Bu Dewi meraih tangan Arjuna menariknya dari kepalan yang sangat keras dengan begitu lembut dan menatap kedua mata yang memerah menahan air mata dan amarah besar, Bu Dewi hanya dengan tersenyum lembut semua menghilang entah kemana.
"Udah... Tangan kamu kotor buat preman kayak mereka. Kalo kamu terusin mereka bisa mati liat semua orang natap kamu jijik," ucap Bu Dewi dengan pelan.
Arjuna melepas tangan Bu Dewi sedikit kasar dan pergi masuk kedalam mobil.
Merasakan kelakukan Noe dan Arjuna di pasar tadi Bu dewi dan bu Siti sampai memegang dahinya.
"Arjuna Noe Kalian berulah lagi? Arjuna lebih tepatnya." Ucapan Bu Dewi membuat Noe meringis melirik Arjuna dan Arjuna meliriknya balik.
Menahan rasa bersalah berusaha berdiri dan melangkah masuk kedalam ruangan.
"Maaf." Kata singkat yang terucap, seketika Bu Siti masih menatap kami tajam saat Bu siti Arjuna curi padang bagaimana wajahnya seketika itu Bu Siti menghela nafasnya.
"Kalian berberes dan Mandi lalu istirahat."
Setelah selesai mandi Noe menghampiri Arjuna yang sedang berbaling diatas kasur.
" Nyanyi dong lo," ucap Noe.
Aku yang sedang santai memainkan gitar langsung menghentikan petikan itu dan bangkit duduk lalu menatap Noe.
"Ogah, Keliatan amat jomblo gue nyanyi bareng Lo." Seketika Noe kesal. Aku diam menatap keluar jendela meletakkan gitar yang Juna pegang di tempatnya semua.
Bicara tentang gitar, ini Juna dapat dari hadiah wanita tua itu yang katanya Bu siti menyukai Juna, lalu Juna juga menerimanya saja dan kadang hanya Juna genjereng-genjereng asal.
" Wahaa... parah .. Sama gue juga, ngerasa gitu."
Juna menggeleng .
Begitulah Noe anehnya selalu terjadi sewaktu waktu.
"Mata lo kek gak suka gue ngenyamaain diri gue ama Lo Jun."
Noe duduk di samping dan tersenyum meminjam gitar yang masih di pelukan Juna.
Setelah bermain dan aku duduk memainkan rubik tidak lama waktu makan malam tiba. Noe lebih cepat untuk urusan makan.
Turun dari kasur Juna dan berjalan keluar lebih dulu Juna kurang semangat dan hanya mengikutinya dengan santai keluar kamar.
"Makan malam kita " ucap Noe mengajak Juna.
'Tidak tahu kapan dan dimana Matahari akan terlihat menerbitkan senyuman di wajah sedih ku ini ketika malam tiba. Rasanya setiap malam aku selalu mengingat kejadian menyedihkan yang sudah belasan tahun itu.' Batin Arjuna bicara di alam bawah sadarnya dan Arjuna hanya berjalan seperti manusia tanpa nyawa dan duduk tanpa nyawa.
Di mejam makan besar mereka semua makan malam bersama dan juga berdoa bersama,
kini Juna yang memimpin doa.
Makan malam pun dimulai dengan tenang dan hikmat.
Selama itu Juna kembali sedikit mengingat masa lalu saat suapan nasi pertama masuk mulutnya, lalu kembali lagi pada makanannya, menghela nafas panjang.
" Arjuna kamu dan Noe habis dari mana tadi." Tanya Bu Dewi sambil memakan makanannya di hadapan Ku dan Noe. Kami memang makan satu meja dan berhadapan.
" Kami joging dan jalan santai sore Bu," ucap Noe cepat. Bu Dewi mengangguk mengerti. Juna hanya diam dan mendengarkan.
" Kalian besok bisa bantu ibu." Seketika Juna dan Noe menghentikan makan dan menatap Bu Dewi.
"Apa itu bu?" Noe bertanya dengan sedikit penasaran, aku hanya diam memperhatikan saja. Bu Dewi tersenyum dengan ucapan Noe Menatap Juna lalu Menatap Noe kembali.
"Jualan Kue." Seketika Aku menatap Bu Dewi lalu meminum air putih dan mengangguk lalu membawa piring kotor tersebut untuk Juna langsung cuci sendiri.
Tak lama semua selesai makan dan mengumpulkan piringnya untuk di cuci bergantian Juna dan Noe mencuci lalu menjaga tempat cucian piring memantau semuanya memberiskan piring bekas makan dengan bersih dan juga baik.
