Pagi tiba, sinar mentari menyapa melalui celah-celah dinding rumah Mbok Kah yang sebagian terbuat dari nyaman bambu. Domo yang terlelap dalam mimpi, mulai menggeliat karena tidur nya terganggu oleh kokok ayam yang bersahutan. Namun belum bisa membuat Domo ingin beranjak dari tempatnya berbaring.
Mbok Kah yang sudah sibuk dengan kegiatan nya di dapur di bantu Widodo yang sedang menumbuk singkong kering sebagai pengganti beras.
"Bisa Kau selesaikan itu sendiri le...?." Tanya Mbok Kah pada sang keponakan.
"Aman Mbok. " Jawabnya sambil tersenyum.
"Aku akan memetik lombok di belakang rumah" Terang Mbok Kah.
Mbok Kah berlalu ke belakang rumah nya. Widodo yang melihat keadaan sang bibik yang telah kembali seperti semua pun tersenyum, Ada sedikit kebahagiaan dalam hati nya. Dia Selalu berharap sang bibik yang hidup sebatang kara itu selalu sehat dan bugar di masa tua nya.
Widodo yang sudah selesai dengan pekerjaan nya segera memasak tumbukan singkong itu. Meski seorang Pria, Dia begitu cekatan dengan pekerjaan di dapur. Kayu yang terbakar pada tungku menghasilkan asap putih yang terasa pedas di mata. Beberapa kali widodo harus mengusap mata nya dengan ujung baju yang di pakai nya berharap rasa perih sedikit berkurang.
Di lihat nya beberapa bumbu dapur yang belum sempat di kupas sang bibik terlgeletak begitu saja di meja. Dengan cekatan ia mengupas dan mengiris beberapa bawang di hadapan nya.
"Kriiieeeek. " bunyi pintu kayu terbuka.
Di lihat nya mbok kah membawa beberapa kantung plastik di tangan nya. wanita tua itu tersenyum kearah keponakan nya.
"Anak gadis Mbok rajin sekali" Ucap Mbok Kah mengejek sang keponakan lalu duduk di dekat nya.
Di Letakkan nya beberapa kantung plastik itu di atas meja. Di keluarlah satu persatu isi dari kantung plastik tersebut yang ternyata berisi beberapa belanjaan Mbok Kah. Gula, tempe, kacang panjang, ikan asin dan beberapa keperluan dapur nya.
"Mbok kapan ke pasar nya...? Bukanya tadi mbok bilang kalau hanya mau memetik cabai Di belakang rumah. Lalu, bukan kah jarak pasar dari rumah ini memerlukan waktu setengah jam untuk Sampai di sana...?" Tanya Widodo yang sedikit terkejut dengan belanjaan yang di bawa sang bibik.
Mbok Kah yang mendengar rentetan pertanyaan sang keponakan tidak langsung menjawab nya. Dia hanya tersenyum dan berlalu mengambil wajan dan meletakkan di tungku bagian belakang. Di tuangkan nya minyak kelapa yang di simpan nya di dalam botol Di atas rak yang tertempel pada dinding dapur nya.Di iris nya beberapa tempe yang di bawa nya tadi dan membumbui dengan sedikit garam.
Ia merendam beberapa ikan asin sebelum menggoreng nya. Bau harum seketika menguar ke udara, bau wingi yang di hasilkan dari minyak kelapa yang mulai memanas. Tangan cekatan Widodo tanpa di komando segera memasukkan beberapa potong tempe pada minyak Panas.
Mbok Kah melihat sang keponakan dengan senyuman nya. tangan Keriput nya memetiki tangkai cabai yang akan dia sambal.
"Mbok, aku harap si Mbok tidak melakukan pemanggilan arwah-arwah itu lagi, biarkan mereka tenang di alam nya Mbok, lagi pun itu juga akan membuat tenaga Mbok terkuras habis. " ucap Widodo.
"Aku hanya kasian dengan anak itu, dia harus kehilangan semua keluarga nya karena keserakahan paman nya. " jawab mbok kah.
"Slamet telah membantu dalam memperdaya keluarga itu, bahkan Domo pun juga menjadi korban nya, untung saja dia masih bisa di selamatkan. Rumi juga berperang penting dalam penyelamatan nya." Lanjut Mbok Kah.
"Tapi Mbok, aku kasian pada mu, karena ragamu sudah tak sekuat dulu. " ucap Widodo.
"iya iya. " Jawab Mbok Kah sekena nya sambil meletakkan ikan asin pada bara api Di depan bibir tungku.
