Sedangkan Riska bermain di kosan Andhara. Andhara merasa terhibur dengan kedatangan Riska. Riska bermain sesukanya mencoret apapun di kertas dengan bolpoin yang disediakan Andhara. Sedangkan Andhara sendiri sedang menyetrika beberapa potong baju yang terlalu kusut.
"Mbak Dhara, kapan nikah?"
Andhara menghentikan gerakan tangannya sambil tersenyum melihat wajah Riska yang berada di sampingnya sambil terus memainkan bolpoin di atas kertas.
"Kenapa Riska tanya begitu?"
"gak pa pa Mbak, nanti kalau Mbak Dhara nikah aku main ke Blitar."
"Oh ... jadi Riska cuma ingin main ke Blitar saja, alasan tanya kapan Mbak Dhara kapan nikah," ujar Andhara sambil mencubit hidung Riska.
Riska tersenyum dan tetap melanjutkan corat-coret nya.
"Riska gak pengen punya adik?"
"pengen sekali Mbak Dhara, agar aku tak kesepian dan selalu ada teman bermain meskipun di rumah."
"Mau cowok apa cewek?"
"Mau dua-duanya, biar seru," jawab Riska sambil meletakkan bolpoin nya dan menengadahkan kedua tangannya layaknya orang sedang berdoa.
"Aamiin, ntar jangan lupa bilang Ibu sama Ayah juga biar dibuatkan."
"Kelamaan Mbak Dhara, mendingan Ayahku beli di Indomaret saja biar cepat."
Andhara menahan tawanya, ia tak berkomentar apapun tentang jawaban Riska.
Hanya senyuman dan anggukan kepala ia berikan untuk gadis kecil yang lucu di sampingnya.
******
Sementara di rumah Bagas, Ningsih merencanakan sesuatu tentang hubungan Bagas dan Andhara.
Bagas masih tidur, setelah menunaikan sholat subuh, ia lanjutkan mimpi indahnya.
Prayitno juga libur kerja jadi sedang bersantai sambil menanam tanaman di kebun belakang rumah. Ada pohon singkong, pohon pisang juga ada beberapa tanaman toga.
Ningsih mendatangi suaminya sambil membawakan sebotol minuman.
"Pak, istirahat dulu. Sini ibu bawakan minuman jahe."
Prayitno mengehentikan aktivitasnya dan meletakkan cangkul di samping tanaman pohon pisang yang sudah berbuah.
Ada tempat duduk amat sejuk, di bawah pohon mangga beralaskan rumput liar.
Ningsih menunggu Prayitno yang masih mencuci tangannya di kran air buatan dekat dengan tanaman.
Prayitno duduk menyelonjorkan kedua kakinya dan meneguk minuman dalam botol dengan perlahan.
Ningsih menyampaikan keinginannya pada Prayitno, namun Prayitno belum bisa menerima keinginan istrinya tersebut.
******
Di tempat yang berbeda Yunita dan Herman masih melampiaskan nafsunya.
Dan tanpa disadari saat Herman mengeluarkan tenaga sekuatnya merasakan klimaks, tiba-tiba dipan alas kasur yang mereka tiduri retak dan terputus.
Dubrak ...
"Aduh Mas ... gimana sih, kan udah sering aku ingatkan, jangan kencang-kencang. Mas lupa lagi," ujar Yunita sambil mendorong tubuh Herman yang menindihnya.
"Iya Sayang, maaf ..., untung masih teralaskan kasur jadi gak terlalu sakit. Tapi anuku jadi ngilu," sahut Herman sambil meringis dan memegang junior nya.
Yunita perlahan terbangun dan dibantu Herman. Keduanya masih te***jang bulat, jelas sekali dua gundukan di dada Yunita yang montok.
Yunita mencari keberadaan baju daster yang tadi ia kenakan namun tak kunjung ia temukan, akhirnya ia berlari cepat ke kamar mandi sambil memegang pinggangnya. Tentu saja dua gundukan bisa naik turun berirama.
Sedangkan Herman mengenakan kembali sarungnya untuk menutupi bagian bawah tubuhnya yang kekar.
Sambil berkata pada dirinya,"aduh ... padahal pas seru-serunya. Dasar dipan tua, tunggu aku gajian kuganti dengan yang baru."
Herman menendang kaki dipan di depannya dengan penuh kekesalan.
Dan tentunya ia mendapatkan bonus kesakitan di jari kakinya terutama jempol.
Herman berteriak sekencang-kencangnya,"aduh .... sakit ... , dasar dipan kurang a*ar."
Yunita yang masih di kamar mandi terkaget dengan suara teriakan Herman dan berlari keluar sambil bersarung handuk menutupi dua dadanya dan setinggi lutut.
"Kenapa Mas, apa yang terjadi," ujar Yunita penuh kepanikan apalagi saat melihat wajah Herman yang tampak kesakitan.
