Andhara beranjak dari duduknya dan melangkahkan kaki menuju depan pintu kemudian membukanya. Dan betapa ia terkejut ternyata yang datang ke kosan dan sekarang sudah berada di depan pintu adalah keponakan bos pemilik toko bersama seorang teman.
Andhara sedikit kaget dengan kehadiran Yusuf dan Ikbal.
"Assalamualaikum, Dhara baru sholat ya?" sapa Ikbal teman Yusuf.
Yusuf adalah keponakan bos pemilik toko tempat Andhara bekerja, sedangkan Ikbal adalah teman Yusuf dan kebetulan tempat tinggalnya berdekatan dengan rumah bos Andhara.
Yusuf tipe cowok pendiam dan sopan, sedangkan Ikbal lebih sok akrab dan banyak omong tapi dia cowok yang ramah dan peduli terhadap teman.
"Waalaikumsalam, Mas Yusuf dan Mas Ikbal darimana?"
"dari rumah main ke sini," jawab Ikbal sambil tersenyum.
"Silahkan masuk Mas, maaf berantakan," ujar Andhara.
"Hari ini Mbak Dhara, banyak tamu berkunjung," ucap Riska spontan melihat Ikbal dan Yusuf.
"Memang siapa dek, tamu Mbak Dhara hari ini?" Ikbal merasa penasaran dengan perkataan gadis kecil yang masih duduk mengenakan mukena dan memegang iqro' di tangannya.
"Ya biasa, pacar Mbak Dhara dan Masnya Mbak Dhara. Barusan mereka pulang."
Mendengar perkataan Riska, Yusuf mengernyitkan keningnya, sedangkan Ikbal semakin penasaran. Karena selama ini mereka tak mengetahui kalau Andhara sudah memiliki cowok.
Andhara menuangkan air minum dan menyuguhkan beberapa potong kue bolu.
Melihat Yusuf merasa tidak nyaman dengan setiap jawaban Riska, perihal pertanyaan Ikbal tentang cowok yang dibilang pacar Andhara.
Ikbal segera mengalihkan percakapan,"Suf ... ini kuenya enak banget. Cobain deh, pasti kamu suka, kuenya lembut di mulut dan aromanya sangat menggoda."
Yusuf hanya tersenyum melihat tingkah laku temannya, Yusuf tak begitu banyak bicara. Hanya bicara seperlunya, sehingga Ikbal lebih banyak kesempatan untuk bicara apapun sesuai kemauannya.
Perlahan Dhara mencoba mengajak Yusuf untuk mengobrol.
"Mas Yusuf akhir-akhir ini punya kesibukan apa?"
dengan sedikit gerogi Yusuf menjawab pertanyaan Andhara tanpa berani menatap muka Andhara,"ya kerja di konveksi Paman Wijaya."
"Kenapa cuma Yusuf saja yang ditanyakan tentang kesibukan, sedangkan aku tak ditanyai," ucap Ikbal sambil manyunkan mulutnya.
"Iya ... iya, Mas Ikbal juga sibuk apa sekarang?"
"aku saat ini punya kesibukan baru, yaitu mengawal Mas Yusuf."
Andhara tersenyum mendengar jawaban Ikbal, sedangkan Yusuf hanya mencubit lengan Ikbal dan membuat Ikbal merasa sedikit sakit.
"Aduh, kenapa pakai mencubit Mas Yusuf. Memang benar begitu kenyataannya. Paman Mas Yusuf yang minta tolong untuk menemani Mas Yusuf tiap kali mau main ke kosan Andhara."
"Tapi kan, gak perlu dibicarakan di depan Dhara Bal ... ," ujar Yusuf dengan mata melotot karena merasa malu dengan jawaban Ikbal pada Andhara.
"Iya Mas, maaf. Begitu saja marah pakai pasang muka tak sedap. Ntar gantengnya hilang," ucap Ikbal sambil tersenyum dan masih berusaha menggoda Yusuf yang sudah mulai bermuka kusut.
Yusuf memang jarang bergaul dengan teman-teman, dia hanya dekat dengan Ikbal. Sehingga dia mudah tersinggung meskipun hal sepele.
Sementara Riska yang masih duduk sambil belajar iqro' akhirnya minta pamit untuk pulang, untuk bobok siang.
Sedangkan Andhara sendiri sebenarnya juga sudah diserang rasa kantuk pula, dengan sopan ia meminta untuk Ikbal dan Yusuf agar pulang.
"Sebelumnya minta maaf ya Mas Yusuf dan Mas Ikbal. Saya mau istirahat dulu karena besok kerjaan saya banyak sekali, jadi minta tolong kalian pulang dulu ya,"
"iya Dhara, kami segera pulang. Lagipula cuaca juga sedikit mendung. Kuatir kalau menunda kepulangan ntar bisa kehujanan, ya kan Mas Yusuf."
"Iya Bal, bener juga omongan kamu. Kita tadi tak bawa jas hujan."
Ikbal dan Yusuf segera pulang dan tak begitu lama mereka sudah menghilang dari depan kosan Andhara.
