16

Yusuf menerima undangan Bagas untuk datang di lapangan sepakbola.Tampak Bagas sudah menunggu di sebuah bangku kosong seorang diri. Bagas menyambut kedatangan Yusuf dengan lega.

Sesuai perjanjian Yusuf datang seorang diri tak nampak Ikbal bersamanya.

Tatapan mata kedua-duanya sama-sama tajam.

"Assalamualaikum," Yusuf menyapa lebih dahulu dengan mengulurkan tangannya.

"Waalaikumsalam, besar juga nyali kamu," sahut Bagas.

"Kenapa tidak, aku juga laki-laki, wajar saja aku datang memenuhi undangan cowok Andhara, gadis yang sangat aku dambakan menjadi istri aku." Jawaban dari mulut Yusuf sangat lantang.

"Kamu sadar tidak, Andhara sudah pernah bilang bahwa ia sudah menjadi pacar saya. Bagas Pratama dan akan segera menikah, jadi tolong jauhi dia, kalau anda ingin tenang," tegas Bagas dengan tatapan mata yang sangat tajam.

"Hei Mas Bagas, Bagas Pratama ... jangan sombong, belum tentu Andhara mau menikah dengan kamu, meskipun kalian sudah pacaran. Ingat jodoh itu tak ada yang tahu," sahut Yusuf dengan senyum sinis.

Perdebatan keduanya semakin menjadi, baik Yusuf maupun Bagas saling menyampaikan isi hatinya pada seseorang yang sama yaitu Andhara Trisha.

Dan akhirnya mereka membuat kesepakatan, membuat suatu sayembara. Lamaran siapa yang diterima itulah pemenangnya, tapi semua harus sportif, jika ketahuan melakukan kecurangan harus mundur dengan hormat.

******

Sementara Andhara di tempat kerja sungguh tak tahu apapun dengan yang terjadi pada Yusuf dan Bagas.

Hari itu toko sangat sepi, maklum tanggal tua, jadi jarang orang belanja apalagi baju.

Andhara menyempatkan diri mencari informasi kembali terkait loker yang ia inginkan. Dan kebetulan sepupu Ade memberikan informasi bahwa ada loker di daerah ibukota Jakarta tapi di pinggiran tepatnya daerah Bekasi.

Ade menginformasikan bahwa ada seorang temannya yang bekerja di kantor tersebut. Kantor yang bergerak di bidang jasa sedang membutuhkan tenaga di bidang administrasi. Karena menurut Ade, Andhara bisa masuk lowongan tersebut. Andhara selama ini mahir dalam bidang akuntansi, meskipun lulusan SMK

Andhara merasa tertarik, ingin rasanya mencoba sesuatu yang baru, bekerja di daerah ibukota.

Singkat cerita Andhara minta ijin untuk berhenti dari toko di mana selama ini Andhara mencari nafkah. Banyak pelajaran berharga yang ia dapatkan selama di sana.

Pak Wijaya dan istrinya sangat menyayangkan keputusan Andhara, namun mereka tak berhak menahan Andhara.

Sebagai tanda terimakasih atas pengabdian Andhara selama ini, rupanya Bu Wijaya sudah menyiapkan hadiah untuk Andhara, rencananya menunggu resminya Andhara dengan Yusuf, tujuannya tak lain sebagai kado.

Tapi tak apalah, Bu Wijaya sudah mengikhlaskan keputusan Andhara.

Suasana di toko terasa sendu, isak tangis Wahyuni yang sempat menyakitkan hati Andhara atas kesalahpahaman beberapa waktu kemarin. Siska yang sudah sangat akrab dengan Andhara merasa tak rela harus berpisah.

"Sudah jangan menangis lagi, insyaallah nanti kalau ada waktu aku pasti bermain ke sini," ucap Andhara di sela-sela Isak tangis kedua temannya.

"Beneran lo ya ... kami menunggu," ucap Siska dengan terisak-isak.

Andhara mengangguk dan memeluk Siska, kemudian perlahan Wahyuni ikut memeluk mereka berdua.

Pak Wijaya menelfon Yusuf untuk datang ke toko tanpa memberikan penjelasan apapun.

Bu Wijaya memesan makan siang untuk semua, sebagai tanda ucapan terimakasih dan selamat berjuang kembali Andhara di tempat kerja yang baru.

Andhara merasa sangat terharu akan perhatian dari Pak Wijaya dan istrinya.

Tak berapa lama Yusuf sudah tiba di toko bersama Ikbal yang setia mendampingi Yusuf.

"Kamu cepat sekali sampai di sini?" tanya Wijaya terheran saat melihat kedatangan Yusuf dan Ikbal.

"Iya Paklek ... kebetulan aku sama Ikbal ada di daerah sini sedang ada urusan dengan rekan bisnis," ucap Yusuf sambil mencium tangan Wijaya.

