Dipagi hari, dengan langkah kaki yang terburu buru. Tuan Tirta segera pergi ke rumah Tuan Arga untuk dimintai tanggung jawabnya atas pembatalan pernikahan putrinya dengan Seyn.
"Papa, kenapa terburu buru. Kita sarapan dulu, Pa..." ucap sang istri menghentikan langkah suaminya yang hendak pergi begitu saja.
"Papa tidak lapar, mama sarapan saja dengan Kazza." Jawabnya yang langsung segera pergi.
"Pa, Kazza ikut." Ucap Kazza yang juga menghentikan langkah kaki sang ayah.
"Tidak, biar Papa yang akan menemui Tuan Arganta sendirian. Kamu cukup temani Mama kamu untuk sarapan, dan hari ini kamu cukup pergi ke Restoran." Jawabnya, lalu segera pergi dari rumah.
Kazza yang mendapat perintah dari sang Ayah hanya bisa nurut dan tidak membantah.
Setelah tuan Tirta sudah pergi, Kazza ikut duduk di ruang makan menemani ibunya untuk sarapan pagi.
Dengan cekatan, Kazza telah selesai menikmati sarapan paginya. Meski hanya berdua dengan sang Ibu, Kazza tetap lahap menikmati makanannya.
"Ma, bagaimana kondisi Afnaya? apakah semakin murung, atau.... sudah tidak begitu murung." Tanya Kazza yang masih cemas memikirkan keadaan sang adik, yang tidak lain Afna adalah saudara kembar Kazza.
"Kondisi Afna tidak ada perubahan, Afna masih merasakan sakit pada bagian kaki kanannya. Mama tidak tahu harus berbuat apa lagi untuknya. Ditambah lagi, undangan pernikahannya bersama Seyn sudah tersebar luas." Jawab sang ibu terlihat murung, Kazza sendiri pun bingung untuk mengatasi permasalahan yang begitu rumit untuk dipecahkan.
"Apa perlu, Kazza meminta Seyn untuk mencabut kembali ucapannya. Kazza tidak ingin membuat Afna terluka, Ma.
"Itu tidak mudah untuk Afna, bukankah kamu sudah tahu sendiri seperti sifat Afna. Mama juga tidak ingin Seyn mencintai Afna dengan berpura pura, itu akan menyakitkan Afna. Apa kamu tega, Afna bersuami namun tidak mendapatkan cintanya." Jelas sang ibu, kemudian menarik nafasnya agar tidak begitu sesak untuk menghirup udara.
"Mama benar, tapi bagaimana dengan rasa malu keluarga Danuarta. Lalu, apa yang dilakukan kepada papa di rumah Seyn. Sepertinya papa tetap menyelenggarakan pernikahan Kazza, soal entah siapa calon suaminya nanti." Terang Kazza berusaha mencoba menerka nerka.
"Kita tunggu saja sampai Papa pulang. Kalau begitu, Kazza mau pergi ke Restoran dulu. Takut ada sesuatu yang dibutuhkan oleh karyawan." Ujarnya, lalu segera beranjak pergi meninggalkan ruangan makan untuk bersiap siap. Sang Ibu hanya menganngguk mengisyaratkan menyetujui apa yang diucapkan oleh putranya.
Meski Kazza dan Afna telah dilahirkan bersama. Namun, nama diantara keduanya tidak seperti anak anak lainnya yang ikut identitas nama kembar. Nama yang sangat jauh berbeda meski keduanya kembar, Afnaya dan Kazza. Tetapi keduanya saling menyayangi satu sama lain, dan rasa sakit yang dirasakan oleh Afnaya pun Kazza merasakannya. Namun, Kazza selalu berusaha untuk menutupinya. Karena dirinya tidak ingin terlihat bodoh didepan Afnaya, saudara kembarnya.
Sedangkan Afna, dirinya sedang berbaring dengan posisi miring di tempat tidurnya, Afnaya merasa tidak ada guna lagi. Afna merasa sudah banyak merepotkan keluarganya, karena keadaannya yang masih saja belum ada perubahan.
Setelah menyelesaikan sarapan paginya, sang ibu segera bergegas masuk ke kamar Afna dan membawa sarapan pagi untuk putrinya.
Sang ibu membuka pintu kamar. Dilihatnya Afnaya putri kesayangannya masih belum bangun, dengan pelan sang ibu mendekatinya dan berusaha membangunkan Afna.
Dengan pelan, sang ibu meletakkan sarapan pagi untuk Afna di atas meja kecil yang tidak jauh dari tempat tidur.
"Afna, bangun. Sudah pagi ini loh, apa kamu tidak ingin menghirup udara yang segar dipagi hari?" panggil sang Ibu sambil meyelipkan rambut panjang milik Afna kesamping telinganya agar tidak mengganggu wajah cantik milik putrinya.
