Masa Lalu dan Masa Depan

Perjalanan pulang hanya diisi dengan keheningan. Dina merasa ada yang berbeda dengan Ryan sejak mereka keluar dari gedung bioskop lalu menyusuri mall untuk mencari tempat makan. Sikap Ryan menjadi pendiam dan terlihat gelisah seperti memikirkan sesuatu.

Dina sempat bertanya keadaan Ryan, tapi Ryan menjawab semua baik-baik saja dan dia hanya kelelahan. Hari memang sudah gelap, waktu menunjukan pukul delapan malam, masih setengah perjalanan lagi bus melaju menuju kota tujuan Ryan dan Dina.

Sejak tadi, Ryan memejamkan matanya, orang yang melihatnya, pasti mengira jika Ryan tidur. Namun Gita yakin, Ryan hanya pura-pura tidur untuk menghindarinya, agar Dina tidak bertanya apa-apa lagi.

Beberapa kali, Dina mencuri pandang ke arah suaminya, Ryan seperti sedang melamun. Namun saat sadar Dina memperhatikannya, Ryan akan kembali memejamkan matanya.

Dina bukan tipe perempuan penuntut, dia cenderung toleran dan masa bodoh. Jika memang suaminya perlu waktu untuk sendiri, maka dia akan mengabulkannya.

Enggan memikirkan Ryan, Dina memilih menyenderkan kepalanya ke kaca mobil, hingga rasa kantuk datang, Dina memejamkan mata dengan sempurna. Hingga dalam keadaan setengah sadar, Dina merasa kepalanya ditarik perlahan dan bersandar di pundak seseorang.

Ryan yang memang tidak tidur, perlahan membuka matanya dan melihat istrinya tertidur dengan bersandar pada kaca jendela. Ada perasaan bersalah karena sudah mendiamkan Dina, padahal Dina tidak bersalah dan tidak tahu apa-apa.

Perlahan, Ryan menarik kepala Dina yang terantuk-antuk membentur kaca agar bersender di bahunya.

Tatapan Ryan lurus ke depan, dia tidak menyangka di acara kencannya dengan Dina, Ryan akan melihat seseorang dari masa lalunya, Maretha.

Sungguh Ryan tidak pernah menyangka akan melihat Maretha di Mall tempat dia dan Dina menonton, karena setahunya, Maretha bekerja dan tinggal di ibu kota. Maretha mungkin tidak melihat Ryan, tapi melihat Maretha tadi, entah itu sebuah keberuntungan atau kesialan bagi Ryan.

Ryan teringat perkataan temannya, Agi, jika dia sudah menyia-nyiakan waktu bertahun-tahun dengan memacari Maretha.

"Apakah mungkin ini yang dimaksudkan oleh Agi? tapi kenapa Agi tidak bicara langsung saja malah terkesan seakan seperti cemburu?" jerit hati Ryan merasa waktu tidak adil kepadanya, dia sudah ditipu selama bertahun-tahun oleh Maretha.

Selesai menonton, Ryan mengajak Dina makan malam dulu sebelum pulang, siapa sangka saat turun melalui tangga eskalator, Ryan melihat Maretha berjalan dengan seorang laki-laki, satu tangan laki-laki tersebut memegang tangan Maretha, dan satu tangannya lagi menggendong seorang anak laki-laki berusia sekitar tiga tahunan.

Ryan berjalan di belakang Maretha, hingga Maretha dan laki-laki tersebut memasuki sebuah tempat makan, Ryan pun ikut masuk dan duduk di meja terdekat dengan Maretha.

Ryan dapat mendengar dengan jelas sapaan mereka adalah ayah bunda dan ketika mendengar Maretha mengatakan akan ke toilet, Ryan berbalik untuk melihat wajah bocah laki-laki yang bersama Maretha dan alangkah kagetnya ternyata anak laki-laki tersebut mirip sekali dengan Maretha.

