Di Restoran Merpati Jaya, Kazza sedang berada di ruangan kerjanya.
Suara ketukan pintu telah membuyarkan lamunannya.
"Masuk." ucapnya sambil fokus ke layar komputer.
"Maaf, Tuan. Jika saya datang terlambat, sekali lagi saya minta maaf."
"Kamu keluar, Gio. Aku ingin berbicara dengan Vella." Perintahnya sambil menunjuk ke arah pintu untuk mengisyaratkan keluar.
"Baik, Tuan. Kalau begitu, saya permisi untuk keluar." Jawab Gio, lalu segera keluar dari ruangan Kazza.
Sedangkan Vella semakin gugup dan takut, jika dirinya akan di pecat. Berkali kali Vella berdoa dalam hati, agar dirinya tidak mendapat skor dari Bos Besarnya.
"Duduklah." Perintahnya sambil bersandar di kursi goyangnya sambil duduk santai dan menatap Vella dengan lekat.
Sedangkan Vella yang merasa dirinya seperti diperhatikan, membuatnya tidak nyaman. Bahkan jantungnya berdegup sangat kencang, pikirannya melayang kemana mana. Membuatnya tidak tenang dan gelisah, tentunya.
"Aku ada pekerjaan baru untukmu, apakah kamu mau?" tanyanya sambil meninggikan kedua alisnya.
"Pekerjaan? pekerjaan apa, Tuan." Jawabnya dan bertanya sambil ******* ***** tangannya agar tidak gugup dan takut.
"Merawat adikku, dan pastinya menjadi teman untuk adikku. Apakah kamu bersedia? kalaupun kamu tidak bersedia, aku akan memaksamu." Ucapnya dengan tatapan yang serius, Vella yang merasa diperhatikan hanya bisa tersenyum tipis untuk menutupi perasaan gugupnya. Namun, sayangnya tuan Kaza salah tanggap.
"Aku tidak menyuruhmu untuk tersenyum, jelek!" ucapnya jutek.
'Siapa juga yang tersenyum untuknya, kepedean banget sih Tuan.' Batinnya berdecak kesal.
"Saya bersedia, Tuan, apapun pekerjaannya akan saya terima. Karena saya sangat membutuhkan pekerjaan dari Tuan untuk membiayai adik saya, dan tentunya untuk menghidupi kebutuhan Ibu dan adik saya." Jawabnya berusaha tidak gugup.
"Bagus, mulai besok Gio yang akan antar jemput kamu. Sekarang kembali ke pekerjaan kamu, hari ini adalah hari terakhirmu bekerja di Restoran ini. Ingat! jangan menjadi penggosip jika kamu akan pindah pekerjaan. Apakah kamu mengerti? jika tidak, kamu dapat meminta Gio untuk menjelaskannya kepada kamu." Ucapnya lalu mengalihkan pandangannya ke layar komputernya.
Sedangkan Vella hanya menelan ludahnya dengan susah payah saat mendengar penjelasan dari Kazza. Mau tidak mau, Vella tetap menerima pekerjaan dari Kazza. Meski dirinya sedikit ragu, jika dirinya akan bekerja di rumah Kazza.
"Kenapa kamu masih berada disini, keluarlah. Aku sudah tidak membutuhkan kamu lagi, sekarang keluarlah."
"Baik, Tuan. Kalau begitu, saya permisi." Jawabnya, lalu segera keluar dari ruangan Bosnya dan menutup pintu dari luar.
'Das*ar, jadi Bos tidak ada baik baiknya. Selalu muka masam dan dingin yang di tunjukkan didepan karyawannya. Bahkan terlihat sangat sombong, berbicara saja banyak tanda serunya.' Batinnya sambil menuju ke arah dimana dirinya ditugaskan di bagian memasak.
Sedangkan Kazza di dalam ruangan masih disibukkan dengan komputernya, kemudian tiba tiba Gio masuk kedalam ruangan kerjanya tanpa permisi. Kazza sudah menganggap Gio seperti saudara sendiri. Kemana Kazza pergi, selalu ada Gio didekatnya. Gio adalah anak dari kepercayaan sang Ayahnya. Namun karena orang tua Gio sudah berpulang, maka Gio lah yang menjadi pendamping Kazza kemanapun Kazza pergi.
"Maaf, Tuan. Apa Tuan yakin, jika Vela bisa merawat nona Afna."
"Kalau kamu yakin, kenapa aku tidak. Sekarang aku serahkan semua tentang adikku kepadamu soal perawat yang akan menemani adikku, Afna. Lakukan yang terbaik untuknya, aku tidak mau jika kamu sampai gagal."
"Baik, Tuan. Lalu bagaimana dengan pernikahan nona Afna, apakah akan tetap lanjut?" tanyanya dengan penasaran.
"Kita tunggu jawaban dari pihak keluarga pria."
"Oooh, baiklah."
