekarang tak kunjung terlihat keberadaan pelayannya yang seharus menambahkan teh ke cangkirnya.
"Tunggu saja sebentar mungkin dia sedang mengurus sedikit urusannya."
Alika mengangguk tak lama setelah itu Dewi datang dan pembicaraan mereka bertiga berlanjut di ruangan bu Siti. Saat Dewi masuk ruangan Bu siti saat itu Arjuna sudah masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintu.
"Kabar apa yang terjadi beberapa waktu belakangan ini." Ucapan Alika tanpa basa basi dan langsung. Dewi mengangguk menjelaskan. Mereka sengan melakukan panggilan vidio call antar negara.
"Tuan Muda Dewa sering mendapatkan perlakuan tidak baik semasa Smpnya tapi, tak lama. Di lain waktu, Jika sedang senggang, kadang membatu saya berjualan. Masa SMA ini Tuan muda memperlihatkan dirinya yang asli tak banyak hal buruknya juga tak banyak hal baiknya......" Sampai semua penjelasan dewi jabarkan seketika Alika menghentikan laporan Dewi.
"Ya aku cukup paham dengan semuanya usianya memang masih muda tapi, pasti dalamnya sudah sangat dewasa. Menyayangkan jika aku tak bisa langsung membawanya masuk ke dalam lingkaran keluarga Alexander. Kalian tentu tahu tentang semua masalah yang ada dan yang Gwen atau Alex tinggalkan semuanya mengarah ke sesuatu nyata fakta atau rekayasa dan Arjuna aku sebagai nenek pun tak bisa memeluk bahkan menyayanginya jika Siti waktu itu tak datang dan menjemputnya."
"Tentu akan lebih baiknya jika nama Dewa Arjuna yang di miliki tanpa embel-embel Alexander di belakangnya." Lanjut Alika yang menatap wajah Dewi dan Siti bergantian.
"Tapi, Noe bilang Jika Tuan Muda Arjuna tidak ingin membuat masalah selama sekolah yang ia ingin selesai sekolah dengan baik dan bulian itu Arjuna mengatakan pada Noe jika itu hal yang bagus untuk kesehatan." Ucapan Dewi asli ucapan yang Noe katakan yang berasal dari Arjuna.
"A... siapa itu Noe? kesehatan?" Tanya Alika.
"Noe teman Tuan muda dan mereka semakin akur," jelas Dewi.
"Apa dia memiliki geng atau teman-teman buruk?" Tanya Alika lagi.
"Tidak Ada Nyonya, Tuan muda hanya akrab dengan Noe Saja. Salah satu anak panti Asuhan yang dititipkan depan pintu panti beberapa puluh tahun lalu."
"Penjelasanmu cukup sampai sini saja dan terimakasih Dewi kau boleh kembali ke tempatmu dan jangan membuat curiga siapapun mengerti termasuk Noe dan Arjuna."
"Baik Nyonya." Dewi pergi setelah membungkuk.
seketika mata tajam Arjuna menatap Bu dewi yang baru saja keluar dari ruangan Bu Siti dan mata mereka saling bersitatap agak lama.
Seketika Bu Dewi mengganti Ekspresinya menjadi lebih tenang.
Arjuna tak merasakan hal apapun dan lebih memilih pergi mengurus urusannya sendiri.
Seketika hujan deras turun mengguyur kota dan juga segala yang dilaluinnya badai yang kencang membuat angin besar dan juga Pohon menjadi terhuyung mengikuti tarikanAngin kencang juga Hujan badai.
Pikiran Arjuna melayang jauh di kejadian beberapa tahu sebelum ia ada di panti asuhan ini.
Sedangkan di ruangannya Alika sibuk dengan banyak urusannya yang menumpuk dan sesekali memijat keningnya.
Terdengar ketukan pintu dan itu adalah asistennya Aryo. Aryo ayah dari Gio dan orang yang pernah bertemu dengan Arjuna juga di sekolah waktu itu.
