"Mbah apa yang harus saya lakukan mbah....? " Tanya Karman pada ki Slamet.
"Bawa mereka pergi dari sini, bawa ini juga bersamamu, ingat...! Pakai benda ini saat keadaan mu benar-benar sudah terjepit, lempar benda ini ke tanah lalu pejamkan mata kalian, ingat itu." Terang ki Slamet pada kami.
"Baik ki." jawab Karman dengan ragu wajah Tegang.
Kami membopong tubuh Domo yang masih dalam keadaan tak sadarkan diri. Aku menengok ke arah belakang, Kulihat ki Slamet Dan siluman itu tak sedang berperang atau semacam nya. Justru ku lihat ki Slamet seakan tunduk pada siluman tersebut dan tersenyum aneh pada kami.
"Apa ini...? Keadaan seperti apa ini.? Kenapa dengan ki Slamet, kenapa Dia seakan tunduk pada siluman tersebut. " Tanayaku dalam hati. Masih bingung dengan keadaan ini tiba-tiba kami di kejutkan dengan kedatangan segrombolan monyet yang menuju kearah kami.
"Bagaimana ini Man....?." Tanyaku kebingungan.
"Kang, bawa Domo ke belakang Batu besar itu Kang, Akan ku coba menghadapi mereka. " Jawab Karman.
" Kamu yakin bisa menghadapi mereka sendiri Man...?. " tanyaku meyakinkan.
" Sudah lah kang cepat bawa Domo pergi, aku akan mencoba menghalau mereka." Ucap Karman sedikit berteriak.
"Baik, berhati-hatilah Man. " ucapku Dan Di jawab dengan anggukan kepala oleh Karman.
Kubawa tubuh menantuku ini menuju belakang batu besar. Dari belakang Batu itu ku lihat ki Slamet Masih berbincang dengan siluman monyet itu, aneh sekali, kenapa ku lihat mereka begitu Akrab. Dari situ juga ku lihat Karman yang sedang menghalau kawanan monyet itu. Kulihat cakaran Di tubuh Karman begitu banyak.
"Kang aku sudah gak sanggup Kang, mereka terlalu banyak. " Ucap Karman sambil berlari ke arah ku.
"Kang, sepertinya sudah saatnya kita Pakai ini kang. " Sambung Karman dengan nafas ngos-ngosan sambil mengeluarkan bungkusan yang di berikan ki Slamet tadi.
"Kamu yakin Man...? " tanyaku. Dan Di jawab nya hanya dengan anggukan kepala.
"Tutup mata kang. " Ucapnya. Kuanggukkan kepalaku Dan menutup Mataku menurut ucapan nya, meski sebenarnya Masih Ada keraguan Di hati kecilku pada ki Slamet.
"Siap Kang. " ucap Karman.
"Iya. " jawabku singkat sambil memejamkan mata ku.
"Sudah Kang, bukalah mata mu. " Ucapnya sambil menggoyangkan badan ku. Saat membuka mata ternyata aku sudah tidak berada dalam hutan itu.
"Dimana ini..? " Tanyaku pada Karman kebingungan.
"Ini rumah ki Slamet Kang, kita sudah Selamat. " ucap nya sambil tersenyum.
"Luka mu..?" tanyaku pada Karman karena ku lihat begitu banyak; luka bekas cakaran Di tubuh nya.
"Dia akan segera sembuh, Kau tak perlu khawatir tentang luka itu. " Jawab ku Slamet yang tiba-tiba mncul dari belakang ku.
"Sejak kapan dia Ada di sini...? Bukanya tadi Dia ada di hutan bersama mahluk tadi. " Ucapku dalam hati.
"Kau tidak perlu tau semua tentang apa Dan bagaimana aku, Cukup diam Dan ikuti kami. " Ucapnya seakan tau akan kebingungan ku.
"Hati-hati Kang, jaga bicara walau itu hanya dalam hati. " Ucap Karman padaku. Aku hanya diam tanpa menjawab apapun, jujur saja aku masih sangat ragu pada lelaki tua ini, gerak gerik nya begitu aneh.
Kami masuk ke dalam sebuah gubuk tua yang berada di bawah Bukit, Entah dimana kami sekarang berada, bahkan aku yang sering keluar masuk hutan belum pernah melihat tempat ini. Seperti di sebuah perkampungan tapi sangat sepi, rumah si sekitar seperti Tak berpenghuni.
"Man, segera mandi dengan air yang sudah ku sediakan Di belakang Sana, aku takut luka mu itu akan segera membusuk." Ucap orang tua itu.
"Baik ki. " jawab Karman sambil berlalu ke belakang, Dia seakan tau tentang keadaan rumah ini dia seakan sangat mengenal situasi rumah ini.
"Letakkan menantumu itu di atas tilam itu. " Ucap ki Slamet padaku sambil menunjuk ke sebuah dipan di dekat pintu.
Ku Letakkan Domo di atas tempat tidur Ki Slamet. Dari belakang kulihat Karman yang berjalan ke arah kami, ku lihat luka yang di tubuhnya sudah lenyap begitu saja tanpa meninggalkan jejak.
"Sudah selesai Man...?." Tanya Ki Slamet pada Karman.
