Happy reading!!!
Sebulan berlalu sejak malam menyakitkan itu, Zahra menjalani hari-hari seperti biasa. Pagi terbangun, pergi bekerja dan pulang di saat rembulan sudah merangkak naik menggantikan sang surya yang telah berpindah menyinari bagian bumi yang lain.
Tak ada lagi raut kesedihan di wajah Zahra, lebih tepatnya berusaha tegar. bagaimanapun ia harus tetap hidup.menjalani hari-hari dengan satu tujuan yaitu menemukan keluarganya. menyatukan kembali puzzle kebahagiaan yang tercecer karna sebuah ego.
Dan selama itu pula, sesosok pria tersebut tak pernah muncul, pria yang selalu mencuri tidur malam panjangnya.menggantikan mimpi indahnya dengan sebuah mimpi yang mengharuskan ia bangun dengan keringat dingin yang mencekam.
Trauma, itulah yang di alami gadis muda itu.rasa takut itu masih menghantuinya.Rasa nyeri di hatinya masih sangat menyiksa saat ia harus terbangun di tengah malam karna mimpi buruk tersebut.
Ingatan Zahra mengantarkannya kembali pada kejadian satu bulan yang lalu. sangat tidak adil, bahkan ia tidak mampu mengingat sebentuk wajah pria yang yang telah memporak-porandakan kehidupannya.hanya siluet tubuh kekarnya yang tertanam pada ingatan Zahra.
Zahra yang terbangun di pagi buta merasakan tubuhnya berkeringat. "Bukankah cuaca cukup dingin karna semalam hujan, tapi kenapa aku berkeringat?" ketidak mengertian melanda, otaknya belum mampu menjangkau bahwa sebenarnya ada keanehan dalam dirinya.
Zahra masih malas beranjak dari tempat tidurnya, masih terlalu dini untuk memulai hari liburnya.
Zahra menoleh pada jam di atas meja nakas, waktu menunjukkan pukul 4 pagi. karna malas dia pun hendak melanjutkan tidurnya. meneruskan mimpi yang sempat terpotong, tapi mual di perutnya memaksanya untuk beranjak dari pembaringannya.
Mual tapi ia tidak memuntahkan apapun, ia ingat jika beberapa hari terakhir ia sangat sulit untuk mencerna makanannya.
Acara libur kerja hanya di isi dengan acara bersih-bersih dan menggambar. sungguh Zahra adalah gadis rumahan, yang seharusnya gadis seusianya sedang jalan-jalan ke mall tp tidak dengan Zahra, gadis itu hanya sedang menggoreskan pensil warnanya di atas kertas putih.
Zahra menghentikan kegiatan tangannya yang sedang menggores sketsa karna mendengar suara ketukan di pintu kamarnya.
"Sebentar!"
" Dea? kok di sini? emang sekarang jadwal kamu libur?" zahra memberondong pertanyaan kepada Dea. yang di tanya malah nyelonong masuk tanpa permisi.
"Harusnya sih masuk, tapi semalam rini minta gantian liburnya, karna besok ada mau kemana gitu."
"Oh.. " zahra hanya ber oh ria.
"Kamu lagi apa sih ra? ini kertas buat apaan? kamu bisa desain baju?" tanya dea sambil membolak balik kertas hasil karya zahra.
Zahra tersenyum,selama ini ia tidak banyak menceritakan hal-hal yang tidak perlu di ketahui oleh orang lain.
"Desain kamu bagus, kenapa kamu gak jadi Desainer saja? daripada harus jadi pelayan. kamu cukup berbakat, ini bisa di jual kan?" sekali lagi zahra hanya tersenyum sambil menangguk.
"Untuk jadi seorang Desainer tidak cukup hanya dengan pandai menggambar Dea, harus memiliki kemampuan yang mumpuni. tentu saja kita harus punya uang dulu agar bisa kuliah, dan aku rasa aku tidak akan sanggup." zahra dengan suara sedihnya lebih pada keputus asaan.
Menjadi seorang Desainer sepertinya hanya akan menjadi mimpiku, dari mana aku akan memiliki biaya kuliah, sedangkan aku hanya seorang pelayan. andai aku bisa ketemu ayah, mungkin keadaannya lain. dan itu pun jika ayah mau mengakuiku. lalu dengan apa aku harus membuktikan kalau aku adalah anak seorang Kinan Almeida, sedangkan satu-satunya bukti yang kumiliki sudah hilang. mungkin aku harus mulai melupakan keinginan itu, keinginan untuk menemukan ayah. dan itu artinya aku gagal memenuhi keinginan terakhir ibu.
Zahra tersenyum kecut, dia melihat kertas- kertas itu dengan tatapan sendu.Dea menyadari hal itu.
"Aku tau apa yang saat ini kamu fikirkan, kamu putus asa kan?" Dea menghela nafas.
"Sebenarnya kita ini sama Zahra, di permainkan oleh nasib. tapi bukankah kita tidak boleh menyerah pada nasib, kita akan tetap seperti ini jika kita tidak berjuang, maka dari itu berjuanglah. kau pasti bisa!" Dea memberikan semangat.
Kau hanya tidak tau Zahra bahwa aku juga mengalami hal yang sama. aku datang ke kota ini juga dengan membawa cita-cita tapi malah penipuan yang kudapat. semuanya hancur di tangan orang yang aku percaya.
"Apa nasehatmu juga berlaku untukmu? karna yang ku tau kau sepertinya juga tidak sedang baik-baik saja."
"Apa kau kira hanya kamu yang bisa diam-diam memperhatikan aku? aku juga sama dea, aku lihat kamu juga sering melamun.hanya saja kamu lebih pintar menyembunyikan perasaanmu. aku benarkan?" Dea terperangah dengan ucapan Zahra, dia tidak menyangka zahra begitu memperhatikannya.
"Aku tau kau menyembunyikan dukamu di balik tawamu Dea, apa aku tidak begitu berarti sehingga kamu tidak pernah berbagi masalahmu."
"Aku selalu berbagi apapun denganmu Zahra, kita pernah minum dari satu botol yang sama karna kita hanya mampu membeli satu botol minuman waktu itu. jangan lupakan itu," Dea berucap dengan sinis yang di buat-buat dan kedua gadis pun terkekeh bersama.
"Baiklah, kau bisa bercerita kapanpun saat kau merasa siap." zahra mengakhiri.
Zahra yang kembali berkutat dengan kertas-kertasnya hampir lupa kalau ada sosok cantik yang merasa di acuhkan.
"Apa kita akan seharian saja ngumpet di sini, kemana gitu mumpung liburnya bareng."Dea memecah keheningan.
Zahra menoleh dan bertanya "kemana?"
Dea tampak berfikir "Emm... jalan aja dulu yuk!" Dea beranjak dan di ikuti Zahra di belakang.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
Mia Mobateng
lanjut thoor ❤️
2021-07-17
1
Aryani Dinda
Maaf Thor. Tolong tulisannya di perhatikan lagi. Huruf awal sama nama ditulis dengan huruf besar. Maaf cuma mengingatkan biar lebih enak dibaca.
2021-07-13
1
Endang Purwati
suka dgn persahabatan merka...💙💙 friendship as sibling
2021-07-02
0