Afna dan Zayen kini sedang bersiap siap untuk berangkat pulang ke rumah Zayen.
"Permisi Tuan.." ucap supir pribadi keluarga Arganta diambang pintu yang sudah terbuka.
"Iya, ada apa." tanyanya sambil mengangkat istrinya ke kursi roda.
"Tuan akan pulang ke rumah utama atau..." ucapnya terhenti tatkala Zayen melototinya.
"Apa kamu sudah amnesia, hah! jelas jelas pulang kerumahku." Jawabnya yang kemudian mendorong kursi roda. Afna yang mendengarkannya sedikit takut tatkala sikap Zayen terlihat keras dan arogan.
"Baik, Tuan." Jawabnya kemudian segera pergi.
"Tunggu, mau kemana kamu. Bawa koper milik istriku, dan pastikan tidak ada yang tertinggal. Karena aku bukan orang kaya seperti istriku, yang bisa menyiapkan pakaian kapanpun."
"Baik, Tuan."
'Apa iya, nona Muda akan betah tinggal dirumah yang sempit. Ditambah lagi fasilitas tidak memadai, pasti orang tuanya tidak akan terima jika putrinya hidup dalam keadaan yang jauh beda dari sebelumnya.' Gumamnya dalam hati.
Didalam perjalanan, Afna hanya terdiam. Dirinya hanya menatapi luar jendela kaca mobil. Perasaannya campur aduk, bahkan Afna sudah pasrah dengan apa yang akan terjadi dengan dirinya. Sedangkan Zayen hanya menyandarkan tubuhnya dan menyilangkan kedua tangannya di dada bidangnya, kedua matanya terpejam. Afna yang melihatnya pun sedikit takut dan juga risih dengan penampilan sang suami. Ditambah lagi suaminya yang gondrong dan juga brewokan dan terlihat sangat menyeramkan, pikirnya.
Tidak lama kemudian, Mobil yang ditunggangi Afna dan suaminya kini telah sampai di depan rumah milik Zayen. Rumah yang sangat sederhana, bahkan bisa dikatakan sangat sempit untuk ukuran rumah keluarga Danuarta.
Zayen yang merasa mobilnya telah berhenti, kedua matanya terbuka lebar. Dan dilihatnya Afna yang juga sudah tertidur pulas sambil bersandar di jendela kaca mobil.
Karena tidak ingin mengganggu sang istri, Zayen dengan pelan menggendong sang istri untuk masuk kedalam rumah.
Setelah sampai didalam kamar, Zayen membaringkan tubuh istrinya di tempat tidurnya. Kemudian menyelimutinya sampi di bagian dada milik Afna. Afna sendiri tidak terbangun dari tidurnya, mungkin terlalu lelah dan sangat capek hingga dirinya sangat sulit untuk sadarkan diri.
Zayen segera keluar dari kamarnya, dan dilihatnya masih ada sopir yang sedang bediri di ruang tamu.
"Ada perlu apa pagi, sampai sampai kamu masih berada disini."
"Saya hanya ingin menyerahkan kunci mobil ini untuk Tuan, karena..." ucapnya terhenti saat Zayen kembali melototinya.
"Aku tidak butuh fasilitas dari keluarga Arganta. Ambillah dan bawa pulang mobilnya, katakan kepada pemilik mobil bahwa aku tidak membutuhkannya." Jawabnya, kemudian langsung membukakan pintu untuk memberi isyarat kepada sang supir untuk segera pergi dari rumahnya.
"Baik, Tuan. Saya permisi, akan saya sampaikan pesan dari Tuan." Ucapnya kemudian segera ke luar dari rumah.
Zayen langsung menutup pintu rumah dan langsung munguncinya.
Karena merasa lelah dan juga sudah sangat mengantuk, Zayen segera masuk kamar dan beristirahat.
Setelah sampai didalam kamar, dilihatnya sang istri yang sudah tertidur pulas. Wajah polosnya kini benar benar sudah terlelap dari tidurnya.
Zayen bingung untuk tidur dimana, ditambah lagi tidak ada kamar kosong. Karena rumahnya benar benar sangat minimalis, dan sudah tidak ada kamar lagi. Hanya ada ruangan khusus untuk menyimpan barang barang yang benar benar tidak ada orang lain yang mengetahuinya. Ruangan yang selalu terkunci dan tertutup rapat tanpa ada celah ventilasi.
Mau tidak mau, Zayen ikut tidur bersama sang istri. Meski pada akhirnya Afna akan menjerit dan ketakutan setelah terbangun dari tidurnya.
