Didalam perjalanan, Tuan Tirta masih gelisah mengenai pembatalan pernikahan putrinya. Tuan Tirta tidak terima atas penghinaan dari Seyn yang mengatakan dengan terang terangan terhadap putrinya, bahwa dirinya membatalkan pernikahan yang sudah ditentukan tanggal resepsi. Sedangkan undangan sudah di sebar luas, bahkan sudah masuk media.
Tuan Tirta telah sampai di rumah kediaman Tuan Arganta, yaitu tepatnya Seyn tinggal.
"Maaf, Tuan. Anda ingin bertemu siapa?" tanya satpam yang berjaga rumah Tuan Arganta.
"Saya ingin bertemu dengan Tuan kamu, Arganta. Katakan kepada Tuan kamu, saya Tirta Danuarta ingin berhadapan dengan Tuan Arganta." Jawab Tirta dengan tatapan yang menakutkan, seketika itu juga satpam gelagapan berhadapan dengan Tuan Tirta. Wajah satpam seketika itu juga berubah pucat pasi, perasaannya menjadi takut saat berdialog dengan tuan Tirta.
"Ba..ik, Tuan, maaf. Mari, silahkan masuk. Tuan Arganta sudah menunggu." Jawab pak satpam dengan gugup.
Tanpa berkata apa apa, Tuan Tirta segera masuk kedalam dan menemui tuan Arganta.
"Silahkan duduk, Tuan Tirta."
"Terimakasih," jawabnya lalu segera duduk berhadapan dengan Tuan Arganta.
"Katakan, apa yang akan tuan sampaikan kepada saya."
"Saya hanya meminta pertanggung jawaban atas ulah Seyn yang telah membatalkan pernikahannya dengan Afna, putriku."
"Sebelumnya saya mau minta maaf atas kelancangan putraku, Seyn. Saya serahkan keputusan dari Tuan Tirta, apapun permintaan Tuan akan saya turuti. Namun, jika saya sanggup. Jika saya tidak sanggup, maka itu hak Tuan Tirta."
"Saya tidak mau tahu, kondisi Afna sekarang lebih menyakitkan dari pada pembatalan pernikahan. Saya tetap menuntut atas pembatalan pernikahan putri saya. Ditambah lagi, putri saya telah mengalami kecelakaan bersama putramu. Jadi, pertanggung jawabkan atas semua yang sudah Seyn lakukan kepada putriku." Terangnya yang tidak terima atas insiden kecelakaan putrinya saat pergi bersama Seyn, putra Arganta.
"Lalu, apa yang harus saya lakukan? Saya mengaku salah, pihak putraku lah yang bersalah. Namun, saya tidak bisa memaksa putraku untuk menikah dengan putrimu." Jawab Tuan Arganta berusaha mencari solusi.
"Saya tidak mau tahu, secepatnya anda harus mempertanggung jawabkannya. Jika sampai di hari pernikahan putriku tidak terlaksana, maka jangan salahkan jika saya akan menghancurkan keluarga Anda." Sambil mengepalkan tangannya yang sudah semakin geram ingin melayangkan tinjuannya kearah Tuan Arganta. Tuan Tirta segera meredakan amarahnya. Sebisa mungkin untuk tidak menunjukkan amarahnya semakin memuncak.
"Akan saya pikirkan kembali, setelah saya mendapati jawabannya maka saya akan mendatangi rumah Tuan. Maukah Tuan mempercayakannya kepada saya? Tuan tidak perlu khawatir karena saya akan bertanggung jawabkan atas semua kesalahan dari putra saya."
"Akan saya pegang janji kamu, Tuan Arganta. Saya pastikan sebelum lima hari pernikahan, cepatlah datang dan beri keputusan untuk putri saya."
"Aku pasti akan tepati janjiku, percayalah denganku."
"Baik, akan saya tunggu dihari itu. Saya pulang, dan diingat ucapan saya barusan." Jawab Tuan Tirta langsung pergi meninggalkan tuan Arganta.
BRUG
Tanpa sengaja, Tuan Tirta menabrak seorang laki laki lebih muda dari Seyn, calon menantunya.
"Maaf, saya buru buru." Ucap tuan Tirta merasa bersalah, karena dirinya berjalan terburu buru tanpa melihat dengan fokus.
Lelaki tersebut tidak meresponnya, dirinya terus berjalan.
'Bocah aneh, sopan santun pun sudah tidak dipakai lagi. Semoga saja, putriku tidak mendapatkan suami sepertinya.' Batinnya sambil melangkahkan kakinya menuju mobil.
Sedangkan didalam rumah Arganta nampak mulai tegang, sejak putranya sudah kembali.
"Dari mana saja, kamu. Mau sampai kapan kamu akan seperti ini, wanita mana yang mau menikah denganmu. Lihatlah, penampilan kamu seperti preman."
