Happy reading...
Di sebuah ruang di dalam gedung bertingkat, seseorang tengah duduk di kursi kebesarannya tengah berbicara di telpon dengan seseorang di seberang sana.
"Bagaimana?"
"......"
"Hanya itu?"
"Aku mau kau memberiku informasi itu secepatnya."
"...."
"Baiklah, lanjutkan."
Pria itu mengakhiri pembicaraannya dengan orang di seberang sana.
Lantas ia mengambil sebuah foto dari dalam laci mejanya. foto seorang wanita dengan senyum mengembang yang terlihat sangat bahagia.
Pria tersebut adalah Albert Almeida, pengusaha sukses dengan kerajaan bisnis di bidang perhotelan.
Kesuksesan dan kekayaannya menjadikannya salah pengusaha terkaya di indonesia.
Kehandalannya dalam berbisnis membuatnya menjadi sorotan publik.
Hingga ia terlena dalam dunianya dan melupakan bahwa ia memiliki keluarga yang membutuhkan perhatiannya.
Albert masih di kursi kebesarannya, menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi mewah itu sambil memandangi foto yang ada di tangannya.
"Kinan, dimana kamu, bagaimana kabarmu sekarang."
"Andai waktu itu aku tidak terlalu mempercayai cerita itu, mungkin sekarang kita hidup bahagia."
"Andai saat itu salah satu di antara kita bersedia melepas ego, mungkin saat ini kita masih bersama, melewati masa tua kita dan menyaksikan anak kita berkeluarga."
Ada rasa sesak di dada Albert saat ia mengingat betapa ia dulu telah begitu jahat, dan tidak mempercayai istrinya.
Fitnah memang sangat kejam, hanya karena cerita sepenggal Albert telah menuduh istrinya tidak setia.
Albert masih memandangi wajah cantik itu, senyumnya mengembang saat ia mengingat bahwa ia dulu sangat bahagia karena berhasil menaklukan hati seorang Kinanti Aizahwa.
Kinanti Aizahwa, wanita dengan sejuta pesona yang tak mudah di taklukan oleh laki-laki. Cerdas dan tegas, menjadikannya wanita yang tidak mudah untuk menyerah meraih hal yang di inginkannya.
Sifat arogannya mendominasi saat ia merasa benar dan terintimidasi.
Flashback on.
Albert melempar beberapa foto seorang pria dan wanita sedang duduk berhadapan di sebuah Cafe.
Dengan mata merah menahan amarah, Albert masuk ke dalam kamar dan mendapati istrinya sedang menemani anaknya tidur.
"Aku tunggu di ruang kerja, aku ingin bicara." albert berkata datar menampilkan wajah dingin.
Kinan yang tau betul bagaimana perangai Albert segera menyusul setelah yakin anaknya telah terlelap.
"Ada apa sayang, apa ada masalah?" kinan bertanya biasa saja tak menampakkan muka bahwa ia bersalah.
"Apa kau tidak ingin menceritakan sesuatu padaku?" Albert bertanya dengan biasa saja. tapi ada penekanan di akhir kalimat.
"Aku? apa yang harus aku ceritaka sayang?
"Kau yakin?" albert masih menahan amarahnya
"Hey, ada apa?" Kinan yang masih tidak mengerti mendekati Albert dan meraih tangannya, tapi Albert menepisnya.
"Baiklah, ceritakan padaku, apa yang kau lakukan hari ini." Albert bertanya sambil memunggungi istrinya.l
Kinan yang yang masih tidak mengerti arah pertanyaan kinan hanya diam .
"Bisa kau jelaskan ini?" Albert memberikan foto-foto yang tidak ia tau siapa pengirimnya.
Kinan mengambil foto-foto dati tangan Albert, melihatnya satu per satu kemudian ia tertawa.
"Hanya karna ini kau marah Albert?" kinan menjawab datar tapi ada nada jengah dari ucapannya.
Albert tidak menjawab, ia masih memunggungi istrinya. kedua tangannya bertumpu pada meja kerjanya dan tampak mengepal menahan amarah.
"Biar aku ceritakan, tadi kami memang bertemu secara tak sengaja, dan kami juga tidak melakukan apa-apa." Kinan bercerita dengan nada kesal karena Albert selalu saja tidak mempercayainya.
"Tapi itu tidak seperti yang ku lihat, sepertinya kau sangat bahagia saat bersamanya." Albert berkata dengan tatapan mengintimidasi.
Kinan membuang muka karena kesal atas ucapan albert.
"Dari dulu kau memang tidak pernah mempercayaiku kan? kau meragukan cintaku kau meragukan kesetiaanku."
"Baiklah! aku lelah dengan perdebatan tak berujung ini. sekarang apa maumu?" Kinan yang di liputi oleh amarah karena Albert yang tidak mempercayainya melontarkan kalimat kepasrahannya.
"Apa maksudmu, jangan bilang kau ingin berpisah dan kembali pada kekasihmu itu." Albert bertanya sinis.
"Persetan dengan pemikiranmu, dari dulu kau memang lebih percaya pada cerita omong kosong itu. jadi apa bedanya sekarang atau nanti, kita tidak perlu meneruskan sandiwara bahagia ini." Kinan meninggalkan ruang kerja Albert dengan meneteskan air mata.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
Alya Yuni
Sultan ko tpi membodohkn dri
2023-03-07
1
yonahaku
Mudah-mudahan bukan kau kakaknya zahra tapi aldilah kakaknya zahra
2022-07-15
1
Endang Purwati
ternyata anak konglomerat Zahra nyaaa..
2021-07-02
5