Bagaimanapun, Mama Joy tak menyesali keputusannya. Lagipula, walau Papa Joy sudah tiada, mereka berdua tetap saling memiliki.
"Mama hanya tak mau kau menyesali pilihanmu kelak, apalagi kau hampir saja selesai. Perjuanganmu selama 4 tahun ini akan segera berakhir dan kau akan menjadi seorang sarjana seni. Setelah kau lulus ujian akhir ini, tentu saja kau boleh menentukan pilihanmu sendiri." demikian wejangan Mama Joy.
"Ya, Ma. Aku akan berhati-hati dan tetap ingin melakukan yang terbaik bagi kita, dan bagi masa depanku. Aku janji, Ma." kata Joy.
Malam itu mereka habiskan dengan melihat-lihat foto keluarga mereka saat papa masih ada. Joy merasa rindu. Sudah lama tak ada seorang laki-laki yang sebaik dan selucu papa. Papa yang dulu sering mengajaknya makan-makan, jalan-jalan ke kebun binatang, mengasuh anjing kesayangan mereka si Myumyu saat Joy sedang sakit.
Ya, Joy pernah merasakan kasih sayang seperti itu dan ingin kembali merasakannya lagi. Dan entah mengapa, saat menatap lagi foto diri Rey, yang entah benar itu dia atau bukan, hatinya terasa hangat. Rey yang baby-face, agak tirus, dengan mata sipitnya yang lembut. Rey yang katanya hobi makan ayam goreng dan bermain bola, serta suka fotografi dan komputer. Ia ingin mengenal cowok itu lebih dalam.
"Ma, nanti pas Joy ulang tahun, Joy mau pakai ponsel sebentar ya, siapa tahu ada teman yang telepon mengucapkan selamat." pinta Joy pada Mama. Mama menyetujuinya. "Baiklah, tapi jangan lama-lama ya. Oh ya, berhubung tahun ini kau sedang dalam persiapan ujian kelulusan, kita tak usah buat pesta ulangtahun ya. Nanti saja setelah kau lulus. Bila kau mau kencan atau merayakan, silahkan."
Joy menghela napas. Berarti bulan depan, setelah tanggal 10, dimana hasil ujian tugas akhir diumumkan. Masih sangat lama sebelum ia bisa janjian dengan Tuan Rey.
"Waspada dengan cowok yang kau kenal di internet. Dunia maya itu luas dan penuh kepalsuan. Ingat Joy, jangan sampai kau terjebak dengan pria yang salah. Dan ia juga harus anak baik-baik." wejangan Mama Joy lagi, yang kadang terdengar galak tetapi dianggukinya.
"Ya Ma, Tuan Rey sepertinya baik dan lucu. Ia masih mahasiswa, sedikit lebih muda dariku, dan ia masih begitu misterius." ucap Joy, tapi hanya dalam hati! "Aku akan berhati-hati. Tak mau terlalu jatuh cinta, ups. Cinta. Cintakah aku pada Tuan Rey? Tapi ia belum tentu cinta padaku."
Dan Joy kembali murung lagi. Ia tak pernah merasa diri cantik dan menarik. Tak suka berdandan, yang dimilikinya pun hanya satu dua gaun untuk kondangan. Selebihnya, celana panjang, sepatu kets. Boro-boro mau tampil cantik untuk kencan. "Duh, Rey suka ga ya cewek tomboy sepertiku?"
Galau Joy tak berlama-lama ia putar dalam pikiran introvert-nya. Ia harus fokus belajar, bagaimana menghadapi dosen-dosen penguji yang galak, bagaimana mempresentasikan skripsi super tebal yang telah ia tulis selama hampir setengah tahun. Bagaimana cara tampil tanpa grogi di depan orang-orang yang lebih senior. Mungkin membayangkan pertemuannya nanti dengan Tuan Rey akan sedikit menambah semangat.
Sementara itu, Rey pun tak kalah bimbang dengan perasaannya pada Joy. Ia bukan tak percaya diri. Walaupun tubuhnya tidak tinggi besar, namun wajahnya cukup menarik, ditambah dengan pengetahuannya yang cukup mumpuni, belum lagi bila termasuk didikan keras dari istana Evertonia yang ia alami (dan sering dianggap siksaan darah biru!). Raja memperlakukan putra mahkotanya dengan cukup keras, jadi Rey tumbuh terdidik dan mengerti betul tata krama dan cara memperlakukan wanita. Etika, cium tangan, bukakan pintu, gelar karpet merah di tanah kotor pas ada putri mau lewat.. (eh, gak begitu juga sih..)
Sayangnya, Rey tak pernah tahu siapa mamanya. Raja tak pernah bercerita tentang siapa wanita yang melahirkannya, dan beliau pun tak tercatat sebagai ratu. Maka, bisa dibilang Rey tak mengenal kasih sayang wanita dalam keluarga. Sedihnya. Namun sejak kehadiran Joy, Rey sedikit lebih terhibur. Gadis itu bisa dibilang sangat alami, tak dibuat-buat, tak seperti gadis-gadis putri kerajaan dan bangsawan yang dikenalnya di sekolah dahulu. Dimana mereka pernah berebut perhatian Rey, mengingat ia adalah calon raja di masa yang akan datang.
"Rey, yuk kita jalan-jalan!" "Rey, jangan sombonglah, aku suka padamu." "Rey, kamu imut, deh."
Dan masih banyak rayuan gombal lainnya. Saat Valentine tiba, di meja sekolahnya pasti tertimbun aneka surat 'tembakan' alias pernyataan suka, ajakan kencan, rayuan, nomor telepon, dan aneka cokelat mahal dan berkelas dari gadis-gadis. "Nah, mengapa aku tak suka pada gadis-gadis cantik itu? Toh, tinggal pilih. Mereka belum tentu betul-betul suka padaku juga. Aku ingin sekali ada yang suka, sayang dan cinta padaku karena aku Rey, bukan karena aku Pangeran Rey."
"Mungkin hidup di istana mewah adalah idaman dan impian banyak orang. Dan mungkin aku bukan termasuk orang-orang itu, karena kini aku berada di sini, di negeri jiran, hidup menyamar dalam kerumunan orang-orang asing dan mencari seseorang yang juga berbeda."
"Joy, kaukah gadis yang kucari itu?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
Nurliah Kisarani Lia
5 like for u thor....
2021-05-14
1
Rannty
sampai sini dulu bacanya... mampir bawa 5 like, rate dan favorit.... lanjutkan 👍😇
salam dari "Putra Putri di Mercusuar"
2021-04-23
1
Yoo_Rachel
semangatttt
2021-04-20
2