"Bukan urusan Papa, lebih baik Papa urusin saja putra kesayangan Papa itu. Siapa lagi kalau bukan kak Seyn, dan jangan pernah urusin hidupku." Jawabnya langsung pergi meninggalkan sang Ayah yang sedang berdiri dihadapannya.
"Zayen, tunggu! kemarilah."
Dengan terpaksa Zayen memutar badan dan mendekati sang Ayah.
"Katakan, ada apa? jangan berbelit." Jawabnya singkat.
"Mau tidak mau kamu yang akan menjadi menantu Tuan Danuarta. Kamu yang akan menggantikan posisi kakak kamu, Seyn."
"Apa! menantu keluarga Danuarta? tidak! aku tidak sudi menikah dengan orang yang sudah pernah dikenal Kak Seyn. Apalagi pernah menjalin hubungan dengan Kak Seyn."
"Demi Papa untuk menyelamatkan harga diri keluarga kita."
"Apa Papa yakin? keluarga Danuarta yang terbilang kaya raya setelah besannya yang bernama Wilyam mau menerimaku menjadi menantunya. Mustahil! lihatlah, penampilanku yang terlihat arogan dan preman."
"Zayen, Papa mohon. Ubahlah penampilan kamu seperti kakak kamu, Seyn.
" Aku tidak mau! penampilanku akan tetap seperti ini. Kalau Papa tidak keberatan, silahkan."
"Jadi... kamu mau, jika kamu menggantikan kakak kamu?"
"Siapa yang bilang mau, bukankah Papa yang mengatakan padaku untuk mengubah penampilanku."
"Maksud Papa ubah penampilan kamu dan menikahlah dengan putri Tuan Tirta Danuarta."
"Aku tidak bermimpi menikah dengan putri Tuan Tirta Danuarta, lupakan." Jawabnya lalu segera pergi meninggalkan sang ayah yang masih berdiri.
Zayen langsung masuk ke kamarnya, dan menjatuhkan tubuhnya diatas tempat tidur.
Sedangkan Seyn tiba tiba pulang kerumah dan mengagetkan sang ayah yang baru saja duduk sehabis berbicara dengan Zayen.
"Seyn! siapa wanita yang kamu bawa."
"Calon istri Seyn, Pa."
"Apa! calon istri?" ucapnya dan menyelidik penampilannya dari atas sampai bawah yang terbilang lebih modis dan seksi dari Afna.
"Selamat siang, Paman.." sapanya dan tersenyum. Ingin hendak mengulurkan tangannya namun sayangnya, Tuan Arganta pergi meninggalkan Seyn dan wanita barunya itu.
"Kamu jangan takut, Papa orangnya begitu. Sekarang kamu duduklah, aku akan membuatkan kamu jus buah."
"Terimakasih," jawabnya lalu segera duduk di ruang tamu.
Tidak lama kemudian Zayen keluar dari kamarnya hendak pergi ke tempat yang dimana dirinya singgah.
Dengan khas gayanya yang seperti preman pasar, Zayen cuek dengan adanya wanita yang sedang duduk di ruang tamu.
"Zayen, kamu mau kemana? kenapa penampilan kamu seperti preman pasar? apa kamu sudah tidak lagi punya pekerjaan?" tegur wanita tersebut yang tiba tiba menghentikan langkah Zayen.
"Apa urusan kamu. Urusin saja tuh pacar kamu, Seyn."
'Dasar wanita murah*an.' Batinnya yang langsung pergi.
Wanita tersebut langsung terdiam, tatkala Seyn tiba tiba datang. Dirinya takut jika akan mendapat masalah gara gara menegur Zayen.
Sedangkan Zayen langsung keluar dan segera pergi.
"Zayen,"
Langkah kaki Zayen yang tiba tiba terhenti, kemudian memutar tubuhnya dan menghadap ke arah Seyn lewat kejauhan.
"Apa!"
"Tidak, hanya mau mengingatkan. Rubah lah penampilan kamu itu, biar wanita tidak takut jika berdekatan denganmu." Ejeknya, namun Zayen tidak meresponnya. Bagi Zayen hanya suara radio rusak yang mengingatkan akan penampilannya yang terlihat seperti Preman.
"Sudah. Kak Seyn tidak perlu mengajariku, lebih baik urus tuh wanita murah*an."
Dengan langkah yang cepat, Seyn segera mendekati Zayen.
Bug
"Sekali lagi kamu ucapkan kata kata kotormu itu. Aku akan bongkar tentang kamu, dan siap siap kamu akan masuk kedalam sel tahanan. Tentunya dibalik jeruji besi seumur hidup." Ancamnya, namun Zayen tidak merespon ucapan dari Kakaknya.
Zayen langsung pergi begitu saja, tanpa perduli ucapan dari Seyn.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 281 Episodes
Comments
Heru Dwiyantono
rehat
ngantuk
2022-12-11
1
Erma Wati
nyimak dl
2021-08-06
0
mojang banten
jangan jangan salah pilih seyn
2021-07-30
0