"Jempol jariku Say, rasanya bengkak seperti bisul mau meletus, aduh ...," sahut Herman sambil menggeliatkan tubuhnya.
Yunita mengarahkan pandangannya ke jempol jari yang dimaksud, dan alangkah kagetnya karena jempol kaki suaminya bengkak merah kebiruan.
Yunita segera mengeluarkan kotak P3K dan membukanya, mengambil sebotol minyak tawon dan mengoleskan pada bagian yang memar tersebut.
Saat terkena sentuhan jari Yunita, Herman berteriak kesakitan.
Belum selesai Yunita mengolesi jempol suaminya, tiba-tiba pintu diketuk dari luar.
"Aduh siapa sih, gak tau lagi seperti ini," umpat Herman sambil berusaha terbangun dari duduknya.
Yunita segera mengenakan baju daster sembarangan yang ia keluarkan dari lemari baju.
Tanpa sadar karena terlalu terburu-buru, baju yang ia kenakan terbalik, jahitannya tampak di luar. Herman yang tak memperhatikan istrinya perlahan berjalan ke kamar mandi sambil menyeret kaki kanannya yang kesakitan.
Yunita membuka pintu dengan posisi rambutnya masih terbungkus handuk.
Alangkah terkejutnya yang datang adalah Pak RT, Yunita mempersilakan beliau masuk.
Pak RT tersenyum sambil berkata,"maaf Bu Herman, sepertinya kedatangan saya mengganggu."
"Tidak Pak RT, silahkan duduk Pak, maaf ada perlu apa Pak?"
"saya ingin berdiskusi dengan Pak Herman, biasanya hari minggu begini beliau ada."
"Iya Pak, tunggu sebentar. Saya panggilkan dulu,"
Yunita meninggalkan Pak RT sendirian di ruang tamu, dan melangkahkan kakinya menuju dapur untuk membuat minuman untuk Pak RT sebelum Herman keluar kamar mandi.
Yunita mengetuk pintu kamar mandi sambil berkata,"Mas, dicariin Pak RT. Yang cepat dikit ya mandinya."
Herman menyahut dari dalam kamar mandi,"iya Say, bentar lagi sudah selesai. Tolong ambilkan handuk ya,"
"iya Mas, tunggu."
Tak berapa lama Yunita sudah memegang handuk di tangannya, dan mengetuk pintu perlahan. Begitu Herman membuka pintunya, Herman tertawa lirih sambil memegang ujung lengan daster Yunita.
"Sayang, ini model baju terbaru kah?"
Yunita celingukan dan memperhatikan bajunya sendiri dan ia baru sadar dari tadi dirinya mengenakan baju terbalik.
"Pantesan, Pak RT senyumnya tadi kayak gimana gitu," ujar Yunita merasa malu dan seketika pipinya memerah.
Herman segera masuk ke kamar untuk berganti baju, dengan langkah menyeret kaki kanannya yang masih sakit.
Yunita bergegas masuk kamar mandi untuk membalik posisi bajunya.
******
Andhara memainkan ponselnya setelah ia menyelesaikan setrikaan nya.
Ada beberapa chat yang sudah masuk dan belum terbaca.
Andhara melihat ada chat dari Yusuf dan juga Bagas masuk bersamaan cuma selisih 3 menit.
Andhara masih menggeser layar ponselnya, dan ada pesan dari Ibunya.
Andhara memutuskan untuk menelfon Sang Ibu.
Andhara menanyakan kabar Ibu dan Bapak di rumah juga minta maaf tidak pulang dulu ke rumah.
Sang Ibu sangat bijak menyampaikan doa terbaiknya untuk sang putri tercinta. Andhara sangat menyayangi kedua orangtuanya. Hampir tiap hari Andhara menelfon Ibu atau Bapaknya, namun hari itu Andhara memang belum telfon sehingga Ibunya mengirim pesan untuknya.
Meskipun jauh dari orangtuanya, Andhara selalu memberikan kabar gembira untuk kedua orangtuanya. Meskipun terkadang ada duka dalam pekerjaan tak pernah Andhara keluh kesahkan pada orangtuanya.
Sehingga orangtuanya selalu merasa lega mendengar keadaan putrinya.
Bersambung
Like yuk, tulis komentar juga kasih hadiah dan juga vote buat dukung author ya
Terimakasih
Salam Manis
TRIO A
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
🎯™♥sely♥
lanjut author😍😍😍
2021-02-26
0
🌻Miss Kalem🌻
Rias bambu pakai ukir
Tak lupa pakai palu
Hey Thor aku mampir
Jangan lupa semangat slalu.
salam hangat dari ADA APA DENGAN JODOHKU Thor..❤️
2021-02-25
0
Яцяу
gubraaakkkk... wkwkwk dipan oh dipan gak tau sikon banget sih.. mbok ya nunggu selesai dulu gitu ambruknya 🤣🤣🤣🤣
2021-02-24
0