"Kenapa kamu tiba tiba jadi penggosip, keluarlah. Aku tidak ingin tertular virus emak emak rempong pada ot*akmu itu yang sedang oleng."
"Iya iya, Tuan... saya permisi." Jawabnya lalu segera keluar dan menutup pelan pintunya.
"Tuan bilang, ot*akku sedang ada virus emak emak rempong? hemmmm.." gerutunya yang tanpa sadar banyak karyawan yang lalu lalang.
"Pak Gio, tunggu!" seru Vella memanggil dan menghampirinya.
Gio yang merasa namanya dipanggil, dirinya segera menghentikan langkah kakinya dan memutar badannya. Kemudian dilihatnya Vella yang sudah berdiri dihadapannya.
"Ada perlu apa kamu menghentikan langkahku."
"Maaf, pak. Saya hanya ingin bertanya, memangnya pekerjaan saya itu, apa?" tanyanya penasaran.
"Kamu sebenarnya tadi mendengarkan tuan Kazza atau tidak, kenapa kamu bertanya lagi denganku."
"Saya hanya ingin memastikan saja, dan adik dari tuan Kazza sakit apa?" karena masih penasaran, Vella mencoba bertanya kembali.
"Besok kamu akan mengetahuinya, untuk sekarang lebih baik kamu kembali pada tugas kamu disini. Aku tidak ingin mendapat teguran dari tuan Kazza. Jadi, pergilah."
"Baiklah, jika memang pak Gio tidak mau mengatakannya."
"Sudah aku katakan dari dulu, jangan panggil aku pak. Panggil saja sekretaris Gio, atau boleh juga Gio. Itu lebih baik dan enak aku dengar, tidak boleh diulangi lagi dengan panggilan pak Gio. Apakah kamu mengerti? kalaupun tidak, hafalkan dulu."
"Baik, sekretaris Gio. Saya tidak akan mengulangi lagi, puas? saya permisi." Jawab Vella tersenyum dan menggembungkan kedua pipinya hingga terlihat lebih gemuk. Setelah itu, Vella segera pergi dan meninggalkan Gio yang sedang berdiri mematung.
"Untung saja kamu cantik, kalau pun tidak! aku tidak akan menjadikanmu asisten nona Afna." Gerutunya, lalu segera kembali ke tempat kerjanya.
Tidak terasa, waktu yang sudah dilewati di Restoran rupanya sudah menunjukkan waktunya untuk pulang. Kazza yang merasa badannya terasa tidak karu karuan dan pegal pegal, dirinya segera bersiap siap untuk pulang.
Kazza yang sedari tadi memikirkan kondisi Afna. Kazza yang sudah tidak sabar ingin segera ada yang menemani Afna dan menghiburnya.
Dengan kecepatan tinggi, Kazza melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Kazza tidak perduli banyak mobil yang melaju dari belakang maupun dari arah berlawanan, Kazza tetap menyetir mobilnya dengan kecepatan tinggi dengan lihai.
Sedangkan Afna sedang sibuk memainkan laptopnya, dirinya menyibukkan dengan laptopnya. Afna meluncur ke media sosial untuk menghibur diri dari kesedihannya.
Dilihatnya seksama satu persatu akun yang menjadi teman di media sosial yang melakukan update pada aktivitas masing masing dari sebagian teman media sosialnya.
Tiba tiba kedua bola mata Afna terbelalak saat melihat seseorang yang tidak asing baginya.
"Reina Evana dan Seyn? jadi... Seyn membatalkan pernikahannya demi Reina Evana." Ucapnya lirih, tanpa disadari air matanya membasahi kedua pipinya. Nafasnya terasa berat saat melihat foto dan video yang tengah di update oleh akun media sosial milik Seyn.
Praaaakkk!! seketika itu juga, laptop milik Afna hancur tidak karuan.
"Kenapa kamu masih memikirkan Seyn, apa kamu masih belum cukup untuk disakiti oleh Seyn. Kamu harus sadar, Afna. Lelaki seperti Seyn tidak pantas kamu tangisi, masih ada yang lebih berarti dari pada Seyn." Ucap Kazza yang kemudian memeluk Afna dan keduanya menangis.
"Maafkan Afna, kak. Maafkan, Afna." Jawabnya yang masih menangis, Kazza segera melepaskan pelukannya dan menghapus air mata Afna.
"Kakak mohon, lupakan Seyn. Lelaki sepertinya tidak pantas untuk kamu tangisi." Pinta Kazza, sedangkan Afna hanya mengangguk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 281 Episodes
Comments
Bundanya Pandu Pharamadina
Kazza yg dingin di luar rumah tapi hangat di dalam rumah sama keluarga.
2022-12-29
1
Suhaila Azhar
kazza kelakuan dingin diluar lembut di dalam
2021-12-14
2
Marnita Ita
kazza sama Vella kayaknya ya tor?
2021-10-19
2