Happy Reading...
Malam itu, Zahra sendirian di kamar kontrakannya, meskipun pada malam-malam sebelumnya ia selalu sendiri.
Tapi tidak untuk malam ini, perkataan dokter tadi siang yang menyatakan bahwa dia sedang hamil membuatnya serasa tersambar petir.
Ia merasa dunianya runtuh kakinya tak berpijak dan tubuhnya limbung. Bagaimana tidak, kejadian buruk yang di alaminya dua bulan lalu baru saja ia lupakan.
Tapi kini, ia harus menerima kenyataan bahwa ia tengah mengandung. ada janin yang tumbuh dalam rahimnya. nyawa yang ditiupkan pada setetes darah yang akan menjadi calon manusia telah tuhan titipkan dalam perutnya.
Zahra yang masih belum bisa menerima kenyataan hanya bisa menangis. ketiadaan orang tua dan keluarga membuat ia semakin terpuruk.
Bingung!
Satu kata yang ada dalam otaknya. Zahra bingung harus melakukan apa. apakah ia harus melahirkan bayinya tanpa memiliki seorang suami? ataukah ia harus menggugurkan kandungannya, membunuh bayi tak berdosa itu. merampas nyawa yang bahkan bukan haknya untuk menghilangkannya. yang artinya adalah menambah dosa lebih banyak lagi.
Kesendirian tanpa kehadiran keluarga maupun orang terdekat membuat Zahra bertindak tanpa berfikir. Otaknya yang masih terguncang akibat berita itu membuatnya memantapkan hati untuk mengakhiri hidupnya.
Gadis malang itu berfikir lebih baik mati daripada dia hidup menanggung beban yang tak mungkin ia tanggung sendiri.
Mengalami nasib buruk bukanlah keinginannya tapi mengakhiri hidupnya sebelum ia melahirkan bayinya adalah pilihannya. ia tidak ingin anaknya mengalami nasib seperti dirinya, hidup tanpa kehadiran seorang ayah, kesepian dan menderita.
Dengan langkah pasti ia pergi ke arah dapur, mengambil pisau dan menggores pergelangan tangannya hingga darah mengucur deras di atas lantai.
"Ya Tuhan, ampuni Dosaku." lirihnya sebelum ia ambruk di atas lantai kamar tidurnya.
Bersamaan dengan itu, suara dorongan pintu terdengar dengan keras. munculah tubuh laki-laki jangkung berjalan dengan tergesa ke arah Zahra yang masih belum sepenuhnya kehilangan kesadaran.
Aldi yang kala itu berada di jalan menuju rumahnya teringat akan Zahra saat melewati jalan sekitar rumah kontrakan Zahra.
Tiba-tiba ia ingat bahwa tadi ia dan Dea meninggalkan Zahra sendirian di rumah kontrakannya untuk kembali ke kafe.
"Zahra!" seru Aldi panik. saat melihat Zahra tergeletak di lantai dengan darah di tangannya.
"Apa yang kau lakukan " dengan sigap ia meraih tubuh Zahra, membopongnya ke dalam mobil. dan membawanya ke rumah sakit.
Aldi mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi karena panik. ia tak peduli lagi dengan umpatan pengendara lain karena cara mengemudinya yang membahayakan pengendara lain.
Mobil Aldi sampai di rumah sakit, ia membawa Zahra dalam gendongannya ala bridal.
Dokter jaga yang sedang bertugas segera melakukan pertolongan. tiga puluh menit berlalu dokter keluar dari ruang IGD. dan Aldi yang mengetahui dokter keluar pun menghampiri.
"Bagaimana keadaannya Dokter?" tanya Aldi panik.
"Untung saja goresannya tidak terlalu dalam dan cepat di bawa kerumah sakit. Istri anda baik-baik saja tapi beliau kehilangan banyak darah. sebentar lagi akan di pindahkan keruang perawatan dan anda boleh menemuinya." dokter menjelaskan.
"Terima kasih dokter." Aldi mengangguk saat dokter pamit meninggalkannya.
Apa lagi ini, kenapa jadi aku yang repot. tunggu, apa tadi dokter bilang? suami? gerutu Aldi dalam hati.
Setelah Zahra di pindahkan ke kamar, Aldi menemuinya. gadis itu tidur dalam posisi meringkuk dan masih menangis.
"Zahra" suara aldi menginterupsinya. "kamu tidak seharusnya lakukan ini. bunuh diri bukan solusi untuk setiap masalah." sambungnya.
"Maaf pak, saya merepotkan." lirihnya.
"Sekarang katakan siapa yang menghamili mu, dia harus mempertanggung jawabkan perbuatannya."
"Tapi saya takut." lirihnya lagi
"Jangan takut Zahra, ada aku dan Dea kamu tidak sendiri." bersamaan dengan itu Dea datang karena tadi Aldi yang memintanya untuk datang.
"Zahra, kenapa kamu nekat? itu sangat berbahaya. kalau kamu kenapa-kenapa gimana?" Dea dengan suara sedihnya.
"Aku tidak tau Dea, aku putus asa, aku tidak tau bagaimana melanjutkan hidupku."
"Aku tau kamu sedih, tapi pikirkan anak dalam kandungan mu, dia berhak hidup." Zahra hanya menunduk mendengar perkataan dea.
"Sekarang ceritakan kepada kami apa yang terjadi, kita harus selesaikan masalah ini." sambung Dea.
"Siapa pria itu zahra, katakan jangan takut." Dea menoleh ke arah Aldi dengan mode in menuduh. Aldi menelan salivanya kasar karena tatapan mata Dea .
"Aku di perkosa". Suara Zahra nyaris tak terdengar.
"Apa?" Aldi dan Dea kompak.
"Siapa? kapan? kenapa gak cerita?" Dea geram.
"Malam itu, pria di apartemen." Dea tersentak mendengar ucapan Zahra dan dia reflek menoleh ke arah Aldi.
"Tunggu, pria di apartemen siapa Zahra?" suara aldi terdengar emosi.
Dea mengingat kejadian saat Aldi memintanya mengantarkan makanan malam itu, meminta Zahra mengantarkannya.
"Dea bisa kamu jelaskan." Aldi dengan tatapan tajam mengarah ke Dea.
"Ya.. itu.. saya meminta Zahra yang menggantikan saya malam itu." Dea tergagap.
"Kai..." ucap Aldi geram
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
Endang Purwati
akhirnyaaaa....
2021-07-02
5
miella
akhirnya aldi tau jga sp yg perkosa si zahra...
tunggu dapet hadiah dr aldi kmu kai
2021-05-26
1
MandaNya Boy Arbeto❤️
akhirnya aldi tw (elus dada)😂
2021-04-25
8