Dalam lamunannya, Ryan seolah mengumpulkan kepingan puzzle kebersamaannya dengan Maretha. Saat Maretha tiba-tiba mengundurkan diri dari perusahaan tempat mereka bekerja sekitar empat tahun yang lalu. Jika anak laki-laki tersebut berusia sekitar tiga tahunan, besar kemungkinan jika anak tersebut adalah anak Maretha, wajar jika wajahnya sangat mirip dengan Maretha.

Alasan kenapa Maretha selalu mencari alasan jika Ryan meminta dikenalkan pada keluarganya. Maretha selalu mengatakan rindu dengan Ryan, tapi ketika Ryan mengajak bertemu atau Ryan dengan sukarela pergi ke ibu kota untuk melepas rindu dengan sang kekasih, Maretha sangat sulit di temui.

Ketika Maretha ke kota tempat Ryan tinggal, mereka pun bertemu secara sembunyi-sembunyi, seolah anak remaja yang sedang backstreet pacaran.

Ryan menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya secara perlahan. Setelah berfikir lagi, meski dia kecewa karena dibohongi oleh Maretha, tapi kehadiran Dina yang tiba-tiba seolah memenangkan jackpot undian. Dina tak hanya cantik, tapi baik juga tulus bukan hanya pada dirinya, tapi juga keluarganya.

Ryan merogoh ponsel di saku jaketnya untuk memesan taksi online ketika bus yang membawa mereka sudah hampir sampai terminal.

"Din, bangun! sebentar lagi sampai..."

Ryan mengelus pipi Dina lembut. Dina melenguh pelan, kegelian pipinya diusap-usap lembut.

"Bangun, sayang..." bisik Ryan pelan di telinga Dina.

Mendengar kata sayang, sontak Dina membuka matanya, dan kaget saat menolehkan kepalanya wajah Ryan tak berbatas dengannya, bahkan hembusan nafas Ryan terasa hangat di kulit wajahnya. Dina memundurkan kepalanya, namun tentu saja itu merugikan dirinya sendiri, sempitnya tempat duduk hampir saja membuat kepala Dina terantuk jendela kaca bus jika saja tangan Ryan terlambat beberapa detik untuk menghalanginya.

"Aaaw," pekik Ryan pelan.

"Maaf ka, sakit ya..." spontan Dina mengambil telapak tangan Ryan, mengelus, meniupi bahkan menciuminya.

"Nggak apa-apa sakit, asal tangan aku terus digenggam seperti ini oleh kamu."

"Ishhh... becanda aja."

Dina hendak melepaskan tangan Ryan, namun Ryan menggenggamnya erat. Mata mereka beradu pandang dalam kegelapan bus. Wajah Ryan mendekat, namun tiba-tiba lampu bus menyala membuat keduanya salah tingkah.

Bus sudah berhenti, satu persatu penumpang berbaris mengantri turun. Ryan meminta Dina berjalan di depannya dengan tangan mereka saling bertautan. Setiap yang melihat pasti mengatakan jika mereka pasangan yang tengah kasmaran. Apalagi di pertegas dengan jaket hoodie sama yang mereka kenakan.

Saat di dalam bioskop, Ryan mengeluarkan sebuah jaket dari tasnya untuk Dina yang sama persis dengan jaket yang dikenakannya.

"Pakai ini, Din biar nggak dingin."

"Couple?" tanya Dina terkekeh.

"Kenapa, nggak suka ya?"

"Suka.. kakak romantis juga. Kapan nyiapinnya?"

Dina langsung memakai jaket tersebut.

"Kemarin-kemarin lah, aku lupa."

"Makasi kak..."

"Masa ucapan aja, tindakannya nggak ada?"

Dina mengernyitkan alisnya tak mengerti.

"Peluk ke, cium ke..."

"Mesum..."

"Biarin, sama istri sendiri mah bebas..."

Sebelum film dimulai, Ryan mengeluarkan ponselnya dan mengambil photo selfie dengan merangkul pundak Dina.

