Malam sudah sangatlah larut, lantunan nada-nada indah terdengar seakan menjadi lagu pengiring mimpi indah bagi jiwa-jiwa yang lelah. Sorot rembulan malam masuk melalui celah-celah papan kayu yang mulai koyak disana sini lapuk dimakan rayap, soelah menjadi pengganti lampu teplok yang sudah di padamkan dari tadi.
Kulihat Rumi masih saja terjaga, berjalan kesana kemari di dalam rumah.
"Kamu kok belum tidur nduk...?." Tanyaku pada nya.
"Bagaimana Rumi bisa tidur pak, sedang Di luar Sana Tegar Dan mas Domo tidak di ketahui bagaimana keadaan nya." Jawab nya dengan sedikit terisak.
"Sudahlah nduk, percayakan mereka pada yang kuasa, toh paklik mu juga sudah bilang kan akan membantu kita. Jadi sekarang sebaik nya kamu tidur saja nduk yakin saja kalau mereka pasti selamat . " Ucapku meyakinkan nya, meski sebenarnya dalam hatiku pun ragu akan ucapan ku ini.
"Tapi pak, Rumi merasa gak yakin dengan jalan yang kita tempuh ini, Rumi merasa akan ada hal besar yang Akan terjadi pada keluarga kita pak. " Jawabnya masih dengan deraian air mata.
Kasian Dia, dalam keadaan hamil seperti ini dia harus menghadapi cobaan hidup yang begitu menyakitkan.
Pagi menyapa, mentari menyinari dedaunan yang basah karena embun, kokok ayam bersahutan seakan menyenandungkan syair penyemangat untuk insan penghuni bumi. Seakan menjadi pengingat bagi mereka untuk segera bangkit dan menjalankan tugas untuk melanjutkan hidup nya.
Kulihat Rumi sedang duduk di kursi yang berada di depan rumah ini, wajah sedih nya begitu ketara. Dari arah belakang ku dengar langkah kaki istriku yang membawa segelas teh hangar untuk ku.
"Bune, apa anak kita sudah makan...?." Tanyaku pada nya.
"Belum pak, dari kemaren ibu sudah coba merayu nya tapi Dia tetap saja tidak mau menyentuh nasi nya. Coba kalo Bapak yang suruh, mungkin dia bisa nurut, kan anak itu selalu dengerin bapak." Jelas istriku ini dengan taut wajah khawatir.
"Huft.....!." Kutarik nafas panjang agar berkurang rasa sesak di dada.
"Bapak coba bune, Semoga dia mau nurut kalo sama bapak." Jawabku sembari menyeruput teh hangat pemberian istriku ini dan bangkit dari duduk ku mendekati Rumi yang masih terduduk diam menerawang entah kemana.
"Nduk...! " Ku pegang bahu anakku ini dan ku lihat Dia sedikit terkejut.
"Eh Bapak." Jawab nya melihat ke arahku.
"Kamu gak makan nduk...? Kata ibuk mu, sudah dua hari ini kamu tidak makan. " Tanyaku sambil memegang bahu nya.
"Rumi belum lapar pak, Nanti kalau Rumi sudah lapar Rumi ambil sendiri ke dapur. " Jawab nya dengan genangan air mata yang masih tersisa. Kulihat mata merah dan sembab itu seakan menjelaskan kalau dia tidak pernah istrahat selama 2 Hari ini.
"Makan lah nduk, Jika bukan untuk mu setidaknya kau harus makan untuk jabang bayi yang ada di dalam perutmu itu Nduk, Dia juga harus makan, kasian Dia Jika harus ikut berpuasa Dan merasakan kesedihan yang mendalam dari ibu nya." Jelasku mencoba merayu nya, berharap Dia mau mendengarkan ku.
"iya nduk, bener Apa kata Bapak mu itu. Makanlah nduk, kasian anak Di kandungan mu itu." Ucap istriku sembari menyodorkan nampan berisi sepiring Nasi dengan lauk pauk dan juga segelas teh hangat untuk Rumi.
