Mengawasi

Happy Reading.

Hening sesaat...

Drrrt...

Ponsel kai bergetar. kai merogoh kantong celana jeans yang ia pakai untuk mengambil benda pipih berwarna hitam keluaran terbaru.

mengusap layar untuk menjawab panggilan telpon dan menempelkan benda pipih tersebut di telinganya.

"Hallo kak, ada apa?"

"....."

"Aku di tempatnya Aldi, Kenapa?"

"...."

"OK, bentar aku balik."

Kai mengakhiri panggilan dan memasukkan kembali gawainya ke kantong celananya.

"Gue balik dulu ya"

"Gak jadi ketemu si..." ucapan Aldi terpotong karna Kai menepuk pundaknya seraya menggeleng.

"Entar gue balik deh, kapan-kapan!" Kai pamit

"ok, bye.." Kai melenggang pergi yang hanya di balas anggukan oleh Aldi.

***

Zahra yang masih melakukan aktifitasnya di kejutkan oleh suara Dea yang ada di belakangnya.

"Ngelamun aja mbak? Tegur Dea, yang si tegur masih setia berkutat membereskan meja di depannya tanpa menoleh ke arah Dea.membuat Dea menghela nafas karena di acuhkan.

"Kamu kenapa sih Ra, dari pagi kok asem banget mukanya?" tanya Dea dengan raut muka khawatir, bagaimanapun Dea sudah menganggap Zahra seperti saudara.

"Aku gak papa ko De, aku cuma lagi kangen ibu." bohong zahra. maaf Dea untuk masalah yang satu ini aku gak bisa cerita.

Dea menghela nafas "Udah jangan sedih terus." Dea mengusap bahu Zahra lembut. menenangkan, itulah yang di rasakan Zahra saat bersama Dea.

Zahra merasa memiliki seorang saudara, ya.. saudara yang selama ini di rindukannya. entah siapa dan di mana.

***

Berdiri di depan kaca tembus pandang di ruangannya, aldi dapat melihat aktifitas di dalam kafe yang ada di lantai bawah.

Dengan memasukkan kedua tangannya ke masing-masing kantong celananya, Aldi yang begitu gagah dan berwibawa melihat interaksi kedua gadis itu dengan pandangan sulit di artikan.ada senyum tersungging di sudut bibir Aldi saat melihat Zahra dan Dea yang sedang bercakap.

"Aku tak tahu apa yang kurasakan saat ini, tapi setiap saat aku melihatmu ada rasa yang tak mampu aku ungkapkan. aku ingin melindungimu dan menjagamu. Entahlah! Aldi

Dua gadis yang masih berbincang merasa ada yang memperhatikan dari atas, di lantai dua tepatnya di kantor dan ruang pribadi Aldi.

" De, sepertinya kita di awasi deh sama pak Aldi, liatin deh di atas." zahra berbicara setengah berbisik.

Bukannya takut si Dea malh mendongak ke arah lantai dua yang di tempati Aldi.

Alih-alih takut Dea dengan sengaja membalas tatapan si bos dengan menampakkan cengirannya tanpa dosa.

Setelah itu Dea berbisik ke telinga Zahra, "Dia itu sepertinya suka sama kamu deh Zahra, karna aku perhatikan si bos sering mencuri pandang ke arah kamu." dengan muka serius Dea malah bicara ngaco.

"Bos suka sama aku? suatu hil yang mustahal" Zahra memplesetkan kata-katanya lantas keduanya terkekeh berama.

Aldi yang merasa di tatap balik oleh kedua gadis itu pun turun dari ruangannya, tanpa mereka sadari Aldi sudah berada di belakang keduanya.

"Asyik banget nih ngobrolnya, lagi bahas apa sih? ghibahin aku ya?" Aldi menegur dengan sangat lembut, bukankah dia pria yang sangat manis?

Kedua gadis itu pun menoleh ke sumber suara, Zahra yang ketakutan dengan wajah yang sudah seperti kepiting rebus pun berlalu sambil menunduk.

Berbeda dengan Dea, dengan tanpa dosanya dia malah cengar cengir membalas ucapan Aldi sebelum akhirnya melenggang pergi, " Sepertinya Anda terlalu kePEDEAN tuan." Dea mempercepat langkahnya yang si iringi pelototan mata Aldi.