Udara begitu dingin malam ini, suara burung hantu bersahutan memecah keheningan. Langit begitu gelap, tak ada cahaya sang rembulan dan bintang sebagai penghias lukisan Tuhan. Domo melihat ke segala arah tak ada apapun yang dia lihat kecuali hanya pohon-pohon yang menjulang tinggi seolah tiada ujung.
Tawa cekikikan dari beberapa mahluk penunggu hutan seakan seperti sayatan pisau di hati Domo. Keringat mengucur di sekujur tubuhnya. Tak terhitung lagi sudah berapa kali dia harus terjatuh karena kaki nya tersandung akar pohon yang tak terlihat karena pekat nya gelap malam di hutan itu.
Beberapa kali dia merasa tubuhnya seakan tertabrak sesuatu yang tak terlihat dan membuatnya kembali terjatuh ke tanah. Tak ada apapun yang dia lihat kecuali hanya pohon-pohon yang menjulang tinggi seolah tiada berujung.
Namun saat dia melihat ke atas pohon, betapa terkejutnya dia saat melihat begitu banyak mahluk berbaju putih dengan rambut panjangnya duduk di setiap dahan pohon di atas kepala nya menyeringai kearahnya dan tertawa cekikikan. Tawa itu terdengar begitu menyeramkan bagi Domo.
Dengan sisa kekuatan yang dimiliki Domo, Dia mencoba berlari menjauh dari kawanan gadis manis penunggu hutan ini. Nafas nya terengah-engah karena kelelahan, Ditambah dengan rasa lapar Dan dahaga yang begitu menyiksa nya, membuat Domo tidak bisa berlari kencang.
"BUGHT....! " sebuah hantaman tepat mendarat di perut Domo, membuatnya terjungkal dan terbatuk. Dia clingukan melihat ke sekeliling, namun tidak ada apapun yang dia lihat. Perut Domo terasa begitu nyeri karena hantaman tadi, entah apa dan siapa yang melakukan hal itu pada nya.
Lama dia terduduk memulihkan tenaga nya, sekarang Dia mencoba berdiri dengan sisa tenaga yang di miliki nya. Namun baru juga mencoba berdiri dan berjalan tiba-tiba serangan itu datang lagi, kembali tubuh Domo jatuh tersungkur dan sedikit memuntahkan darah segar.
"Bedebah....! Mahluk apa kau sebenarnya...? Tunjukkan wujud mu aku tidak takut...!" Teriak Domo penuh amarah.
"Sraaak...!" sebuah cakaran mendarat di pipinya. Darah seketika mengalir dan menetes di lehernya. Dari atas pohon terdengar para mahluk itu tertawa cekikikan seolah sedang menikmati pertunjukan yang menghibur mereka.
"Sial...! " Umpat Domo dalam hati. Dia memberanikan diri memandang ke atas ranting pohon, dan benar saja para mahluk itu terlihat begitu bahagia, dengan kaki yang berayun-ayun seakan menertawakan kesialan Domo malam ini.
Domo mencoba berdiri lagi dengan menahan perih di perut dan pipi nya. Dia berkacak pinggang sambil melihat ke arah kerumunan kuntilanak itu.
"Kali ini kalian memang menang diriku, namun Jika Nanti aku bisa selamat aku akan datangi kalian dan menjadikan kalian budakku...!" Ucap Domo sembari menunjuk ke arah mereka.
"hi... Hi..hi.. Hi...! Dasar manusia bodoh...! Kau tidak akan bisa selamat dari hutan ini, kik... Kik.. kik .. Kik....! " Jawab salah satu kuntilanak itu dan Di sambut riuh tawa dari yang lain nya.
Domo tersenyum sendiri, mungkin memang benar yang di katakan kuntilanak itu bahwa dirinya tidak akan selamat dari hutan ini. Mahluk-mahluk itu tidak akan mungkin membiarkan nya pergi begitu saja.
Serangan demi serangan di terima Domo. Tubuhnya semakin lemah, tenaga yang di milikinya terasa sudah habis, Dia pasrah menerima ini dia berfikir mungkin memang hidupnya Akan berakhir seperti ini.
Domo yang sudah pasrah akhirnya hanya duduk diam dan menangis. Dalam keadaan seperti ini dia mengutuk dirinya sendiri, ndai saja malam itu dia tidak datang ke rumah Raksa, mungkin semua ini tidak akan terjadi. Dia tidak akan kehilangan Tegar, dan Dia juga tidak perlu berada di dalam hutan gelap ini bersama para wanita menyeramkan ini.
"Taukah kalian betapa tidak berharganya hidupku saat ini...? Aku begitu bodoh hingga tanpa sadar membuat keluargaku berada dalam bahaya. Mungkin kalian benar, aku tidak akan selamat dari hutan ini dan akan menjadi santapan mahluk dalam hutan yang gelap ini. Silahkan bunuh saja aku, lepaskan semua penderitaan yang ku rasakan saat ini, agar aku juga bisa menurut balas dendamku pada sahabat ku itu. cepat kalian bunuh aku...!." Ucap Domo sembari melihat ke kerumunan kuntilanak itu dengan dengan senyuman dan deraian air mata.
"BUGT....!" sebuah hantaman tepat mendarat di tengkuk Domo. Dia jatuh tersungkur dan pingsan. Kerumunan kuntilanak tadi menghilang. Sebuah tangan keriput menarik tubuh Domo dari dimensi yang berbeda.
"Terimakasih nduk, sekarang kembalilah ke alam mu. Aku akan menjaga suamimu dan akan mencoba menyelamatkan anak kalian." Ucap mbok kah pada arwah Rumi yang berdiri di depan nya.