Dia menerima nampan pemberian ibu nya dan meletakkan di sebelah nya duduk. Dia mengambil segelas teh hangat itu dan minimum nya hingga tandas kurasa sebenar nya diapun merasakan haus dan juga lapar, tapi mungkin dia memilih untuk menahan nya. Kulihat Dia mengambil sepiring nasi berlauk tempe dan oseng kangkung kesukaan nya, suapan demi suapan dimasukkan nya ke dalam mulut. Ku tinggalkan Rumi yang sedang asik dengan nasi di tangan nya.
"Pak, Rumi udah mau makan...?." Tanya istriku yang berjalan mendekatiku sambil menyincingkan lain jarik yang di pakai nya.
"Sudah Bune, bahkan Bapak lihat Dia sangat lahap memakan nya." Jelasku pada nya.
"Wah ini pasti karena air tadi. " Kata nya.
"Air...? air Apa Bune...?" Tanyaku sedikit kebingungan sambil menyeruput teh hangat yang ada di atas meja.
"Air yang di kasih sama Karman pak,." jawab nya sambil meminum segelas air putih.
"Lho, Karman dari sini to...? kapan...? Sekarang dimana Dia Bune...?." Tanyaku.
"Iya tadi Dia kesini pak, Dia bilang kita di suruh minum air ini biar kita semua selamat, tarutama si Rumi Dia harus minum air ini agar Dia mau makan lagi dan sedikit melupakan kesedihan nya gitu Kata si Karman." jelas istriku sambil memperlihatkan sebuah botol berisi air pada ku.
"Sekarang mana si Karman Bune, kok Bapak yang dari tadi Ada di depan gak lihat Dia datang..?." Tanyaku lagi pada nya.
"Dia tadi lewat pintu belakang pak, sekarang Dia sudah balik lagi lewat kebon belakang sana, Dia bilang mau ke sawah makanya gak sempet nemuin Sampean sama si Rumi,dia kayak nya lagi buru-buru banget pak. " Jelas istriku panjang lebar.
"Ya sudah Bune, bapak tak nyusul Karman dulu ke sawah, Ada yang mau bapak omongi sama Dia, tolong kamu temani Rumi biar Dia ada temen ngobrol biar Dia gak ngalamun aja " Ucapku sambil berdiri Dan berlalu meninggalkan nya.
"Ati-ati pak. " Teriak nya dari dalam dapur.
Aku harus bergegas menemui Karman, akan ku utarakan sedikit keraguan Di hatiku akan sosok Ki Slamet yang menurutku tak wajar. Aku berjalan sedikit berlari, Jika baru saja Karman ke rumahku mungkin dia juga belum Jauh, Dan benar saja baru sekitar 5 menit aku berjalan, kulihat Karman di depan ku. Saat aku hendak memanggilnya kulihat Dia sedang bersama seseorang.
"Ki Slamet..? kenapa Dia ada di sini...? Bukanya seharusnya dia berada bersama Domo di rumah nya...?. " Tanyaku dalam hati.
Aku melihat ada gelagat aneh pada mereka, kuputuskan untuk tidak bergabung dan mencoba mendengarkan percakapan mereka dari balik pohon randu yang tak jauh dari tempat mereka berdiri.
"Sudah kau pastikan mereka meminum nya Man...?. " tanya ki Slamet.
"Sudah ki, aku melihat sendiri Rumi meminum air itu hingga tandas, Dan kedua Kakak ku itu aku yakin mereka pasti meminum air tersebut. " Jawab Karman yakin.
"Bagus kalau begitu, aku harap rencana kita akan berhasil Man, suapaya kita tidak mengecewakan mereka. " jawab Ki Slamet.
"Apakah kita akan mendapatkan Apa yang di janjikan Ki...?. " Tanya Karman antusias.
"Jangan khawatir tentang itu Man, kita pasti akan mendapatkan semua nya bahkan bisa lebih dari yang di janjikan jika rencana Kali ini berhasil. " Jawab ki Slamet sambil tersenyum bahagia.
"Lalu, bagaimana dengan Domo ki...?. " tanya Karman.