Sedangkan Afna masih belum juga merespon panggilan dari sang Ibu yang tengah membangunkannya. Afna masih tertidur pulas. Tidak berselang lama, kemudian Afna mencoba membukakan kedua matanya dengan pelan.
Dilihat oleh Afna, ada sang Ibu yang sudah berada didekatnya dan membuatnya merasa tenang.
"Afna, bangun. Sudah pagi, apakah kamu tidak ingin menghirup udara segar? sayang sekali jika kamu melewatkan pagi yang begitu cerah dan hangat. Dan tentunya sangat baik untuk kesehatan." Ucap sang ibu kembali membangunkan putrinya dan berusaha untuk menyemangatinya, agar tidak larut dalam kesedihannya.
Afna mengucek kedua matanya, kemudian tersenyum sambil menatap sang Ibu.
"Mama..." panggil Afna sambil mengucek kedua matanya.
"Sudah bangun, sayang. Bagaimana pagimu hari ini, masih mendung?" tanya sang ibu sambil mengusap usap lengan Afna.
"Masih sama, Ma. Afna ingin duduk dan bersandar, supaya ototnya tidak terasa kaku." Jawabnya sambil berusaha untuk duduk dan menyandarkan tubuhnya, sang Ibu pun membantu Afna untuk duduk dengan nyaman.
"Tunggu sebentar, mama ambilkan sikat gigi dan air untuk cuci muka."
"Tidak perlu, Ma. Afna sudah bisa ke kamar mandi sendiri kok, ma."
"Tapi, Afna.."
"Tidak apa apa kok, Ma. Afna harus membiasakan diri dengan kondisi Afna yang sekarang, Afna tidak ingin selalu merepotkan yang lainnya." Jawab Afna sambil mencoba untuk turun dari tempat tidurnya.
"Afna, hati hati. Jangan dipaksakan jika kamu masih belum kuat untuk berjalan, biar mama bantu."
"Lepaskan, Ma. Afna ingin belajar berjalan tanpa ada yang menuntun Afna."
"Baiklah, hati hati. Jika kamu belum kuat, jangan dipaksakan."
"Mama tenang saja,"
Bruug... "awww! sakit." Afna menjerit dan meringis kesakitan.
"Afna! sudah pernah aku katakan, jangan jalan sebelum Dokter mengizinkan. Kenapa kamu masih nekad untuk jalan. Lihatlah kaki kamu, kamu belum diizinkan untuk jalan." Ucap Kazza yang tiba tiba sudah berada didalam kamar dan mengangkat tubuh Afna ke atas tempat tidur.
Afna sendiri hanya bisa berdiam tanpa mengucap sepatah kata pun.
"Afna, bersabarlah. Jangan kamu ulangi lagi yang seperti kamu lakukan tadi. Jika kamu membutuhkan sesuatu panggil aku. Kamu tahu hidupmu adalah hidupku, kita terlahir bersama dan didalam satu rahim ibu. Aku akan selalu menjagamu sampai kamu sembuh." Ucap Kazza yang tidak terasa air matanya jatuh membasahi pipinya.
"Maafkan aku, kak. Maafkan aku yang sudah menyusahkan kakak, aku janji tidak akan mengulanginya lagi." Jawab Afna yang juga ikut menangis, Kazza segera memeluk Afna untuk menenangkan adik kesayangannya.
"Aku minta, apa yang ibu katakan kepadamu jangan pernah menolaknya. Ini semua demi kesembuhan kamu. Jika kamu terus membangkang, kapan kamu akan sembuh. Kamu mengerti, kan? kamu ingin segera sembuh, 'kan?" ucap Kazza berusaha memohon.
"Iya kak, aku tidak lagi membangkang terhadap kalian. Maafkan aku, maafkan." Jawab Afna tertunduk lesu.
"Sekarang biar Kazza yang akan mengambilkan sikat gigi dan air untuk cuci muka. Mama lebih baik duduk dan temani Afna. Nanti Kazza akan carikan teman untuk merawat Afna. Kamu mau, kan? jangan khawatir soal yang akan merawat kamu. Akan aku carikan yang seumuran dengan kamu, agar kamu memiliki teman." Ucap Kazza berusaha untuk membuat sang adik tidak selalu menyendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 281 Episodes
Comments
Heru Dwiyantono
belum rame
2022-12-11
1
Sokhibah El-Jannata
Hai kak aku berkunjung 😁😁😁😍maaf telat wkwkwkkw
2022-02-28
0
Suhaila Azhar
semangat yahh afna jangan sedih sedih banyak kok cowok lain yang lagi baik
2021-12-13
1