*****
Sesampainya di rumah, Bagas sudah disambut oleh ibunya yang sangat antusias ingin mendengarkan cerita putranya yang baru saja mengunjungi pacarnya.
"Assalamualaikum,"
"waalaikumsalam, gimana kabar Nak Dhara?"
"alhamdulilah dia baik Buk, dan tanpa sengaja tadi juga ketemu dengan Mas Ade."
"Mas Ade, siapa dia?"
"sepupu Andhara."
Ningsih sangat menyukai Andhara dan berharap sangat agar Bagas bisa menikah dengan Andhara.
"Berarti tadi gak sempat ngobrolin tentang rencana Ibu untuk mengundang Andhara makan siang di sini?"
"enggak Buk, tadi aku lebih banyak ngobrol sama Mas Ade. Karena kelihatannya Dhara sangat capek."
Ningsih terdiam sejenak kemudian berkata,"mulai besok pagi sebelum kamu berangkat kerja, tolong antarkan sup kacang merah buat Andhara."
"Iya Buk, siap.
"Memangnya kamu sudah siap dan mampu menjadi seorang suami Gas?" tanya ayahnya.
Prayitno adalah ayah Bagas yang bekerja di pabrik. Beliau sangat menyayangi Bagas karena cuma Bagas putra satu-satunya.
Sebelumnya Prayitno juga pernah bertemu beberapa kali dengan Andhara, saat Andhara diajak bermain bersama beberapa teman oleh Bagas ke rumah.
Bagas menjawab pertanyaan Ayahnya dengan sopan,"kalau Ayah dan Ibu merestui Insyaallah Bagas siap Yah,"
Prayitno tersenyum mendengar jawaban putranya.
"Nak, pernikahan itu suatu ibadah yang suci. Jadi sebelum melangkah ke jenjang tersebut kamu harus punya persiapan juga pertimbangan yang matang."
Ningsih ikut berbicara setelah suaminya bicara,"tapi menurut ibu, Bagas sudah siap Yah. Pekerjaan sudah mapan, tabungan juga sudah cukup bahkan lebih."
"Tapi, bukan hanya harta atau pekerjaan yang diutamakan untuk membangun sebuah rumah tangga Bu, tapi kesiapan Bagas dalam segala hal. Karena Bagas akan menjadi imam untuk istrinya nanti."
Sementara Bagas hanya diam mendengarkan perdebatan kedua orang tuanya. Ia maklum akan sikap kedua orang tuanya, ibu Bagas ingin segera Bagas menikah agar ada teman saat ditinggal anak dan suaminya bekerja.
"Ya sudah, biarkan Bagas berpikir pelan-pelan. Ibu juga tak akan memaksakan kehendak untuk segera mempunyai menantu Andhara Trisha ya kan Yah," ujar Ningsih sambil memeluk pinggang Prayitno.
Bagas yang melihat kemesraan kedua orang tuanya tersenyum sambil berkata,"nanti kalau aku sudah nikah pasti akan seperti Ibu dan Ayah seperti ini."
"Aamiin, Ibu dan Ayah selalu berdoa untuk kebahagiaan Bagas,"
"tapi Buk, meskipun Andhara sudah menerima Bagas sebagai pacar tapi tetap saja sikapnya biasa. Tidak ada yang spesial,"
"maksudnya spesial gimana Gas?"
"ya Andhara tak mengijinkan aku untuk pegang tangannya," jawab Bagas dengan memanyunkan mulutnya.
Mendengar jawaban Bagas, Prayitno dan Ningsih tertawa terbahak-bahak.
"Ya gak apalah Gas, berarti Andhara bukan tipe cewek gampangan. Nunggu sah baru mau dipegang dan selebihnya. Jadi ya wajar saja itu, menurut Ayah dan Ibu."
"Tapi Bagas sering diledek sama teman kerja, karena selama pacaran belum pernah pegang tangan Andhara."
"Mereka meledak kamu karena dengar cerita dari kamu, seandainya kamu gak cerita ya gak bakalan mereka tahu Gas,"
"ya namanya lagi ngobrol, terus ditanyain gimana hubungan Aku dengan Andhara, ya ... Aku jawab apa adanya."
Prayitno menggelengkan kepalanya sambil tersenyum mendengar cerita putranya. Dalam hati ia belum merestui putranya untuk menikah, karena kedewasaannya yang masih kurang. Cara berpikir juga masih tergantung orangtuanya.
Bersambung
Maaf ya sering telat Up-nya
Tapi tetap dukung author ya, tekan like tanda hati dan kasih komentar juga kasih hadiah ya buat penyemangat
Terimakasih
Salam Manis
TRIO A
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
🌻Miss Kalem🌻
semangat..
2021-02-09
0
𝗩⃝🌟Sitirah🍓🍒🐉❤🕊️𝕯🐒💳🏁
hmmmm
2021-02-09
2
Momy
kayak nya yusuf suka deh ma andhara yah thor...lanjut thor semangat terus
2021-02-09
0