Juna sibuk dengan pemikirannya sendiri sampai tiba-tiba ingatannya yang melamun di kacaukan dengan salah satu pecahan gelas yang keras.
Juna terdiam dan Noe menangkan lalu semua kembali kekamar masing-masing untuk istirahat.
Hari-hari berlalu kini libur sekolah dan pendaftaran masuk SMA akan segera terlihat .
Noe dan Juna menjaga stan yang Bu Dewi sewa beberapa waktu.
Di keramaian di pasar yang membuat seluruh manusia dari berbagai tempat datang untuk menengok dan melihat apa saja yang ada di Pasar Raya ini.
Ini pasar yang sering di buka jika ada tahun baru islam atau perayaan seperti idulfitri dan idul Adha kadang seperti hari besar orang muslim lainnya juga tak kalah ramainya di pasar ini.
Juna dan Noe juga Bu Dewi berjualan kueh kering untuk perayaan hari besar.
Dan lumayan baru saja mereka membuka Stand pelanggan sudah berkumpul untuk memesan dan membeli kueh buatan Bu Dewi.
Juna akui masakan dan kueh buatan Bu dewi sangat cantik dan sayang dimakan tapi, saat di makan rasanya sangat enak dan tak mau berhenti sampai kuehnya habis bahkan Bu Dewi yang hanya buka Order di hari raya dan di batasi ini membuat pesanan menumpuk.
Juna baru tahu dari Noe yang Noe sendiri di ajak cerita oleh Bu Dewi sendiri.
Perjalan waktu yang begitu cepat membuat kita sedikit tidak merasa kalo ternyata baru kemarin mereka masuk kepanti asuhan sekarang kami sudah hampir menginjak usia Lima belas tahun.
Juna yang hari ini menggunakan pakaian santai Kaos tangan pendek dan celana jeans panjang dengan Noe yang juga menggunakan celana Jeans selutut dan atasan Hoddi hijau botol.
"Makasih ya," ucap ibu itu pada Juna, dan hanya di sambut senyum tipis ketika membalasnya. Sedangkan Noe baru datang membawa kueh yang lainnya. Karena kueh di stand kami hampir habis.
"Noe mana Bu Dewi." Noe baru datang dan langsung menghampiri ke Stand. Sedangkan Juna bertanya sambil sibuk melayani. Noe yang sudah duduk beristirahat sebentar. Bu Dewi tak lama datang membawakan sesuatu didalam kantong keresek putih. Tak lama para pengunjung pembeli yang hanya bertanya mampir melihat dan membeli pergi satu persatu.
Bu Dewi menyerahkan kantong plastik itu pada Noe.
"Kalian makan dulu baru nanti kalian beresin dagangan kita tutup awal karena ini juga udah sore banget."
Juna dan Noe saling angguk.
Memilih tempat makan yang lumayan tenang.
"Lama Lo gue sendirian," ucap Juna dengan wajah kesalnya.
"Sorry lah.. Gue juga macet ama Bu dewi ngambil kueh di tempat. Oiya ternyata Bu dewi punya rumah produksi walau katanya ini juga termasuk dari kerjaan sampingan katanya gitu," ucap Noe.
Kami berdua kembali fokus makan.
"Jun... Libur kali ini lo gak dateng kesarang Underworld itu," ucap Noe tiba-tiba di akhir makan yang hampir selesai.
"Kata yang punya gue gak bisa dateng lagi, Gue juga udah berhenti dan Alex Beno juga gak keliatan gue gak tahu kemana mereka."
Noe menganggukkan kepalanya mengerti.
"Iya... juga sih.Tapi, Jun... Lo ngerasa kalo itu sepbenernya--"
"Iya gue tahu maksud lo, jangan ngomongin hal itu didepan umum Noe," ucap Juna cepat menyela.
Noe mengangguk anggukkan kepalanya paham.
"Gue harap di SMA nanti kita gak punya masalah," ujar Noe tiba-tiba saat berdiri membuang sampah kertas nasi setelah selesai makan Juna hanya datar mendengarkan ucapan Noe barusan.
"Lo dengerkan kalo Gio orang yang dulu bully lo ada disana." ucap Noe tiba-tiba tapi, bukannya takut atau kepikiran Juna justru acuh saja.
***
Hari berikutnya berdagang kembali kali ini Bu Dewi lebih banyak membawa bahan dagangannya dan lebih banyak dari kemarin.
Saat ibu-ibu yanh datang memenuhi Stand saat itulah Juna dan noe hampir kewalahan.
Ramai sekali yang mengantri. Juna dan Noe pun tak berhenti membantu.