"Kamu tidak perlu mencemaskan nya, Dia sudah ku urus, Dia tidak akan bisa keluar dari tempat itu Man hahahahahaha....! " Jawab ki Slamet dengan tawa yang menggelegar.
"Apa maksut mereka...? Apa mereka berniat mencelakakan keluargaku,kenapa Keadaan berubah seperti ini...? Imbalan apa yang Dia inginkan...? Dari siapa...? Aku begitu bingung dengan semua ini, kenapa adikku tega sekali pada kami, air apa yang kami minum tadi dan astaga ternyata memang benar kecurigaan ku terhadap lelaki tua itu." Ucapku dalam hati.
Dengan penuh amarah aku keluar dari balik pohon tersebut bun betapa terkejut nya aku saat melihat dua manusia tadi sudah tidak berada di tempat nya lagi. Kemana mereka, cepat sekali mereka hilang dari pandangan l ku.
Akhirnya ku putuskan untuk segera pulang melihat keadaan di rumah. Saat tangan ini baru saja hendak membuka pintu ku dengar sebuah rintihan ketakutan dari dalam rumah ini. Takut terjadi apa-apa pada keluargaku, aku segera bergegas masuk Dan melihat apa gerangan yang terjadi. Saat sudah di dalam rumah kulihat kaki Rumi bersimbah darah. Darah itu keluar dari slakang*n nya sangat banyak. Mana mungkin dia akan melahirkan,sedangkan kandungan nya saja baru menginjak umur 6 bulan.
"aaaaakh...! pak sakit paaak...!." Teriak Rumi pada ku
.
"Nduk kamu kenapa nduk..? Oalah gusti kenapa kamu nak, Apa kamu tadi jatuh...?." Tanyaku pada nya.
"Enggak pak, tadi sehabis makan Dia masuk ke kamar lalu tiba-tiba dia merintih kesakitan trus keluar darah seperti ini pak. " jawab istriku yang berada di sebelah nya sambil menangis.
"Apa ini rencana yang di bilang Karman dan lelaki tua itu...?. " fikirku. Masih terdiam dalam lamunanku tiba-tiba Rumi berteriak sekencang nya.
"Paaaaaaaak sakiiiiiiit.....!. " Tiba-tiba dia pingsan, tubuhnya terkulai lemas, perutnya yang tadi nya membuncit sekarang kempes seperti tidak ada nyawa Di dalam rahim nya.
Kemana....!? Kemana perginya calon cucuku.. ?. Istriku yang sedari tadi berada di sisiku menangis histeris melihat keadaan Rumi.
Apalagi ini...? Belum juga rampung dengan masalah yang satu, sekarang kami harus di hadapan dengan permasalahan yang lain.
Tegar, Domo, Rumi, setelah itu siapa lagi...?. Aku sangat geram dengan semua ini. Dengan penuh emosi aku berjalan menuju dapur mengambil sebilah parang Dan sebuah tombak Dan bawa nya bersamaku.
"Bune tolong jaga Rumi, aku Ada sedikit urusan yang harus segera ku selesaikan, aku akan memanggilkan mbok kah untuk membantumu." ucapku menahan amarah yang membuncah di dalam dada.
"Pak, kamu mau kemana pak...? Jangan tinggalkan kami, cuma kamu yang bisa kami andalkan disini pak. " ucap istriku sambil memegang tangan ku.
"Nyawa balas nyawa Bune, aku tidak akan tinggal diam...! "
Terimakasih buat admin Dan moderator yang sudah lolosin tulisan receh ku ini.🙏🙏
Dan terimakasih juga buat kalian yang Selalu setia dengan tulisan ku, Semoga Selalu suka ya 😊😊
Selamat membaca 😘😘
mohon Maaf kalo banyak typo ya. 🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Alula
pasti karman jadi2an itu
2021-09-20
1
Shanty Larasati
Bangke si Karman
2021-04-03
1
Samudra Indah
jalan ceritanya ruwet ...gk selaras dari awat cerita yg di bahas
2021-03-17
2