Rasa kantuk rupanya telah melekat di mata Andhara. Perjalanan masih jauh, sedangkan cowok di depannya sibuk dengan ponselnya. Ade juga sudah tertidur dengan muka tertutup topi.
Andhara mengeluarkan ponselnya ternyata ada beberapa pesan masuk dari beberapa orang, termasuk Bagas dan Yusuf.
( Assalamualaikum Dhara, selamat menempuh perjalanan menuju tempat kerja yang baru ya, semoga kamu bisa sukses dan mendapatkan apa yang kamu inginkan. Meski penolakan terhadap diriku untuk menjadi pendamping hidupmu, tetaplah engkau mau berteman denganku.) Sebuah pesan dari Bagas membuat Andhara tersenyum lega, karena Bagas belajar menerima kenyataan yang diputuskan Andhara pribadi.
(Andhara yang selalu baik pada siapapun, semoga di lain waktu kita masih berjumpa kembali untuk makan bersama ya, sehat selalu Andhara.) Pesan dari Yusuf yang memang tak begitu pandai merangkai kata, tapi ternyata masih ada itikad baik berkomunikasi.
Andhara membalas satu persatu pesan yang masuk. Rupanya rasa kantuk belum bisa hilang dari matanya, Andhara memutuskan untuk ke kamar kecil. Saat ia hendak berdiri tubuhnya terasa gontai dan hampir saja jatuh dan tanpa sengaja lengan tangannya hampir menjatuhkan posel cowok di depannya.
"Hati-hati," ucap singkat cowok tersebut.
"Iya, maaf," sahut Andhara kemudian melanjutkan langkah kakinya dengan perlahan menuju kamar mandi kereta api yang letaknya di ujung gerbong dari tempat Andhara duduk.
Kereta api masih melaju menuju stasiun selanjutnya untuk berhenti menurunkan penumpang dan menaikkan penumpang lagi, begitulah seterusnya. Hanya di stasiun besar berhenti agak lama.
Andhara mengenakan maskernya, sehingga bau toilet tidak terlalu menyengat hidungnya. Andhara harus membuka masker dan mencium aroma tak sedap. Dengan cepat Andhara membasuh mukanya dengan air wastafel, dan segera mengenakan kembali maskernya setelah mengelap mukanya dengan tisu.
Andhara kembali duduk di kursinya dan Ade masih belum juga terbangun. Ketika di stasiun Solo Jebres, kereta api berhenti agak lama. Beberapa penumpang turun untuk menghirup udara di luar kereta.
Andhara tetap duduk pada posisinya, kebetulan Andhara sedang datang bulan sehingga tidak menunaikan sholat.
Ade terbangun dari tidurnya, ia beranjak dari duduknya dan berjalan menuju pintu keluar untuk menghisap rokok.
Sedangkan cowok di depan Andhara hanya diam sambil memainkan ponselnya.
Andhara mengeluarkan snack dari dalam tasnya, kemudian menawarkan pada cowok di depannya.
"Mas, ini snacknya, ambillah,"
"iya Mbak, makasih," sahut cowok tersebut tanpa melihat Andhara.
Dalam hati Andhara berkata,"dasar cowok sok cuek."
Andhara menikmati snack dengan santainya, Ade datang kembali duduk pada posisinya dan mengambil snack yang dipegang Andhara.
"Dek, minta yang baru ada gak, ini mah kurang, cuma sedikit."
Andhara membuka tasnya dan mengeluarkan sebungkus snack yang dimaksud Ade.
"Ini Mas,"
"makasih adikku cantik tapi tomboi,"
Andhara tak menghiraukan perkataan Ade dan asyik makan snack.
Kereta api kembali melaju perlahan, ada beberapa penumpang yang baru naik dari stasiun Solo Jebres menempati kursi sesuai dengan tiket.