Zayen segera melepas pakaiannya dan langsung mandi, karena badannya terasa sangat gerah dan juga lengket karena keringat.
Setelah selesai ritual dikamar mandi, Zayen segera memakai baju tidurnya dan kemudian tidur disamping Afna. Dirinya benar benar tidak menyangka telah menikah dengan wanita yang terlihat sangat sempurna, hanya saja kakinya yang bermasalah hingga membuat sang kakak tidak menyukainya karena kecacatan dari fisiknya.
Karena rasa kantuk yang sudah tidak bisa ditahan, dengan pelan Zayen membaringkan tubuhnya diatas tempat tidur. Tepatnya pada posisi disamping sang istri. Karena merasa kedinginan akibat perubahan cuaca membuat Zayen tidak dapat menahan rasa dingin yang menusuk sampai ketulang. Karena tidak mempunyai cara lain, Zayen terpaksa menarik selimut yang sudah dipakai istrinya. Mau tidak mau, Zayen harus tidur satu selimut dengan sang istri. Meski sebenarnya masih ada satu selimut di dalam lemari, Zayen enggan untuk mengambilnya. Karena jika nanti yang satu kotor maka tidak mempunyai ganti lagi, oleh karena itu Zayen terpaksa tidur dalam satu selimut dengan istrinya.
Tiba tiba Zayen teringat, bahwa ditengah tengah diantara keduanya tidak ada pembatas. Zayen berpikir untuk mencari cara agar ketika sang istri terbangun dari tidurnya tidak begitu shok dan kaget. Tetapi, berkali kali Zayen mencari ide namun tidak dapat menemukannya. Ditambah lagi Zayen tidak memiliki guling, Zayen pun bingung dibuatnya. Mau tidak mau, keduanya tidur tanpa pembatas.
Karena merasa sudah tidak bisa menahan rasa kantuk, Zayen langsung memejamkan kedua matanya. Berharap ketika bangun tidak ada suara teriakan yang membangunkannya.
Keduanya hilang dari kesadarannya, Afna dan Zayen kini tengah tidur pulas dalam posisinya masing masing.
Semakin malam semakin dingin di dalam kamar, karena udara dari luar masuk kedalam kamar melalui ventilasi. Afna yang merasa kedinginan dan segera mencari bantal guling dengan dibawah kesadarannya hingga dirinya semakin mendekati posisi suami yang sedang tidur dalam keadaan terlentang. Zayen yang merasa kedinginan pun tanpa sadar langsung memeluk erat tubuh sang istri.
Sedangkan Afna begitu nyaman dalam dekapan sang suami dan tidurnya jauh lebih pulas tidak seperti biasanya. Keduanya benar benar lupa akan kesadarannya, hingga membuat Afna dan Zayen saling terlena dibawah kesadarannya. Keduanya benar benar terbalut dalam satu selimut, dan tanpa ada penolakan.
Setelah memakan waktu yang lumayan cukup lama, tiba tiba Zayen terbangun dari tidurnya. Tiba tiba kedua mata Zayen terbelalak saat mendapati dirinya dan istrinya tengah tidur bagai sepasang suami istri yang saling mencintai.
Zayen ingin segera melepaskan pelukannya, justru Afna semakin erat memeluk tubuh sang suami. Zayen tidak bisa melakukan penolakan, karena jika menyingkirkan tangan istrinya maka akan terdengar teriakan yang sangat kencang.
Zayen hanya memandangi wajah polos milik istrinya dalam keadaan tidur yang sangat pulas, wajah cantiknya pun mencuri perhatian Zayen yang tengah memandanginya. Namun, Zayen segera menepis pikiran kotornya. Zayen menyadarinya, bahwa dirinya hanya sebagai pengganti dan tidak lebih.
'Serumit inikan hidupku, aku harus menerima semua apa yang ditentukan oleh papa. Ya, aku sadar diri dengan posisiku. Dan aku bukanlah bagian dari keluarga Arganta, aku hanya anak terbuang. Sunggu menyakitkan!' gumamnya sambil meremas kuat selimutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 281 Episodes
Comments
Nor Azlin
berarti zeyin bukan bagian keluarga Argantara ...tapi siapa zeyin yang sebenarnya atau memang anak nya keluarga Argantara tapi beda ibu kali ya🤔🤔🤔🤔 penasaran ni...lanjut kan thor
2023-09-22
0
Suhaila Azhar
jangan pandang dari penampilan sebab penampilan tu belum tentu baik belum tentu buruk
2021-12-21
2
Alfindo Pratama
as
2021-10-30
0