"Sudah ki, sekarang apa yang harus saya lakukan Ki. " Jawab Karman.
"Sekarang tinggalkan keponakan mu bersama ku, aku akan memulihkan tenaga nya, Dia akan kembali 3 bulan lagi, jemputlah dia satu minggu sebelum bulan Purnama." jelas Ki Slamet.
"Sekarang kalian pulanglah dulu, jalan lurus saja ke arah selatan, kalian akan bertemu jalan utama." Lanjut ki Slamet menerangkan pada kami.
"Baik ki, kami titip Domo pada Aki, tolong jaga dia ki. " Ucap Karman sambil bersalaman pada lelaki tua ini.
"Kalian tidak perlu khawatir tentang Dia, Dia akan baik saja. " jawab ki Slamet meyakinkan kami.
"Iya ki, kami pamit dulu. " Ucap Karman.
"Hati-hati Di jalan, Jangan lupa dengan pesanku, Dan ini..., kamu sudah tau Kan apa yang harus kamu lakukan dengan benda ini...?. " ucap ki Slamet sambil menyerahkan sebuah bungkusan berwarna Putih pada Adik ku ini.
"Sangat faham ki." Jawab Karman sambil tersenyum.
"Ayo Kang, kita pulang. " ajak Karman pada ku.
"Tapi Domo...?. " jawabku bingung.
"Sudah Kang tidak udah hawatirkan dia, Dia akan baik-baik saja, tolong percayakan dia pada ki Slamet. " jawab Karman meyakinkan ku. Karman berjalan keluar dari rumah ini ku ikuti langkah nya meski sebenarnya haiku tak yakin Akan keputusan adikku meninggalkan Domo pada lelaki itu. Tapi aku tidak punya pilihan lagi selain meninggalkan nya di sana.
Di perjalanan aku dan Karman tak banyak berbincang. Kulihat Dia lebih pendiam dari biasanya.
"Man, kenapa aku merasa aneh dengan gelagat Ki Slamet ya Man..?." Ucapku memecah kebisuan di perjalanan ini.
"Apa maksut kakang...? setelah semua yang di lakukan Ki Slamet pada kita tadi kakang Masih saja mencurigai nya...? ." Ucap Karman dengan melototkan mata nya.
"Kenapa sekarang sikap nya begitu aneh...?. " ucapku dalam hati.
"Kita sudah sampai Kang. " ucap Karman mengejutkan ku Dari lamunanku. Kul lihat kami sudah berada di pinggiran jalan besar, padahal rasa nya kaki baru berjalan beberapa langkah saja kenapa tiba-tiba kami sudah berada di sini...? Padahal tadi waktu Di gubuk Ki Slamet aku hanya melihat pepohonan Dan rumah warga yang berjejer tanpa penghuni.
"Kang, Kang...! Ayo naik. "ucap Karman mengagetkan ku. Kulihat Dia sudah berada di atas sebuah delman. Aku naik ke atas delman Dan duduk di sebelah Karman.
"Kita dimana Man..?." Tanyaku Masih dengan kebingungan.
"Kamu itu gimana to Wo, masak sama kampung sendiri kok lupa tu gimana...?. " Jawab sang kunir sambil mengemudikan delman nya.
"Lho Kang Marno...?."Aku masih bingung dengan keadaan ini Dan saat ku lihat ke sekitar, benar saja ternyata aku sudah berada di desa ku Dan sebentar lagi kami sampai di rumah kami.
Tak berselang lama, kami sudah berada di pelataran rumah ku, kulihat Anak dan istriku berada di depan rumah menyambut kedatangan kami.
"Pak, mana mas Domo...? mana tegar pak...?. " Tanya Rumi pada ku dengan air mata nya yang berderai.
"Tenang Rum, tenang dulu Anak dan suami ku baik-baik saja, tunggulah dulu nduk mereka akan segera kembali padamu." Jawab Karman meyakinkan.
"Paklik, tolong selamatkan Tegar dan mas Domo lik, tolong. " kulihat Rumi menangis dan memohon, ku lihat Dia begitu terpukul akan keadaan ini. Kasian Dia, saat dia sedang hamil seperti ini dia harus mengalami tekanan yang begitu menyakitkan.
"Sudah Rum, percayakan mereka pada paklik mu itu. " ucapku meyakinkan Dan membiarkan Rumi, meski sebenarnya dalam hati ku pun tidak yakin Akan keputusan adikku.
Kuharap aku tidak Salah mengikuti saran adikku ini, ku harap Anak cucu Dan menantuku Akan kembali seperti dulu lagi, Semoga keluarga kami bisa berkumpul lagi dan menyambut kedatangan cucu ku yang sedang di kandung Rumi.
Makasih para pembaca,mohon Maaf ya Telat banget posting nya,😊😊😊
Selamat membaca, mohon Kritik Dan saran, tolong ingatkan kalau Ada typo nya ya biar bisa Di perbaiki 😊😊
terimakasih 😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
🎎 Lestari Handayani
bagus ceritanya
2022-05-20
0
Zeety Zola
smua bingung sy jg
2022-04-25
0
Ijah
Maaf,,,,. kog Saiya bingung ya?
kalimat nya terlalu pintar untuk di cerna
2021-11-29
1