Dina masih terjaga saat pintu kamarnya berderit, tanda ada seseorang yang masuk ke kamarnya yang dia yakini orang itu adalah Rian, suaminya. Status mereka memang suami istri, sah secara hukum negara dan agama, tapi Dina belum siap untuk menyerahkan raganya. Dina ingin melakukannya dengan cinta.
Sering Dina mendengar, jika laki-laki bisa melakukannya tanpa cinta, buktinya banyak yang suka 'jajan', kan? Dina tidak mau Rian melakukan itu kepadanya. Mungkin Dina memang menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri, memenuhi hak suami. Tapi jika Rian melakukan itu kepadanya, sungguh Dina merasa sangat terhina, dia merasa tak ubahnya dengan wanita-wanita malam.
Karena itu, Dina memilih pura-pura tidur. Sekuat tenaga Dian memegang selimut yang menutupi seluruh tubuhnya, jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, semisal Rian yang membuka paksa selimut Dina.
Namun ketakutan Dina tidak terbukti, tempat tidur di sebelahnya memang bergerak, menandakan Rian membaringkan tubuhnya di sana, namun setelah itu tidak ada pergerakan lagi di sebelah Dina, yang terdengar justru suara dengkuran Rian yang cukup mengganggu indera pendengaran Dina.
Ya di mana lagi Rian akan tidur jika tidak di kasur yang sama dengannya. Kamar Dina hanya berukuran tiga kali dua meter, tidak akan muat untuk menyimpan sofa, tempat tidur juga hanya spring bed ukuran nomor dua, yang mana bila mereka menelentangkan badan maka lengan mereka akan saling bersentuhan.
Dina kesulitan memejamkan mata, sebelumnya dia tidur hanya seorang diri, sekarang ada orang lain di sebelahnya dan berjenis kelamin laki-laki. Nahasnya laki-laki yang tidur disebelahnya mendengkur cukup keras, ingin Dina menjepit hidung mancungnya, tapi kalau bangun nanti dikira aku mau macem-macem sama dia.
Dengan menggunakan bantal, Dina menutup telinganya, dan sedikit mengurangi bisingnya dengkuran Rian. Hingga akhirnya dia bisa menutup mata.
Namun nasib baik belum berpihak pada Dina, saking takutnya dia bersentuhan dengan Rian, Dina tidur sangat di pinggir tempat tidur, maka ketika Dina bergerak sedikit, dia malah terjatuh ke atas lantai, sehingga menimbulkan bunyi jatuh yang keras.
Mendengar bunyi jatuh di dekatnya, membuat Rian terperanjat, bangun dari tidurnya, dan dia tidak dapat menahan tawanya, saat matanya melihat Dina di bawah tempat tidur sedang mengusap-usap kepalanya.
"Dasar tak punya perasaan, orang kena musibah malah diketawain," ujar Dina dengan nada ketus.
Seketika Rian menghentikan tawanya, dia memandang Dina. Dina yang dia kenal sudah kembali, ketus dan galak. Tercetak senyum samar di sudut bibir Rian.
Rian mengulurkan tangannya ke arah Dina, namun Dina tak acuh, malah memalingkan wajahnya.
"Ya sudah kalau nggak mau ditolong!" Rian mengendikan bahu, kemudian membaringkan kembali tubuhnya, ingin meneruskan mimpinya bersama Mareta yang sempat tertunda.
"Dasar laki-laki, semuanya sama, nggak peka!" Dina berguman pelan, namun masih bisa terdengar oleh Rian.
Rian bangkit dari tidurnya, berjalan ke sisi lain tempat tidur, tempat Dina jatuh. Dina yang sedang menunduk tidak tahu jika Rian berjalan ke arahnya, dan dia menjerit kaget, saat ada tangan kekar menggendongnya ala bridal style, kemudian membaringkan tubuh Dina dengan perlahan di atas tempar tidur.
"Berisik, jangan teriak! kamu mau membangunkan semua penghuni rumah ini, dan berpikir jika aku berbuat yang tidak-tidak sama kamu."
Dina menutup mulutnya, tapi tidak dengan matanya. Mata keduanya saking memandang, sebelum keduanya sama-sama memutuskan pandangan dan saling memalingkan wajah. Ada yang berdenyut di hati keduanya.
"Tidurlah dengan tenang, aku tidak akan berbuat macam-macam sama kamu. Aku juga milih-milih kali!" Ryan berkata dengan tatapan merendahkan.
Kenyatanya dia hanya menutupi rasa grogi akibat saling bertatapan dengan Dina. Setelah itu dia membalikan badan, memunggungi Dina kembali, meredakan degup jantung yang tiba-tiba berdetak tidak beraturan.
Dina menyimpan dua guling sebagai pembatas antara dirinya dan Rian, dengan begitu dia tidak harus tidur terlalu pinggir lagi.
Entah jam berapa keduanya memejamkan mata, baik Rian maupun Dina merasa ada yang berbeda setelah keduanya bersentuhan kulit untuk pertama kali.
Suara adzan shubuh masuk ke indera pendengaran Rian dan Dina. Mata keduanya mengerjap perlahan, begitu kesadaran datang sepenuhnya, mereka sadar dengan posisi mereka saat ini. Dina tidur dalam dekapan Rian dengan tangan Rian melingkar di pinggang ramping Dina.
Keduanya langsung saling melepaskan diri dan menjauh, tak lupa mereka memeriksa pakaian masing-masing, saat dirasa tidak ada yang berbeda, meraka menarik nafas lega.
"Aku ke kamar mandi duluan."
Setengah berlari Dina meninggalkan Rian. Dia merasa malu karena kejadian barusan antara dirinya dan Rian. Sedang Rian menyunggingkan senyum, dapat dia lihat pipi Dina yang langsung bersemu merah sebelum Dina melarikan diri ke kamar mandi.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Mamah Kekey
pernikahan dini...lapak sebelah gak lanjut yah Thor..menikahi calon papa
2024-08-25
0
Dian
😆😆😆
2022-03-21
0
I Gusti Ayu Widawati
Sebelum ini saya sdh baca karyamu Thor yg berjudul : " menikah dgn calon( menantu) saya suka karyamu krn alur dan isi ceritera dan ada lucu2nya shg saya cukup terhibur
Ini baru mulai bc semoga bagus juga ya.
2022-03-04
0