Perjalanan masih beberapa jam lagi untuk sampai di stasiun Jatinegara. Sudah tertulis jelas jam kedatangan di stasiun Jatinegara 01.15 dini hari.
******
Kereta api berhenti dan ternyata sudah sampai di stasiun Jatinegara, beberapa penumpang menurunkan barang yang terletak di atas. Bergantian mereka turun. Ade dan Andhara menunggu agak longgar menghindari berdesakan.
Cowok yang duduk di depan Andhara masih duduk, rupanya dia turun di stasiun Pasar Senin. Karena tadi Ade sempat bertanya stasiun tujuannya.
Dalam hati Andhara bergumam,"bye cowok aneh."
Andhara dan Ade berjalan melewati lorong bersama beberapa penumpang yang lainnya menuju pintu keluar stasiun.
Sungguh udara dan suasana yang berbeda tepat pukul 01.15 WIB, masih ramai banyak kendaraan berlalu lalang.
Andhara pertama kalinya menginjakkan kaki di daerah pinggiran ibukota Jakarta.
Ade dan Andhara mencari tempat untuk sekedar duduk sejenak sambil menunggu taksi online. Andhara menaruh ponselnya di dalam tas kembali.
Tiba-tiba datang seorang pria dewasa menyapa dengan sopan menawarkan kendaraan untuk mengantar ke tempat tujuan.
Ade dengan sopan dan tegas menolak tawaran pria tersebut. Pria tersebut mendekati Andhara, ingin berkenalan.
Andhara merasa risih dan menghindar, Ade menegur pria tersebut dengan sopan.
"Maaf Bang, jangan ganggu adik saya."
Pria tersebut langsung naik pitam,"hey, siapa yang ganggu adik loe, guwa cuma tanya nama aja, belagu amat."
Andhara menarik tangan Ade agar menjauh dari pria tersebut, rupanya ada beberapa orang teman pria tersebut yang datang menghampiri setelah mendengar suara keras pria tersebut.
"Hey ada apaan nih, ribut-ribut. Kalian mau cari gara-gara ma bos kita, ha!" bentak seorang lelaki yang datang dengan tangan penuh tato.
"Enggak Bang, kita cuma numpang duduk sebentar sambil nungguin taksi," sahut Andhara memberanikan diri menjawab dengan sopan.
Andhara masih memegang erat tangan Ade agar dia jangan sampai terpancing emosi.
Taksi pun datang dan Andhara bersama Ade segera naik tanpa menghiraukan mereka.
"Kita mau kemana ini Mas?" tanya sopir taksi.
"Kita menuju alamat ini Pak, Kalimalang Bekasi sesuai dengan alamat yang tertulis ini Pak," ujar Ade sambil memberikan secarik kertas untuk sopir.
Taksi melaju menuju tempat sesuai alamat yang tertulis di kertas.
"Dari Jawa ya Mas," tanya sopir.
"Iya Pak, Jawa Timur."
"Jawa Timur mana mas, saya juga asli Jawa Timur?" ucap sopir taksi.
"Kami dari Blitar Pak, memang Bapak Jawa Timur mana?" tanya balik Ade pada sopir taksi.
"Wah, kota Bung Karno ya. Saya Hawa Timur Tulungagung,"
Andhara yang dari tadi diam langsung menyahut dan bertanya,"Tulungagung mana Pak?"
"Tulungagung Ngunut saya Mbak,"
"iya Pak, adik saya ini dulu pernah kerja di kota Tulungagung."
"Oalah gitu ta, tapi saya sudah lama di sini bersama istri dan kedua anak saya."
Andhara dan Ade tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.
Tak terasa mereka sudah tiba di alamat yang dituju. Itu adalah rumah teman Ade.
Rupanya Lexa sudah menunggu kedatangan mereka, begitu terdengar mesin mobil berhenti tepat di depan rumah. Lexa membuka pintu pagar dan menyambut kedatangan Ade dan Andhara.
