Happy Reading
Dengan merasakan sakit Zahra keluar dari apartemen laknat itu, air matanya terus mengalir seiring dengan berlalunya waktu yang hampir tengah malam.
Zahra menjatuhkan dirinya di ranjang di lantai kamarnya, duduk bersandar dengan menekuk lutut dan memeluknya erat.air matanya luruh seperti tak pernah surut.
Lalu bangkit melepaskan jaket yang ia kenakan, matanya nyalang memandang jaket dengan rasa kesal dia menghempaskan jaket tersebut ke lantai. antara sakit dan marah Zahra seperti masih merasakan aroma tubuh pria tersebut, pria yang telah menghancurkan masa depannya, seolah masih memeluknya.
Zahra menatap tubuhnya di depan cermin di kamarnya, dia merasa kotor, sangat kotor. memandang jijik pada dirinya.kesuciaanya telah ternoda tak ada lagi yang berharga dari seorang Zahra, si gadis kampung yang pergi merantau untuk sebuah impian yang ingin di capainya.
Zahra berlalu ke kamar mandi yang ada di dalam kamarnya untuk membersihkan diri, rasa sakit masih menderanya.
Zahra merebahkan dirinya di atas ranjang, memandang ke langit-langit kamarnya.menyesali nasib buruk yang menimpanya tapi tak membuat keadaan menjadi baik.
Andai saja ia masih memiliki keluarga, mungkin akan ada tempat untuknya berkeluh kesah. andai dia tidak memiliki keinginan untuk pergi, mungkin keadaan seperti ini tidak pernah terjadi.hanya penyesalan dan putus asa yang dirasakannya saat ini. lelah dengan tangisannya akhirnya Zahra tertidur.
***
Keesokan harinya, Zahra terbangun mengerjapkan matanya mengumpulkan nyawa, dia berharap bahwa kejadian semalam hanyalah mimpi buruk yang akan sirna saat ia terbangun nanti. Tapi tidak, dia menyadari bahwa ini adalah nyata dan air matanya kembali mengalir, meluncur di pipi mulusnya. ia berlalu membersihkan diri dan bersiap untuk bekerja.
Aku berharap bahwa kejadian semalam hanyalah mimpi buruk yang akan hilang saat aku terbangun nanti. aku malu aku takut aku tak mampu lagi memandang dunia menegakkan kepala dengan bangga. aku berharap saat aku keluar nanti saat kulitku tersengat matahari, mampu membuatku kembali mendongakkan kepala menatap masa depan. aku berharap saat angin menerpa wajahku, aku akan menemukan kembali harga diriku. aku menunggu saat hujan turun mengguyur tubuhku, akan kembali mensucikanku.
Tangannya terulur mbembuka laci nakas di samping tempat tidurnya, meraih sebuan kotak dan membukanya. jemarinya meraih sebuah foto, foto ibunya dan sebuah foto seorang pria. wajah yang selama ini belum pernah ia lihat sebelumnya yang bahkan ia tidak tahu dimana keberadaannya.
Ya, dia adalah pria yang mengantarkannya hadir ke bumi ini. jemarinya kembali terulur mengambil sebuah amplop yang berisi surat. entah apa isinya. sebuah pesan yang harus ia sampaikan kepada si pemilik wajah.
"Zahra, kamu harus kuat!" berkata di depan cermin menyemangati dirinya. "tidak ada kejadian atau peristiwa yang terjadi tanpa campur tangan Tuhan." Zahra mendakwai dirinya, "apapun yang terjadi kemarin lupakanlah, ingatlah setiap kejadian pasti membawa hikmah." berperang melawan rasa takut dalam dirinya.
Zahra berangkat menuju tempat kerjanya dengan mengendarai motor listrik milik Dea, teman baik satu-satunya. gadis cantik degan lesung pipit, berkulit bersih cenderung pucat,dengan rambut lurus sebahu.yang selalu berkata manis terkadang terdengar sedikit alay tapi mampu membuat pendengarnya tergelak dan cukup mengerti bahwa Dea adalah gadis yang baik.
Berbeda dengan Zahra yang berwajah ayu, berambut hitam legam panjang sepinggang bergelombang, sangat indah. berkulit langsat, dan bulu mata lentik yang membingkai mata indahnya. bibir merah alami yang selalu terhias senyum tulus yang mampu membuat siapapun yang melihatnya akan terpesona.manis.
***
Zahra sampai di cafe tempatnya bekerja, dengan sedikit gugup kakinya melangkah masuk kedalam cafe.ada rasa takut dia berjalan sambil menunduk dan
Bugh...