Ikbal ikut mencium tangan Wijaya juga. Mereka tampak terheran ada yang lain dengan toko, karena ketiga pramuniaga dengan mata sembab dan sibuk menyiapkan makanan di tempat istirahat.

Tampak karpet digelar dan berjajar makanan dan minuman.

Sementara di teras terpasang sebuah tulisan "toko ini tutup". Yusuf dan Ikbal saling melempar pandangan.

Setelah semuanya dirasa sudah siap, Bu Wijaya mempersilahkan semuanya untuk masuk ke ruangan istirahat dan mengambil posisi duduk masing-masing.

Setelah semua sudah duduk pada posisinya, Wijaya memulai acara.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh,"

"waalaikumsalam warahmatullahi wabarokatuh," jawab yang kompak dari semuanya.

Wijaya menyampaikan inti dari acara hari itu. Alangkah terkejutnya Yusuf ketika Andhara akan meninggalkan toko dan kota ini.

Mungkin kesempatan untuk bertemu tak ada harapan lagi.

Yusuf berlari ke luar ruangan tanpa permisi, meninggalkan Ikbal bersama dengan yang lain. Ikbal hanya melongo melihat kepergian Yusuf.

Saat Wijaya bertanya, Yusuf hanya menjawab ada urusan sebentar.

Wijaya melanjutkan acara kembali hingga mempersilahkan semua minikmati hidangan yang ada.

Tampak wajah sedih dari ketiga karyawati toko milik Wijaya saat menikmati hidangan.

Tak berapa lama Yusuf sudah kembali dengan tergesa-gesa, napasnya terengah-engah.

Ikbal memberikan segelas minuman untuk Yusuf.

Dengan cepat Yusuf menghabiskan minuman tersebut dan berkata,"makasih Bal."

"Sama-sama," jawab Ikbal sambil melanjutkan kembali makannya.

Yusuf mendekat ke Wijaya sambil berbisik sesuatu dengan sangat lirih, hingga tak seorangpun mendengar bisikan tersebut.

Yusuf ikut makan bersama meskipun semua sudah hampir selesai.

Saat sudah selesai semua, Wijaya menyampaikan sesuatu yang membuat perhatian semua yang ada di ruangan tersebut.

"Dalam kesempatan yang luar biasa ini, saya menyampaikan berita yang sangat menggembirakan, saya harap kalian semua menjadi saksi niat baik keponakan saya Muhammad Yusuf untuk meminang Andhara Trisha sebagai calon pendamping hidup,"

suasana menjadi hening, Wahyuni, Siska dan Andhara saling bertatapan.

Mereka sudah saling memahami isi hati teman mereka yaitu Wahyuni.

Andhara menarik napas dalam-dalam dan perlahan mengeluarkan sambil berkata,"sebelumnya saya ucapkan terimakasih atas niat baik Mas Yusuf dan perlu saya sampaikan saya tidak bisa menerima lamaran Mas Yusuf."

"Kenapa Dhara, apakah kamu lebih memilih Bagas sebagai calon pendamping hidupmu?" tanya Yusuf sambil membuka sebuah kotak merah berbentuk hati yang berisi sebuah cincin.

Andhara menutup kembali kotak tersebut sambil menjawab,"saya belum bisa menjawab pertanyaan Mas saat ini siapa yang akan menjadi pendamping hidup saya. Yang jelas saya tidak bisa menerima lamaran Mas Yusuf, sekali lagi maafkan saya."

Yusuf tampak lemas tak berdaya, hatinya merasakan sakit yang luar biasa atas semua jawaban Andhara. Tak terasa tetesan air mata mulai menitik di kedua pipinya. Tangannya terasa sangat dingin menggenggam kotak perhiasan tersebut, tatapan matanya memelas mengiba pada Andhara.

Wijaya dan istrinya tanpa sadar juga meneteskan air mata. Ikbal mendekat ke arah Yusuf dan berulang kali mengusap punggungnya.

Tetesan air mata Yusuf semakin deras dan ia tak bergeser sedikitpun dari posisi duduknya.

Bersambung

Like ya, tulis komentar dan kasih hadiah juga vote buat author biar semangat nulis ya

Terimakasih

Salam Manis

TRIO A

Terpopuler

Comments

Momy

Momy

ishh yusuf cengeng...kasih permen kaki thor yusuf nya biar ga nangis🤣🤣🤣

2021-02-28

2

🌻Miss Kalem🌻

🌻Miss Kalem🌻

smngt up Thor .. salam hangat dari ADA APA DENGAN JODOHKU ❤️❤️

2021-02-28

0

Яцяу

Яцяу

wuihhh andhara laris manis nih 😇😇😇

2021-02-27

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!