Momen itu pun takkan pernah terlupakan. Berpelukan, bergenggaman tangan.
PDA banget ya, tapi Joy tak keberatan. Hanya saja, ia merasa risih pada awalnya, mengingat di sebelah mereka banyak motor lain dan mobil turut menanti lampu merah berubah hijau.
"Rey, ehm, aku..."
"Maaf, apa kau tak mau kupegang? Apakah aku kelewat lancang ya?" Rey hendak melepaskan tangannya, namun segera dicegah Joy.
"Tidak, tak apa-apa. Teruskan. Aku.. suka.."
Dulu sama mantannya Joy pernah bergandengan, namun tak seperti kali ini. Saat tangannya dipeluk oleh kedua tangan Rey dalam perhentian sesaat itu, sesuatu mengalir dalam dirinya, bagai darah yang hangat mengaliri pembuluhnya dan menimbulkan rasa yang baru kali ini ia rasakan. Ibarat air hangat menyiram kebekuan hatinya selama ini.
Sayang, lampu merah segera berganti hijau, mereka pun melanjutkan perjalanan ke sebuah mal di bilangan Kapital Evernesia.
Begitu masuk mal, dimana udara di dalamnya menyembur sejuk menyegarkan saat cuaca begini gerah, tiba-tiba tanpa komando tangan mereka bergenggaman. Dan sekali lagi Joy bergidik. Sudah sangat lama ia tak pergi berdua seakrab ini dengan cowok. Duh, kalau ada teman kampus lewat, bisa-bisa ia diledek. "Cie, cie." Tapi berpasangan dengan pemuda semanis Rey, hatinya berbunga-bunga. "Aku yang malah kurang pede, terlalu tomboy!'"
Pipinya terasa jengah. Rey masih terus tersenyum menatapnya, sambil berjalan turun naik eskalator mereka terus mengobrol asyik hingga akhirnya memilih sebuah kafe, duduk di pojok yang sepi.
"Selamat ya Joy. Kau sudah jadi sarjana seni. Aku calon sarjana komputer, tapi tahun depan. Semoga bisa segera menyusulmu. " Rey membelikan mereka berdua minuman dan duduk di sisinya. "Kau suka kopi?"
"Ya. Aku suka kopi, teh, minum sendirian duduk di teras rumah saat hujan sambil membaca buku."
"Aku juga kutu buku. Toko buku, perpustakaan, tempat favoritku. Dan juga warnet, sebelum bertemu denganmu."
Rey menyesap kopinya. Ia tersenyum lagi, "Enak ya, ngopi bareng cewek cantik." gombalnya semakin berani.
"Bisa saja kamu Rey. Aku gak cantik, ah."
"Kalau Joy gak cantik, aku juga gak mau ah." Rey berlagak kesal.
Giginya putih bersih, Joy tahu sedari pertama chat, ia tak merokok. Dan gadis itu sangat bersyukur, sebab sangat jarang ia bertemu cowok yang tak akrab dengan tembakau.
Joy ingin sekali tahu semua tentang Rey. Ia merasa pernah melihat pemuda ini sebelumnya. Wajahnya tak asing lagi, tapi dimana kira-kira ia pernah bertemu atau melihatnya? Ia tak dapat mengingat jelas.
"Aku senang kita akhirnya bertemu juga. Semua lagu yang kau rekamkan, aku dengar. Aku suka." Joy riang, baru kali ini kencannya begitu menyenangkan.
"Habis ini kita kemana, Joy?" Rey tampak masih sangat ingin melanjutkan kencan pertama mereka ke tempat lain. "Oh ya, kita nonton yuk?"
"Ehh.. " Joy tiba-tiba bergidik. Sudah lama sekali tak nonton dengan cowok. Di masa lalu dengan mantan, mereka bersikap biasa saja di dalam ruang bioskop yang gelap dan dingin. Tapi ini dengan Rey, yang baru pertama kali dijumpainya, dan walau tampaknya Rey sangat baik, tapi masih ada rasa malu yang sangat naif dalam diri Joy.
Setelah menghabiskan minuman mereka, Rey membawa Joy ke arena permainan koin dimana mereka berfoto di photo booth sticker dan mencoba Air Hockey, permainan koin dengan bola plastik ceper dimana kedua pemain berhadapan seperti dalam permainan tenis meja dan mencoba membobol gawang lawan di hadapannya. "Sungguh seru main bareng sama gebetan, uh, pacar baru..." Joy masih belum bisa percaya hari ini betul-betul terjadi.
Selepas bermain, mereka menuju tempat lainnya, masih dalam kehangatan yang sama, malah bertambah akrab. "Yuk, kita nonton. Kalau kau tak keberatan." Rey menggandeng mesra Joy, seakan dunia milik mereka berdua.
