Satu minggu berlalu, Zara masih terlihat sedih. Dia duduk di kamarnya sambil melamun. Tiba-tiba Zara teringat dengan tanggal menstruasinya. Kalau dihitung dari tanggal mensturasi sebelumnya, telat 2 hari. Zara jadi semakin takut apalagi ditambah akhir-akhir ini sering mimpi buruk yang berulang-ulang. Perasaan bersalah selalu menghantui Zara sampai dia jadi pendiam, penyendiri dan jarang makan. Ibu Sari mulai melihat perubahan sikap anak gadisnya. Dia berpikir Zara pasti punya masalah. Ibunya masuk ke kamar Zara. Ibu Sari melihat anaknya yang sedang duduk di ranjang sambil melamun.
Ibu Sari mendekati Zara, duduk di sampingnya dan memeluknya. "Zara kamu baik-baik saja?"
"Baik Bu," jawab Zara dengan suara yang terdengar lemas.
"Kalau kamu ada masalah cerita sama ibu," ucap Ibu Sari.
"Tidak Bu, Zara baik-baik saja kok," tegas Zara.
Ibunya merasa suhu tubuh Zara panas. Ibunya memastikan tubuh Zara dengan memegang dahinya. Ternyata benar Zara demam tinggi. "Zara kamu demam," ucap Ibu Sari.
"Gak kok Bu, aku baik-baik saja," ucap Zara.
"Ayo kita pergi ke dokter untuk berobat," ucap Ibu Sari.
"Gak, aku sehat kok Bu," ucap Zara.
"Sehat apanya panas gini, pak ...pak...," ucap Ibu Sari sambil memanggil suaminya.
Pak Iwan masuk ke kamar Zara. "Ada apa Bu?" tanya Pak Iwan.
"Antar Zara ke Dokter pak, dia demam tinggi," ucap Ibu Sari.
"Gak usah Pak, Bu, Zara sehat kok," ucap Zara ketakutan diajak kedokter.
"Sehat apanya demam begini," kata Ibu Sari.
"Maafkan Zara, Pak, Bu, Zara bersalah. Sebenarnya ...," ucap Shera menceritakan semua kejadian malam itu pada orang tuanya.
"Apa? siapa bocah berengsek itu?" tanya Pak Iwan penuh emosi.
"Sabar pak," ucap Ibu Sari.
"Sabar gimana, harga diri anak kita diinjak-injak bagaimana bisa sabar," ucap Pak Iwan yang semakin emosi.
"Sabar pak," ucap IBu Sari.
"Maafin Zara pak," ucap Zara ketakutan melihat emosi bapaknya.
"Katakan pada bapak dimana rumah bocah berengsek itu," ucap Pak Iwan yang emosinya terus berapi-api.
"Sabar pak, ini sudah malam tidak enak didengar tetangga," ucap Ibu Sari mencoba menenangkan suaminya.
"Maafkan Zara pak," ucap Shera sambil menurunkan tubuhnya kemudian memeluk kaki ayahnya.
"Kamu tidak salah nak, bocah berengsek itu yang harus diberi pelajaran," ucap Pak Iwan yang sudah mulai mereda emosinya.
"Ini sudah malam pak, besok kita selesaikan masalah ini," ucap Ibu Sari.
"Iya," jawab Pak Iwan.
Setelah itu Pak Iwan meninggalkan kamar Zara. Ibu Sari memberi Zara obat penurun panas dan menyuruhnya tidur. Ibu Sari ikut menemani Zara tidur di sampingnya sambil memeluknya. Zara dan Ibu Sari sama-sama menangis memikirkan kejadian ini.
***
Ibu Vivi yang sedang menangis di kamarnya. Suasana malam yang hening menambah buruk suasana hati Ibu Vivi yang sedang bersedih. Ibu Vivi tidak menyadari suaminya sudah pulang dan masuk ke kamarnya.