"Eh Si ganteng ama manis dah dateng lagi" ucap Ibu-ibu yang melihatku dan Noe membantu Bu Dewi.
" Dewi. Kamu pasti semangat ya kerjanya di bantu dua orang ganteng dan manis ini," ucap Seorang ibu ketika menerima kembalian dari Bu Dewi.
" Haha Ibu bisa aja." Sahut Bu Dewi.
" Mas ganteng masih sekolah ya," ucap seorang ibu pada Juna seperti merayu. Juna mengangguk dengan senyum tipis sambil memberikan sekantong kueh yang diminta.
" Tuh kan senyumnya aja manis," goda ibu ibu yang lainnya.
"Jangankan senyumnya kalo pun anak yang dari Panti Alexander semua seperti Juna.. Aku sih mau adopsi dari dulu tapi, Alexander dari dulu gak ngizini adopsi anak sembarangan ke orang sembarangan juga."
"Dewi emang iya gitu," ucap salah satunya heran.
"Kalo urusan itu sebaikan Bu Siti yang ibu tanyakan karena saya tak tahu banyak."
"Sekali keluar anak-anak panti itu di adopsi sama orang yang gak akan ada di sekitar kita dan mereka semua berani adopsi dengan jaminan gak sembarangan kalo sampe anak dari panti asuhan Alexander kenapa-kenapa!"
"Haha... Ibu bisa aja, Lebih baik jangan menyebarkan rumor sembarangan lebih baik ibu hati-hati sama diri sendiri."
"Iya.. bu Bener itu."
" Tapi, Kenapa kok mau kamu bantuin jualan gini memang hari libur kamu gak ada kegiatan lainnya?" Tanya ibu-ibu lain.
" Lagi kosong jadi saya bantu jualan aja," Ucap Juna santai.
" Eh.. Boleh.. Boleh nih jeng anak kamu kan jomblo lumayan cantik sama dia ok ..kok."
"Eh Jangan ganteng aja kalo dia pekerja keras embat aja jeng itung-itung pamer menantu ganteng."
"Ih iya bener banget. Itu."
" Ibu-ibu Terimakasih ya ." Ucap Noe.
Ibu-ibu ini selalu saja seperti ini ketika kami sedang berjualan kueh, Juna dan Noe sudah biasa. Juna hanya berpikir, apa ibu-ibu ini tidak membiarkan seorang anak lelaki memilih sendiri pasangannya, mereka juga main menganggap Juna calon menantunya memangnya Juna juga ingin Juna juga tidak ingin berpikir sampai sana sebelum waktunya dan harus membuat dirinya berhasil dan melihat masa depan cerah dulu. Dan semua teka teki menganggu pikirannya.
" Eh manis. Kamu boleh juga masuk lis calon mantu saya," Ucap seorang ibu yang melihat Noe. Noe melirik Juna yang dilirik terserah tak mau tahu.
" Apaan sih....kok maen Data aja sih jeng Dian." Ucap seorang ibu tidak terima.
" Ehmm Dewi makasih banyak ya oiya jangan lupa sama pesenan saya ."
Setelah semua pelanggan pulang . Dan stand lumayan sepi. Aku dan Noe menyempatkan diri untuk berjalan-jalan di sekitar pasar. Sebenarnya Juna dan Noe sudah sering hanya saja untuk menghilangkan penat dan suntuk aja. Karena setiap waktu tertentu pasti Bu Dewi berjualan Kueh.
Hari ini gak akan berakhir sampai Hari besrnya kurang satu hari dan kebetulan besok lusa jadi tunggu saja.
***
Tak terasa Waktu sudah hampir Sore. Juna sibuk membereskan barang-barang dagangan. Beruntung setiap berjualan kueh selalu laris dan habis. Noe melipat tenda dan Juna membantu menata kotak box besar lagi. Bu Dewi duduk di dalam mobil.
Ketika Bu dewi ingin membantu kami, Juna malah menyuruh Bu Dewi untuk istirahat saja.
" Sudah selesai Arjuna?" Tanya Bu dewi sambil menoleh kearahku dan Noe.
"Sudah bu sekarang kita pulang." Ucap Noe dengan senyuman. Kini giliran Juna yang menyetir mobil pik up.
Bu Dewi tidak khawatir jika kami yang mengemudikan mobil ini karena tubuh kami yang tinggi tidak terlihat seperti berumur lima belas tahun tapi, terlihat seperti tujuh belas tahun keatas.
Dengan santai dan musik yang terdengar membuat perjalanan kami terasa nyaman sedikit melelahkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Malendes Pandawa
mantap
2021-08-10
1
Elys Lysmawati
penasaran akunya...
2021-05-29
0