Sopir taksi meninggalkan mereka, dan kembali ke jalanan. Andhara dan Ade mengekor di belakang Lexa untuk masuk ke dalam rumah yang lumayan besar dan sangat bagus dan rapi.
Lexa tinggal bersama dengan adiknya yang masih sekolah di bangku SMA. Sementara kedua orangtuanya di luar negeri merantau.
Lexa mengantar Andhara ke sebuah kamar kosong yang bersih dan rapi. Terpisah dengan Ade yang di kamar sebelahnya.
Ada beberapa kamar kosong di rumah Lexa. Karena masih malam, Lexa mempersilahkan mereka untuk segera beristirahat.
Lexa kembali ke kamarnya, sedangkan Ade langsung menutup pintu kamar dan menghempaskan tubuhnya ke kasur yang empuk dan nyaman.
Sementara Andhara baru tersadar dengan ponselnya, karena ingin menghubungi Ibu dan Bapaknya, bahwa ia sudah sampai dengan selamat.
Ia meraba-raba dalam tasnya tapi tak menemukan ponsel nya. Ia merogoh kantong jaket namun juga nihil, Andhara mulai panik akan keberadaan ponselnya.
Dan ia baru sadar sebelumnya resleting tasnya tertutup tapi barusan saat ia mencari ponsel, resleting tasnya sudah terbuka.
Deg ...
Detak jantung Andhara terasa sangat kencang, aliran darah mengalir dengan cepat.
Ia keluar kamar dan mengetuk pintu kamar dimana Ade tidur.
Ade membuka pintu sambil menguap berulang kali dan berkata,"ada apa Dhara, istirahat dulu ya, lumayan tiga jam bisa mengenakkan badan adikku."
"Mas Ade, ponselku hilang," ujar Andhara berbisik di dekat telinga Ade kuatir mengganggu pemilik rumah.
Ade menarik tangan Andhara dan menutup pintu kamar kembali.
"Sudah kamu cari benar-benar belum?"
"sudah Mas, aku sudah cek di tas maupun di kantong jaket, dan ada kejanggalan resleting tas aku kebuka Mas," ucap Andhara dengan pelan.
Rupanya Andhara mulai bisa mengontrol emosi untuk menenangkan pikirannya. Setelah ia bercerita pada Ade, ternyata Andhara mengiklaskan hilangnya ponsel android yang selama ini menemaninya saat bekerja di Tulungagung.
Andhara menarik nafas dalam-dalam dan perlahan menghembuskan.
"Apa mungkin preman tadi ya. Yang mengambil ponsel kamu," ucap Ade tiba-tiba saat melihat wajah Andhara yang mulai tenang.
"Hust, gak boleh menuduh tanpa bukti. Sudahlah Mas, aku ikhlaskan saja. Sementara aku bisa menghubungi Ibu dengan ponsel Mas Ade," ujar Andhara sambil melangkahkan kakinya keluar kamar.
Andhara menutup kembali pintu kamar Ade dan menuju kamarnya kembali.
Tiba-tiba Ade terpikir sesuatu dan masih penasaran dengan keberadaan ponsel Andhara.
Bersambung
Tetap dukung karya saya ya
tekan like, tulis komentar dan kasih hadiah buat author
( Maaf author gak up beberapa hari karena kecapekan, Alhamdulillah hari ini bisa up lagi ).
Terimakasih
Salam Manis
TRIO A
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
⨀⃝⃟⃞☯æ⃝᷍𝖒 𖣤᭄Mamakeᶬ⃝𝔣🌺
hp nya andhara jatoh diketemuin ama cowo yg duduk didepan andhara td🤭🤭🤭🤭 pemikiran saya y thorrr✌️✌️
2021-06-29
1
Momy
bilangin ke andhara thor hp nya di aku 🤣🤣
2021-03-09
2
🌻Miss Kalem🌻
next kak
2021-03-08
0