10

Wahyuni sudah pasang muka masam pada Andhara, ia bersikap cuek dan tak mempedulikan Andhara. Setiap pertanyaan Andhara tak satupun Wahyuni tanggapi.

Andhara tak begitu ambil hati perlakuan Wahyuni, dalam hati Andhara berbisik mungkin Mbak Wahyuni lagi datang bulan.

Andhara mengerjakan apa yang seharusnya ia kerjakan, tapi dengan sengaja Wahyuni, merusak penataan.

Sambil berkata dengan sinis,"kamu ini Andhara, kalau merapikan yang bener, jangan asal-asalan. Biasanya Siska itu selalu rapi gak seperti ini."

"Iya Mbak, maaf tapi gak begitu caranya mengingatkan. Cara Mbak ini tambah merusak dan menambah waktu kerja saya."

"Kamu, kalau diingatkan bukannya terimakasih, malah protes," sahut Wahyuni semakin emosi, dan matanya melotot.

"Mbak, yang bener saja. Masak aku harus bilang terimakasih. Semua Mbak berantakin, berarti aku harus terimakasih atas pengobrak-abrikan yang Mbak Wahyuni perbuat pada kerjaan saya."

"Dasar kamu Andhara, ternyata kamu ini berani ya sama senior kamu. Jangankan senior pada siapapun selama apa yang saya kerjakan benar saya berani mempertanggung jawabkan. Buktinya sudah jelas Mbak ... , Anda dengan sengaja memberantakkan pekerjaan saya."

Wahyuni semakin emosi, karena Andhara berani membantah perkataannya.

Andhara menghindar agar suasana tak semakin merunyam, persiapan buka toko masih belum kelar, kuatir mengurangi kenyamanan pelanggan maupun pengunjung yang meskipun hanya sekedar ingin melihat-lihat.

Beruntung belum ada pengunjung yang datang, Andhara bermaksud mengepel lantai, tapi lagi-lagi Wahyuni sengaja membuat kotor lantai dengan menginjakkan kakinya di lantai yang masih basah.

Andhara mengulang kembali agar lantai kembali bersih. Melihat Andhara semakin menghindar, Wahyuni segera ke belakang menyembunyikan air minum a**a gelas. Karena kebiasaan Andhara selesai mengepel pasti minum a**a gelas yang tersedia di dekat loker.

Sementara Andhara masih mengepel bagian teras, Wahyuni merapikan peralatan di meja kasir.

Tenggorokan Andhara terasa kering, ia menyelesaikan tugasnya terlebih dahulu dan segera menuju ke kamar mandi untuk membersihkan kain pel.

Andhara berusaha mencari air minum, dan pandangan matanya mencari ke berbagai sudut tak menemukan kardus tempat air minum a**a. Rasa haus semakin terasa, akhirnya ia bertanya pada Wahyuni,"Mbak, air minumnya habis kah?"

dengan ketus Wahyuni menjawab,"mana aku tahu. Kalau tak ada di situ mungkin habislah."

"Ya sudah, kalau begitu aku minta uang kas untuk beli air minum."

Wahyuni tak menghiraukan permintaan Andhara justru ia mengomel.

"Eh Dhara, toko baru buka belum ada pembeli, enak saja minta uang buat beli air minum."

"Mbak, jangan dikira aku tak tahu ya, meskipun aku diam tapi aku paham. Segala kebutuhan pokok terutama air minum kita sudah disiapkan, kalau habis tinggal ambil uang kas. Dan tugas Mbak Wahyuni mencatat keuangan tersebut. Uang kas itu sudah ada Mbak Wahyuni yang teramat aneh dan aneh seaneh-anehnya di hari ini."

Wahyuni tak menanggapi perkataan Andhara, justru menyibukkan diri.

Andhara tak mau panjang lebar, ia mengambil dompet di tasnya dan mengeluarkan uang untuk membeli air mineral. Rasa haus di tenggorokannya sudah tak bisa tertahan lagi.

Kebetulan toko tempat membeli minuman tak begitu jauh, saat Andhara kembali ada seorang pengunjung datang dengan penampilan yang sedikit kumal.

Wahyuni tak menghiraukan pengunjung tersebut, sementara Andhara segera menaruh botol air mineral tersebut di loker dan mendekati pengunjung tersebut, rasa haus masih belum terobati. Karena Andhara mendahulukan pengunjung yang datang.

"Ada yang bisa dibantu Ibu?"

Ibu tersebut tersenyum dan menjawab pertanyaan Andhara dengan lembut,"Saya mau beli baju muslim untuk anak laki-laki usia 5 tahun, dan kalau bisa harganya yang terjangkau."

"Iya Bu ada, mari silahkan dipilih, Ibu suka warna yang mana. Ini contoh nya ."