¤¤FH¤¤

"Yah, Din taksolnya dicancel..."

saat turun Ryan melihat ponselnya dan keterangan pesanannya dicancel.

"Tuh ada delman, ka. Kita naik itu aja."

"Pinter kamu, nanti kan dingin jadi bisa pelukan, kuy deh!" Ryan menarik tangan Dina ke arah andong yang berjejer menanti penumpang.

Dina menepuk keningnya, "Yah salah ngasih ide kayaknya."

BERSAMBUNG

Terpopuler

Comments

Falina Adhianthi

Falina Adhianthi

dina, bukan gita, thor

2022-10-28

0

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

NAHHHHHH SDH LIAT MARETHA DGN KPALA SENDIRIKN ENAK, SDH BUKTI OTENTIK, BLM LAGI OMONGN AGI..

2022-08-02

1

Lishidriah

Lishidriah

heran sm maretha, pacaran sma siapa, hamil sm siapa... beruntung ryan nikah'y sm dina... dpt istri bukan hnya cantik fisik tp ht'y jg cantik, bener² istri sholeha... idaman para lelaki

2022-01-14

1

lihat semua
Episodes
1 Malam Pertama yang Dingin
2 Sentuhan Pertama
3 Shalat Pertama Bersama
4 Rumah Baru
5 Rasa
6 Kamar Ryan
7 Mencuri Kecupan
8 Ketemu Mantan
9 Kencan
10 Mencuri Ciuman (Lagi)
11 Mulai Perhatian
12 Pertengkaran Pertama
13 Serumah Tapi Tak Seranjang
14 Tentang Cinta
15 Nafkah Lahir dan Nafkah Bathin
16 Cucu Untuk Mamah
17 Bimbang dan Ragu
18 Kencan 2
19 Masa Lalu dan Masa Depan
20 Bukan Cinta yang Egois
21 Boleh Sekarang?
22 Karena Cinta
23 Cemburu
24 Pelukan Peluntur Amarah
25 Masalah Datang dan Pergi
26 Penyelesaian Masalah yang Panas
27 Selamat Tinggal Masa Lalu
28 Maretha
29 Masih Tentang Maretha
30 Keras Hati Maretha
31 Cemburu Tanda Sayang
32 Di Luar Rencana
33 Sayang
34 Sore yang Panas
35 Mencintai Bayangan
36 Kenapa Menolak Bahagia Bersamaku?
37 Benih yang Ku tanam
38 Mencoba Membuka Hati
39 Pergi
40 Panggilan Sayang
41 Tekad Maretha vs Do'a Ibu
42 Jujur
43 Egois
44 Cinta yang Semakin Dalam
45 Impian yang Kandas
46 Bahagia Menikah Denganmu
47 Kembali ke Masa Sebelumnya
48 Pertemuan Kedua
49 Usaha Bu Santi
50 Kepergok
51 Malam Pertama Milik Pengantin Lama
52 Hamil?
53 Riak Kecil
54 Ketegangan yang Mencair
55 Usaha yang Membuahkan Hasil
56 Inikah Rasanya?
57 Mandi Bulan
58 Dua Sisi Kehidupan
59 Setelah Kesakitan
60 Hanya Satu Kali Kesempatan
61 Tetangga Baru.
62 Rasa yang Masih Tertinggal
63 Sebab Akibat
64 Prasangka dalam Hati
65 Kenyamanan Hati
66 Risau Hati Maretha
67 Kekecewaan Dina
68 Rencana Maretha
69 Mina Melihat
70 Menghapus Kenangan
71 Dua Sisi Kehidupan
72 Hari Paling Bahagia
73 Bertemu
74 Kesalahan Fatal
75 Usaha Fardhan
76 Dari Hati ke Hati
77 BUCIN
78 Tak Sengaja Bertemu
79 Ketakutan Feri
80 I Love You, Suamiku!
81 Dunia Tak Selebar Daun Kelor
82 Part Akhir
83 Season 2
84 Cucu Oma
85 Lara Shovia
86 Suara Siapa?
87 Jalan Takdir
88 Harapan dan Keinginan
89 Ingin Selalu Bersama
90 Kegalauan Shofia dan Haura
91 Mengungkapkan Rasa
92 Keberanian Faza
93 Lamaran Untuk Haura 1
94 Bertemu Faza
95 Prasangka Shofia
96 Keluarga Faza
97 Keliru
98 Kebimbangan Haura
99 Ingin Shofia
100 Permintaan Fardhan
101 Jawaban Haura
Episodes