Rumi menghilang bagai asap, Mbok Kah sang wanita tua menyeka air mata yang membasahi pipi keriput nya. Dia merasa iba akan apa yang terjadi pada keluarga ini. Sekarang tugas berat sedang menanti nya, Di usia renta nya, Dia harus menolong Domo dan membimbingnya hingga ia bisa menyelamatkan nyawa putra nya.
Pagi tiba, suara para serdadu-serdadu kecil bersahutan seakan memberi tanda pada yang bernyawa untuk segera menyambut sang fajar.
Mbok Kah yang terjaga sejak malam tadi sedang mengobati luka yang di derita Domo. Tangan tua itu dengan telaten membubuhkan ramuan yang di racik nya pada luka di tubuh Domo. Untung saja Rumi cepat menemukan keberadaan nya, Jika tidak mungkin Domo hanya akan menjadi santapan Mahluk-mahluk penunggu hutan itu.
Sudah 7 hari Domo terbaring, luka yang di derita nya sudah sedikit mengering. Ramuan Mbok Kah begitu mujarab.
Mbok Kah sedang asik memasak di dapur nya, Dia sedang mempersiapkan nasi dan lauk pauk dengan porsi besar. Karena menurut perkiraan nya Domo akan bangun di hari ke 7.
Aroma masakan yang begitu harum seakan menggelitik lubang hidung Domo, Dia yang mulai mendapatkan kesadaran nya kembali merasa kebingungan dengan keberadaan nya.
"Di dimana aku...? Bukannya kemarin aku ada di hutan, kenapa sekarang aku ada di sini...? Masih hidupkah aku...? " Batin Domo sambil melihat ke sekeliling nya. Dia mencoba bangun dari pembaringan, namun rasa sakit di sekitar dada dan perut nya membuat nya kesulitan untuk bangkit.
"Kamu sudah sadar le...?" Ucap sebuah suara yang sepertinya tidak asing bagi nya. Dan benar saja orang yang di kenal nya berjalan mendekat ke arah nya.
"Mbok Kah...? " Ucap Domo sembari memaksakan diri untuk bangkit.
"Jangan banyak bergerak dulu le, lukamu belum pilih betul. " Kata Mbok Kah sembari meletakkan nampan yang berisi banyak makanan.
"Glek... " Domo menelan sedikit slavina nya saat melihat semua makanan yang tersedia di hadapan nya. Perutnya sangat lapar, Ditambah haus yang teramat sangat membuat Domo begitu ingin segera menyambar kendi yang berada tak jauh dari tempatnya sekarang.
Mbok Kah yang menyadari semua itu hanya tersenyum melihat Domo yang seperti seekor serigala yang hendak menerkam mangsa nya.
"Makanlah, Kau pasti sangat lapar dan haus." Ucap Mbok Kah sambil berlalu.
Domo yang sangat lapar dan haus segera melahab makanan dan minuman yang di sediakan.
"Aku tidak pedulikan apakah dia benar-benar Mbok Kah atau mahluk jadi-jadian, yang penting sekarang perutku terisi . Andaipun makanan ini adalah racun aku juga tidak peduli, setidaknya aku akan mati dalam keadaan kenyang. " gumam nya dalam hati.
Dengan cepat Domo menghabiskan makanan yang di siapkan Mbok Kah, tak ada sisa bahkan sebiji nasi saja tidak ada. Mbok Kah yang melihat dari dapur sedikit tersenyum. Akhirnya Domo bisa Selamat.
Setelah Domo selesai menyantap semua hidangan, Mbok Kah pun mendekati nya dan memberikan semangkok ramuan pada Domo.
"Siapa Kau...? Apa Kau benar Mbok Kah atau salah satu dari mahluk yang mencoba menghabisi ku...? " tanya Domo penuh selidik.
"Tenanglah le, Kau akan sekarang. wajar jika Kau tak bisa langsung mempercayaiku,mengingat semua kejadian yang Kau alami. Tapi saat ini tolong percayalah pada ku le. Aku turut prihatin dengan keadaan mu saat ini." Kata mbok kah sambil meneteskan air mata nya.
"Apa Kau benar-benar Mbok Kah...? " Tanya Domo dan di jawab dengan senyuman dan anggukan kepala oleh Mbok Kah. Domo menangis sejadi-jadinya, Dia tidak percaya kalau dia bisa keluar dari hutan terkutuk itu.
"Mbok, Apa sekarang aku berada di rumah Mbok...?." Tanya Domo antusias.
"iya le, kamu ada di rumah Mbok" Jawab Mbok Kah dengan senyuman.
"Ini semua karena Rumi, jika tidak ada Dia mungkin kamu sudah tidak bernyawa lagi le." sambung Mbok Kah.
"Rumi...? bagaimana bisa Mbok...? bagaimana dia bisa menyelamatkan ku...? Dan sekarang dimana Dia Mbok...? aku ingin bertemu dengan nya Mbok aku rindu." Ucap Domo dengan mata yang berembun.
"Sudahlah dia baik-baik saja, sekarang minumlah dulu ramuan ini agar luka dalam mu segera pulih." Jawab mbok Kah sambil menyodorkan sebuah mangkok dari tempurung kelapa pada Domo.
"Dia akan menemuimu nanti malam,sebaiknya Kau istirahatlah dulu." sambung Mbok Kah.
Terimakasih buat para pembaca 😊😊
mohon Maaf up nya agak lama ya. Semoga kalian suka 😊😊
mohon Di maklumilah kalo banyak typo Dan tolong kasih tau saya ya biar segera bisa di perbaiki. terimakasih Selamat membaca 😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Alula
semangat thor...
2021-09-21
1