Tubuh Domo menggeliat seketika, saat hidung nya menangkap bau ikan asin bakar kegemaran nya. Mata nya terbuka, ia mencoba bangun dari pembaringan nya. Rasa sakit yang di rasanya beberapa hari lalu sedikit menghilang. Kini dia sudah bisa bangkit dan berdiri tanpa bantuan siapapun, meski sedikit tertatih.
"Kau sudah bangun bung...? " Tanya Widodo yang muncul dari arah dapur. Domo hanya mengangguk mengiyakan.
"Duduklah di sini, makanan akan segera siap. Aku yakin Kau pasti bangun karena mencium bau ikan asin bakar yang menyebar di rumah ini. " sambung nya.
"Kamu sudah bangun...? Ayo cepat sana cuci muka mu dan kita sarapan, Widodo sudah masak untuk kita." perintah Mbok Kah.
"Wid tolong bantu dia ke belakang." sambung nya lagi.
"Tidak perlu Mbok, aku bisa jalan sendiri. " Jawab Domo dengan senyuman.
"Yah, memang seharusnya Kau tidak sering-sering merepotkan ku." ucap Widodo sambil meletakkan piring berisi ikan asin dan tempe goreng.
"kruuuuuk" perut Domo seketika merasa sangat lapar sesaat melihat isi piring tersebut.
Widodo yang menyadari itu, Dia tersenyum.
"Sana cepat cuci Muka mu itu, Jangan lama-lama karena aku sudah lapar. Cepatlah Jika Kau tak ingin lauk ini ku habiskan. "
Domo merasa malas meladeni ocehan Widodo, Dia berlalu begitu saja meninggalkan Widodo yang mulai menyendokkan nasi tiwul ke piring nya.
_____
Tak berapa lama ia kembali ke dalam rumah, rasa lapar yang di rasakan nya membuat dia segera duduk Dan menyendokkan beberapa centong Nasi tiwul kegemaran nya.
Sepiring nasi dengan lauk ikan asin juga tempe goreng serta sambal yang tidak terlalu pedas menemani nya mengawali hari ini.
Domo begitu bersemangat melahab hidangan itu, Dan Widodo hanya menggelengkan kepala saat melihat kelakuan Domo, namun berbeda dengan Mbok Kah, wanita tua itu malah tersenyum dengan mata berembun. Dia merasa sangat bersyukur bisa menyelamatkan Domo saat ini, walau tidak di pungkiri Dia juga merasa sangat bersalah karena Dia terlambat untuk menolong keluarga Domo.
"Hey bung, apa Kau tidak bisa pelan-pelan memakan nasi itu...? " ucap Widodo.
Mereka menikmati makanan pagi ini dengan cara masing-masing. Setelah selesai menikmati sarapan pagi ini, mbok kah segera membereskan peralatan makan dan di bawa nya ke belakang di bantu oleh Widodo.
Mereka selesai dengan segala pekerjaan, Mboh Kah dan Widodo kembali ke tempat Domo dan duduk di sebelah nya.
"Mbok, apa Kau boleh pulang Hari ini...? " Tanya Domo.
"aku ingin bertemu Rumi mbok, Ada yang ingin ku sampaikan pada nya. " sambung nya lagi.
"Le, aku rasa saat ini keadaan mu sudah membaik, sebenarnya Ada sesuatu yang ingin Mbok sampaikan pada mu le. " Ucap Mbok Kah penuh kehati-hatian.
"apa Mbok, kenapa harus menunggu ku pulih...?" tanya nya kebingungaN.
"sebenar nya ke, Eeh.... " Mboh Kah begitu ragu until mengatakan nya.
"Bung, keluargamu sudah habis. Mereka semua sudah meninggal. "Ucap Widodo seketika.
Domobyang mendengar itu sedikit terkejut, namun ia Masih menunggu apa yang akan di katakan Mbok Kah pada nya.
"iya le, Maafkan si mbok. Mbok datang terlambat saat itu" ucap si Mbok dengan derai air mata.
Bagai di hantam ribuan Batu, hati Domo terasa hancur tak tersisa.
Terimakasih yang masih mau baca cerita ku, mohon Maaf tadi Ada sedikit trouble Dan sekarang Alhamdulillah sudah di perbaiki.
Mohon krisan nya ya. Ingatkan saya kalo Ada typo terimakasih 😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Susan
polos kali lah si Widodo itu...nyeplos
2021-04-01
1
Febrie
Slamet itu siapa ny thor, knp mereka pada jahat sm keluarga domo
2021-03-26
1