Updated 101 Episodes

1
Malam Pertama yang Dingin
2
Sentuhan Pertama
3
Shalat Pertama Bersama
4
Rumah Baru
5
Rasa
6
Kamar Ryan
7
Mencuri Kecupan
8
Ketemu Mantan
9
Kencan
10
Mencuri Ciuman (Lagi)
11
Mulai Perhatian
12
Pertengkaran Pertama
13
Serumah Tapi Tak Seranjang
14
Tentang Cinta
15
Nafkah Lahir dan Nafkah Bathin
16
Cucu Untuk Mamah
17
Bimbang dan Ragu
18
Kencan 2
19
Masa Lalu dan Masa Depan
20
Bukan Cinta yang Egois
21
Boleh Sekarang?
22
Karena Cinta
23
Cemburu
24
Pelukan Peluntur Amarah
25
Masalah Datang dan Pergi
26
Penyelesaian Masalah yang Panas
27
Selamat Tinggal Masa Lalu
28
Maretha
29
Masih Tentang Maretha
30
Keras Hati Maretha
31
Cemburu Tanda Sayang
32
Di Luar Rencana
33
Sayang
34
Sore yang Panas
35
Mencintai Bayangan
36
Kenapa Menolak Bahagia Bersamaku?
37
Benih yang Ku tanam
38
Mencoba Membuka Hati
39
Pergi
40
Panggilan Sayang
41
Tekad Maretha vs Do'a Ibu
42
Jujur
43
Egois
44
Cinta yang Semakin Dalam
45
Impian yang Kandas
46
Bahagia Menikah Denganmu
47
Kembali ke Masa Sebelumnya
48
Pertemuan Kedua
49
Usaha Bu Santi
50
Kepergok
51
Malam Pertama Milik Pengantin Lama
52
Hamil?
53
Riak Kecil
54
Ketegangan yang Mencair
55
Usaha yang Membuahkan Hasil
56
Inikah Rasanya?
57
Mandi Bulan
58
Dua Sisi Kehidupan
59
Setelah Kesakitan
60
Hanya Satu Kali Kesempatan
61
Tetangga Baru.
62
Rasa yang Masih Tertinggal
63
Sebab Akibat
64
Prasangka dalam Hati
65
Kenyamanan Hati
66
Risau Hati Maretha
67
Kekecewaan Dina
68
Rencana Maretha
69
Mina Melihat
70
Menghapus Kenangan
71
Dua Sisi Kehidupan
72
Hari Paling Bahagia
73
Bertemu
74
Kesalahan Fatal
75
Usaha Fardhan
76
Dari Hati ke Hati
77
BUCIN
78
Tak Sengaja Bertemu
79
Ketakutan Feri
80
I Love You, Suamiku!
81
Dunia Tak Selebar Daun Kelor
82
Part Akhir
83
Season 2
84
Cucu Oma
85
Lara Shovia
86
Suara Siapa?
87
Jalan Takdir
88
Harapan dan Keinginan
89
Ingin Selalu Bersama
90
Kegalauan Shofia dan Haura
91
Mengungkapkan Rasa
92
Keberanian Faza
93
Lamaran Untuk Haura 1
94
Bertemu Faza
95
Prasangka Shofia
96
Keluarga Faza
97
Keliru
98
Kebimbangan Haura
99
Ingin Shofia
100
Permintaan Fardhan
101
Jawaban Haura

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!