"Oh, oke." dan pergilah mereka berdua ke bioskop berlogo 12 yang saat itu tengah populer.
Bukan filmnya yang kemudian menjadi memorable, tapi hal penting berikutnya yang diucapkan Rey. Dalam keremangan bioskop yang dingin itu, diam-diam sambil menggenggam tangan Joy, ia berbisik, "Aku mau bilang sesuatu. Tapi Joy jangan marah ya."
"Bilang apa?"
"Janji dulu?"
"Oke, aku janji." Joy deg-degan. "Jangan-jangan Rey mau menyudahi kencan ini?"
Tapi Rey malah mempererat genggamannya dan menatap kedua mata Joy yang bulat di balik kacamata tebalnya.
"Aku bukan hanya suka padamu, Joy. Aku cinta kamu."
Dan sekali lagi, Rey terdiam membisu dalam momen, yang takkan pernah ia lupakan selamanya. "Apa yang harus kujawab? Sejujurnya. Aku tahu, inilah jawabanku."
"Ya, aku juga. Aku mencintaimu juga, Rey."
Mereka tersenyum berdua. "Jadi mulai hari ini, Rey dan Joy resmi pacaran?" ujar cowok itu memastikan. "Benar, kau mau jadi milikku?"
"Ya, ya, Rey. Aku mau."
Malam itu mereka pulang dari mal dengan hati sedih karena harus dipisahkan malam yang hendak berganti pagi. "Kita segera bertemu lagi minggu depan?" pinta Rey saat berhenti di depan pagar rumah Joy.
"Tentu. Hubungi aku kapan saja." Joy menyerahkan kembali helm yang dipakainya kepada Rey.
"Ya, sekarang kita sudah resmi. Aku sangat bahagia hari ini. Terima kasih sudah menerimaku." Rey sudah hendak berpamitan, sedikit grogi apabila mama Joy tiba-tiba muncul di depan rumah seperti tadi siang.
"Tunggu." Joy menahannya. Tiba-tiba dalam gemasnya, dikecupnya pipi kanan Rey. Seakan lupa bisa saja ada tetangga mengintip. Pipinya begitu lembut. Ia betul-betul cowok yang manis.
"Eh, maaf." Joy tersadar. Aduh agresif benar aku. Tapi ia tertawa kecil sambil menjauh malu. "Maaf, maaf."
"Tak apa-apa. Ah, aku.." Rey menarik Joy mendekat. Bibir mereka hampir saja bertemu, namun kali ini Joy belum siap untuk menerima hal lebih karena mereka baru saja jadian. "Rey, minggu depan." katanya memecah kesunyian.
Rey tersenyum. "Ya, tentu saja. Selamat malam." dikenakannya helmnya kembali, bersiap untuk kembali.
"Kabari aku bila kau sudah sampai di rumah." berat bagi Joy melepas Rey, namun malam semakin larut.
"Tentu saja. Love you. Mwah."
Joy tetap berdiri di muka rumah saat sepeda motor Rey perlahan pergi menjauh. "Ya Tuhan, akhirnya. Akhirnya seseorang datang dalam hidupku. Dan kami saling mencintai." Ia bersyukur, menangis, tertawa. Semua jadi satu dalam benaknya, seribu rencana dan sejuta keinginan. Bisa tidur nyenyak atau malah tak bisa memejamkan mata?
Cinta tak pernah terasa senyata ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
🌻Yani Wi💕
Uuhuyy Joy duluan. 😄
2021-05-21
0
Reo Hiatus
Kami mampir thor 😂😂😂🚣🚣🚣🚂🚂🚂🚃🚃🚃🚄🚄🚄🚅🚅🚅🚆🚆🚆🚇🚇🚇🚈🚈🚈🚉🚉🚉🚊🚊🚊🚝🚝🚝🚞🚞🚞🚋🚋🚋🚌🚌🚌🚍🚍🚍🚎🚎🚎🚐🚐🚐🚑🚑🚑🚒🚒🚒🚡🚡🚡🚟🚟🚟🚠🚠🚠🚓🚓🚓🚔🚔🚔🚕🚕🚕🚖🚖🚖🚗🚗🚗🚘🚘🚘🚙🚙🚙🚚🚚🚚🚛🚛🚛⛟⛟⛟🚜🚜🚜⛵⛵⛵🚤🚤🚤🛳🛳🛳🛥🛥🛥⛴⛴⛴🚢🚢🚢✈✈✈🛩🛩🛩🛫🛫🛫🛬🛬🛬🚀🚀🚀🚁🚁🚁🛰🛰🛰
2021-04-13
0
Brilliant N B 🌺ЛБ
Cicil dulu yaaa
2021-04-03
0