Ibu tersebut dengan malu-malu memilih, dengan perlahan ia melihat label harga yang tertera. Dan belum ada tanda-tanda tertarik dengan pilihan yang Andhara berikan.

"Mbak, memanngnya tak ada harga yang di bawah ini ya. Tapi kualitasnya seperti ini."

Andhara paham maksud ibu tersebut, dengan sopan Andhara menjelaskan.

"Harga barang di toko sini sudah termasuk harga grosir Ibu, meskipun hanya membeli sepotong kita tetap ada hitungan tersendiri. Sedangkan harga setiap barang menyesuaikan kualitas dari barang tersebut."

"Harga pakaian ini sudah sesuai dengan kualitasnya dan lebih murah bila dibandingkan dengan tempat lain."

Ibu itu berfikir sejenak, Wahyuni yang stay di kasir memperhatikan Ibu tersebut dengan cuek. Dalam hatinya gak mungkin jadi beli Ibu itu, terlihat dari penampilannya yang kumal.

Sementara Andhara dengan sabar mendampingi Ibu tersebut melihat-lihat, baju-baju yang lain. Dengan sabar pula Andhara menjelaskan satu persatu. Padahal rasa haus di tenggorokannya sudah tak tertahankan, dan berulang kali Andhara menelan ludah, dan itu sedikit mengurangi rasa haus.

"Ya sudah Mbak, saya beli baju muslim yang tadi 5 potong, dengan ukuran yang berbeda tapi kalau ada warna sama. Dan saya juga beli 10 mukena yang terusan, yang ukuran dewasa dan warnanya yang putih saja ya."

Seolah tak percaya dengan pesanan Ibu tersebut, Andhara mencubit lengan tangannya sendiri dan ia merasakan sakit, sambil berkata,"alhamdulilah, terimakasih Ibu, silahkan ditunggu di dekat kasir sambil beristirahat, atau silahkan melihat-lihat yang lain. Barangkali ada yang tertarik."

Ibu itu tersenyum mendengar perkataan Andhara sambil berkata,"terimakasih, Mbak namanya siapa?"

"saya Andhara Trisha Bu, biasa dipanggil Dhara, maaf Ibu sendiri namanya siapa?"

"saya Ibu Liana, biasa dipanggil Ibu Lia. Kalau boleh saya minta nomor telepon Mbak Dhara, mungkin kalau suatu waktu saya ada perlu bisa langsung menghubungi Mbak Dhara."

"Iya Bu Lia, bisa banget," ucap Andhara sambil memberikan nomor ponsel kepada Lia.

Sedangkan Wahyuni masih tak percaya dengan orderan Lia, ia menyiapkan mukena sementara Andhara menyiapkan pakaian muslim sesuai permintaan Lia.

Wahyuni menghitung total belanjaan Lia, dan Lia membayar dengan uang lebih. Bahkan dia tidak mau menerima uang kembalian tersebut.

"Kembaliannya buat Andhara saja, terimakasih sudah sabar dan telaten mendampingi saya."

"Masyaalloh ... terimakasih Bu Lia, semoga barang belanjaannya bermanfaat dan semoga segera kembali untuk belanja sebagai langganan kami," ujar Andhara sambil membungkukkan badan empat puluh lima derajat.

Wahyuni hanya terdiam melihat apa yang terjadi di hadapannya, orang yang ia sakiti sejak pagi justru mendapatkan rejeki yang tak disangka-sangka.

Senyum merekah menghias wajah Andhara dan rasa haus yang tak tertahankan serasa hilang. Namun begitu Lia meninggalkan toko tanpa menunggu lama Andhara segera membuka tutup botol air mineral tersebut dan meminumnya sambil duduk dengan menyelonjorkan kedua kakinya.

Dalam hati Andhara tak henti mengucap syukur atas segala nikmat dan karunia Allah SWT, yang tak terhingga.

Tak terasa hampir setengah botol ia telah meneguk air minumnya.

Bersambung

Ayo like, tulis komentar dan kasih hadiah ya buat Author biar semangat nulisnya.

Terimakasih

Salam Manis

TRIO A

Terpopuler

Comments

⨀⃝⃟⃞☯æ⃝᷍𝖒 𖣤​᭄Mamakeᶬ⃝𝔣🌺

⨀⃝⃟⃞☯æ⃝᷍𝖒 𖣤​᭄Mamakeᶬ⃝𝔣🌺

janganlahhh melihat sesuatu dr penampilannya aja siapa tau dalamnya lebig infah dan bagus kan👍👍👍👍

rezeki anak sholehah y dara👍👍

2021-06-19

1

Яцяу

Яцяу

dont judge the book by the cover ...

2021-02-17

8

Momy

Momy

mampus lu wahyuni maknya liat orang itu jgn dr penampilan saja

2021-02-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!