"Nyonya beberapa dokumen belum rampung dalam peninjauannya, ini adalah keluhan yang perusahaan cabang keluhkan," jelasnya.
Dengan tenang Alika menerimanya dan membacanya.
"Nyonya sepertinya aku tidak asing dengan salah satu murid SMA bernama Dewa Arjuna."
Gerakan tangan Alika yang membuka tiap lembar dokumen berhenti seakan merasakan hantaman kuat di dadany yang membuatnya tersentak lalu berhenti dari ke giatannya.
"Atau mungkin salah." Aryo berucap lagi.
"Ada apa dengan anak itu," jawab Alika kelewat datar.
Aryo mengangguk.
"Sepertinya sangat buruk sekali sikapnya Kemarin ia menghajar Gio sampai tangannya patah dan itu membuatku merasakan miris dengan tingkahnya," jelas Aryo.
Tanpa Aryo Sadar sedikit senyum tipis di wajah datar Alika terbit.
"Mereka hanya anak-anak biarkan mereka mungkin Gio terlalu parah mengganggunya," jelas Alika lagi tapi, Aryo tak suka jika sekarang Gio di pandang rendah.
"Lebih baik jangan perhatikan yang lain pekerjaanmu masih banyak, Aku tak membayarmu untuk mengawasi anak SMA tapi, bekerja di perusahana."
Alika mengatakan itu dengan tegas seketika itu Aryo mengerti dan mengangguk mantap, pamit keluar dari ruangan Alika.
Sepeninggalan Aryo. Alika terdiam menatap pintu yang tertutup.
"Semuanya selalu tiba-tiba. Aku harus bergerak lebih cepat, Aryo tidak bisa menyentuh Arjuna lebih cepat."
Seketika Alika menghubungi seseorang dan Saat tersambung senyuman itu terbit di wajahnya lalu telpon terputus.
Noe yang baru selesai mandi menghampiri Arjuna dengan membawa kotak rubik dan rambut yang basah dengan handuk di lehernya.
Selama ini Noe memperhatikan Arjuna sering melamun bahkan semenjak kejadian Juna menghajar orang asing kemarin.
"Lo bisa cerita ke gue kenapa sekarang lo suka banget menyendiri. Lo punya gue Juna."
Juna menghela nafasnya melirik Noe lalu duduk di tepi ranjangnya menghadap Noe yang menatapnya dengan tatapan yang lumayan serius.
"Perhatian amat lo," ucapnya mengambil rubik dari tangan Noe.
"Jelas gue khawatir.. lo tertutup banget sih," ujarnya sedikit kesal.
"Gue bisa urus, urusan gue sendiri... kenapa lo lagi gak bisa diem aja liat gue pusing," ucap Juna tepat sasaran. Karena itu memang mengganggu perasaan Noe.
"Iya.. Lah Lo pikirin aja selama kita tinggal nih di atap kamar yang sama Lo senengnya murung diem, sesekali keluar dan balik lagi muka basah rambut basah Lo juga sering banget baca buku nuansa islam banget... Tapi, kalo lo lagi tenang bacaan lo Komik action."
Juna mendengus sebal.
"Gue aman, Lo gak usah terlalu pusing yang penting gue masih normal gak suka pisang makan pisang," ucap Juna seketika keluar jalur pembahasan.
"Eeh.. Buset... Kagak ke sono arahnya Brambang bawang, Lo... emang normal... Eh. tahu gue kali.. Aaahkk.. bukan itu masalahnya. Dah gue mau keluar di luar juga ujan."
Arjuna acu saja dan saat pintu tertutup Juna berganti duduk di kursi bekas Noe tadi dan menatap keluar jendela.
Sekatan sepemikiran seorang lelaki itu duduk di depan meja dan kakinya saling bertumpuk di luruskan di atas meja.
Wajahnya sangat nyaman tersenyum lebar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Edyson
lanjut thor
2022-12-13
1