"Maaf Ma, Papa pulang agak telat tadi jalanan macet," ucap Pak Anton pada istrinya.
Ibu Vivi hanya diam dan membisu, wajahnya terlihat murung.
"Ma ... ma ...," panggil Pak Anton.
"Eh papa," sahut Ibu Vivi.
"Mama kenapa sih? kok bengong," ucap Pak Anton sambil mendekati istrinya dan memandanginya.
"Gak papa kok pa," jawab Ibu Vivi.
"Mata mama kok sembab?" tanya Pak Anton pada Ibu Vivi.
"Gak apa kok pa, cuma kurang tidur aja," jawab Ibu Sari mencari alasan.
"Mama kan tidak punya kebiasaan bergadang, gak mungkin kurang tidur, ini pasti ulah si bocah itu," ucap Pak Anton yan bergegas ke kamar Leo.
Pak Anton langsung masuk ke kamar Leo yang tidak sedang dikunci.
"Leo ..., kamu ya cuma bisa bikin mamamu nangis," ucap Pak Anton.
"Ada apa pa?" tanya Leo.
"Ada apa? kamu pasti mabuk-mabuk lagi? foya-foya lagi? pulang malam lagikan? kamu tuh gak bersyukur ya banyak orang di luar sana yang ingin hidup nyaman seperti kamu tapi kamu malah seperti ini," tegas Pak Anton pada Leo.
"Maafkan Leo Pa," jawab Leo dengan nada suara ketakutan.
"Dasar bocah sialan bisanya cuma bikin mamamu sedih," ucap Pak Anton.
"Semua salah Leo Pa, Mama sedih karena kesalahan Leo, Pa ampun maafkan Leo, sebenarnya Mama sedih karena Leo," ucap Leo sambil menceritakan kejadian malam itu. Dia berpikir lambat laun papanya juga akan tahu. Jadi Leo memutuskan untuk bercerita sekarang juga.
"Bocah sialan siapa yang mengajari berengsek?" ucap Pak Anton yang sangat emosi sambil menampar Leo.
"Jangan Pa!" ucap Ibu Vivi yang tiba-tiba masuk ke kamar Leo.
"Maafin Leo Pa, Leo akan bertanggungjawab atas kesalahan Leo," ucap Leo.
"Memang kamu harus bertanggungjawab tapi bukan pada Papa melainkan pada anak gadis itu," ucap Pak Anton.
"Maafin Leo Pa," ucap Leo meminta maaf sambil menundukkan kepalanya dengan penuh penyesalan.
"Kamu memang harus minta maaf terutama pada orang tua gadis itu dan pada gadis itu juga," ucap Pak Anton.
"Sudah Pa, Leo sudah minta maaf," ucap Ibu Vivi cemas melihat kondisi tegang antara suami dan anaknya.
"Entah salah apa papa mendidikmu," ucap Pak Anton merasa dirinya bersalah.
"Sudah Pa, kita semua bersalah, yang bisa kita lakukan adalah memperbaiki keadaan," ucap Ibu Vivi.
"Besok kita menemui keluarga gadis itu untuk membicarakan masalah ini," ucap Pak Anton.
Setelah bicara itu Pak Anton pergi meninggalkan kamar Leo.
"Ma, maafin Leo," ucap Leo yang sedang dipeluk ibunya.
"Maafkan mama juga ya Leo, sekarang Leo tidur besok kita bicarakan lagi masalah ini ya," ucap Ibu Vivi sambil melepas pelukannya dan pergi meninggalkan kamar Leo.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 481 Episodes
Comments
Ramadhani Kania
Leo sbnre ank baik,cuma slh pergaulan aj...
2022-06-25
0
wirawansyah
salut SM keluarganya Leo yg nyuruh anknya tanggungjawab SM Zara....padahal kan cm slh paham aja...
2021-12-14
2
Qori Aprilia
😭😭😭
2021-09-19
1