Tubuhnya menabarak tubuh seorang di depannya, dia mengusap dahinya dan orang itu berbalik karna merasa punggungnya terdorong.
zahra mendongak dan di depannya sesosok pria tampan sedang berdiri. dialah Aldi, pemilik cafe. bos yang selalu baik terhadap semua karyawannya, Aldi menganggap semua karyawan seperti teman. baik dan tampan. Perfect!!!
"Hey... are you okey??? "tanya Aldi sambil tangannya terulur menyentuh kening Zahra dan di balas senyum kikuk oleh Zahra sambil mengangguk samar.
"Zahra, kalo jalan memang pake kaki, tapi tetap matanya di pakai sesuai fungsinya." cicitnya lagi dengan nada bergurau sambil tersenyum.
"i iyaa, maaf pak, saya meleng tadi." jawab Zahra gugup. "saya permisi pak." Zahra berlalu sambil menunduk dan sedikit membungkuk dan di balas anggukan kepala oleh Aldi.
Zahra berjalan cepat tanpa menoleh, bagaimanapun dia hanya karyawan baru yang belum genap tiga bulan bekerja di kafe itu.
Uftt..
Tumben banget sih, si bos pagi-pagi udah nongol, biasanya juga agak siangan, Zahra membatin.
Aldi menatap punggung gadis itu
dan tersenyum entah apa yang ada di balik senyum itu hanya Aldi yang tau (tapi author lebih tau 😃).
Khanifah Zahra, nama yang indah dan cantik secantik pemiliknya. Aldi membatin.
Aldi menggeleng-gelengkan kepala seperti tersadar, "hhh.. apa yang aku fikirkan," gumamnya tapi masih dapat di dengar oleh gadis yang ada di belakangnya, entah sejak kapan Dea berdiri di sana.
"Pagi bos," sapanya.
Aldi terlonjak "ehm..." aldi berdehem menghilangkan kegugupan.
"Pagi, Dea," sambungnya.
"Pagi-pagi udah ngelamun aja si bos nih?" Dea berceloteh
"kamu telat Dea, bukannya hari ini kamu jadwal piket kan?" aldi memicingkan mata,
"hah! ..
piket??
Telat???
"biasa kali pak jam segini, apaan coba piket kek anak SD aja, lagian, bapak nih yang kepagian," cicitnya tak mau salah.
"Tuh buktinya, Zahra lebih dulu sampe." Aldi menunjuk dengan dagunya.
Dea menoleh ke arah yang di tunjuk Aldi si bos ganteng nan baik, "Zahra, tumbenan tuh anak," ocehnya lagi. "Itu namanya teladan dea, kamu mah telatan" Aldi ngegas!!!
"issh... segitunya yang ngebelain karyawan baru, jangan-jangan...." Dea menjeda ucapannya dan menaikkan kedua alisnya. Dea berlalu dengan agak cepat takut si bos ngamuk karna candaan pagi yang Unfaedah.
Aldi gelagapan "Dea, jaga sikap," teriaknya lagi agar dapat di dengar oleh Dea yang semakin menjauh.
***
Di belakang di ruang ganti karyawan, Zahra berdiri mematung, sampai saat tangan seseorang menepuk pundaknya dari belakang.
"Pagi Zahra, ngelamun aja neng?" sapa Dea
"Pagi De, aku gak ngelamun kok cuma kurang fokus aja kok." zahra tersenyum menyembunyikan raut sedihnya.
Dea menyadari ada yang ganjil pada diri sahabatnya, matanya menelisik wajah Zahra yang biasanya ceria dan menyadari kalau mata gadis itu membengkak.
"Zahra kamu kenapa? kok mata kamu sembab gini? kamu habis nagis? apa kamu sakit?" Dea memberondong dengan pertanyaan.
"Aku gak papa dea, semalam aku menangis karna kangen ibu sampai
ketiduran, jangan khawatir." dengan senyumnya yang menenangkan Zahra menjawab Dea.
"ya udah kalo gitu, buruan yuk cafe bentar lagi buka." Dea menggamit tangan Zahra berjalan bersama
Aku gak mungkin cerita apa-apa sama kamu Dea, maaf aku tidak ingin kamu terbebani oleh masalahku, biar aku sendiri yang menyimpan luka ini.
Zahra dengan cepat menyeka air matanya yang mengalir indah di pipi mulusnya tanpa di ketahui Dea yang berjalan di sampingnya.
Tanpa di sadarinya ada sepasang mata yang mengawasi pergerakan Zahra. dan kedua gadis itu pun melanjutkan pekerjaannya.
***
to be continue...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
Yunia Afida
semangat Zahra
2024-02-02
1
lien
kasian Zahra
2021-10-21
1
Dirah Guak Kui
haduh yg kepikir cuman kl dia hamil, sdhlah yatimpiatu, orang susah/kerja keras, kl hamil siapa yg mau tanggung jawab
2021-07-30
3