Dan, memang aneh bagi Rey, selama beberapa hari Joy yang biasanya cerewet di telepon, sama sekali tak menjawab SMS atau mengangkat ponselnya. Tapi pemuda itu sudah tahu Joy sedang sibuk mempersiapkan sidang tugas akhir skripsinya, dan menganggap biasa hal tersebut.
Sepi memang, tapi Rey terus menunggu dengan sabar.
Hingga akhirnya, tibalah saat surat dan foto mereka sampai ke alamat tujuan masing-masing. Joy yang sedang galau, menerima sepucuk surat yang berisikan hadiah dari Rey. Dengan tangan gemetar dibukanya amplop yang agak tebal tersebut, berisikan sebuah CD lagu rekaman dan tulisan tangan seseorang.
"Untuk Joy. Lagu-lagu kesukaanku. Dari Rey."
Dan Joy lebih deg-degan lagi saat melihat foto wajah Rey untuk pertama kalinya. "Wow. Tuan Rey. Pria yang sedikit lebih muda dariku. Ia tidak sedang tersenyum, tapi wajahnya sungguh innocent, baby face, muda, agak manis. Sepertinya pernah kulihat. Tapi dimana ya?" - batin Joy.
Tapi ia membayangkan, bila Rey tersenyum dalam pose itu, pasti imut sekali. Matanya memang agak sipit, tetapi teduh. "Tipe kesukaanku." Joy mendadak deg-degan. Cakap, ia merasa gemas sendiri. "Aku suka. Aduh, bagaimana dengan dia di sana ya?"
"Mendadak Joy rindu ingin dengar suaranya."
Sementara itu surat Joy pasti sudah tiba juga. Yang Joy berikan foto dirinya di antara banyak teman. "Biar Rey yang tebak, yang mana aku!" pikir Joy sedikit licik. "Dan sedikit kurang pede juga, bila ketahuan aku yang bermata empat itu, yang tomboy itu." demikian pikirnya waktu itu.
Joy di sini pun masih bingung, mencari cara bagaimana menghubungi Rey. Ia menyukai semua lagu-lagu yang Rey kirimkan juga, meski sebagian belum pernah didengarkannya. Dalam rasa rindu, setiap saat diputar dan dinikmatinya setiap rekaman mp3 yang Rey berikan.
Tiba-tiba ia dapat akal. "Bagaimana kalau aku pura-pura sakit?"
Dan itu dijadikannya alasan untuk meminta ponselnya yang sedang dipegang mama. "Sebentar saja Ma, aku ingin telepon dokter mau tanya tentang obat sakit kepala yang cocok. Gapapa kan Ma?" bujuknya manja.
"Oh oke, baik, tapi jangan lama-lama." Mama Joy mengizinkan, namun tak mau beranjak dari sisinya. Ia malah membaringkan Joy di ranjang dengan kuatir. "Kau yakin, telepon saja cukup, kita tak usah langsung ke dokter?"
"Iya Ma! Cuma sebentar saja kok,"
Joy hampir bersorak kegirangan saat berhasil memegang telepon genggamnya kembali. Diperiksanya notifikasi. Astaga. Misscall dan SMS dari Tuan Rey banyak sekali. Semuanya menanyakan kabar Joy.
"Joy, kamu di sana?"
"Kamu baik-baik saja?"
"Joy, kabari aku."
Gadis itu hampir terbahak sendiri. Namun karena ada mamanya menunggui, ia pun berpura-pura menelepon dokter. Padahal, yang dipencetnya nomor ponsel Rey.
"Halo, Dokter Rey? Ini Joy. Aku sedang sakit kepala. Ada saran obat apa yang cocok untuk kuminum?"
"Joy! Apa? Ups, do... dokter?" nada bicara Rey di ujung sana sedikit terkejut, namun sangat gembira. Hampir seketika ia mengerti kode Joy. "Astaga! Kau baik-baik saja? Aku cemas sekali! Aku ke sana saja, ya Joy!"
"Jangan Tuan, uhh, Dokter Rey! Aku baik-baik saja! Oh, begitu ya, aku minum itu saja ya, terima kasih, sampai jumpa!" Joy buru-buru meletakkan telepon sebelum mamanya sadar ia tak menelepon dokter betulan.
Mendengar suaranya lagi setelah berhari-hari, Joy merasa gembira.
"Kedengarannya Rey juga senang, semoga ia tak kecewa begitu mengetahui yang mana wajahku yang sebenarnya. Dari antara teman-temanku, aku yang paling tak menarik. Tak berdandan, berkacamata pula. Ia tahu itu, sebab pernah kuceritakan. Namun cemas itu tetap ada, sampai kami kelak bertemu di alam nyata."
Rey meletakkan telepon, senyum kecil terbit di wajahnya. Ia paham, mungkin tak mudah untuk menghubungi Joy. Datang ke sana sekarang? Tak mungkin juga, pun sangat konyol karena masih terlalu dini, lebih baik sabar menunggu hingga waktunya tiba. "Aku juga penasaran, tapi aku tahu yang mana Joy. Mungkinkah ia suka padaku?"
Rey menyimpan sebuah rahasia besar. Rahasia yang bukan untuk Joy ketahui saat ini. Namun menilik hubungannya dengan Joy, ia merasa gadis itu bisa dipercaya. "Apakah ia yang bisa kupercayai rahasiaku? Apakah Joy tahu, siapakah diriku sebenarnya?"
Rey memutuskan untuk tetap menunggu. Joy pernah bilang, ulangtahunnya sebentar lagi akan tiba. "Mungkinkah aku bisa ucapkan selamat ulang tahun untuknya hari itu?"
Ditatapnya lagi foto Joy dan teman-temannya di tangannya. Ia tak mencari seseorang yang luar biasa cantik menarik. Ia hanya ingin mengenal sesosok Joy lebih baik lagi. "Sangat banyak gadis di negaraku, Evertonia, yang cantik dan berdarah biru. Bila telah kutemukan di sana, takkan jauh-jauh aku datang kemari."
Rey duduk dalam diam mengenang malam terakhirnya di Evertonia. Beberapa tahun silam...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
RedSkyNote
🤣🤣🤣🤣dokter cinta. ups🤭
2022-08-26
0
Ishiba Aoi
semangat thor!
2021-06-23
1
Puan Harahap
hadir kk
⚘⚘SALAM pria idola dan menikahi pria urakan⚘⚘
2021-05-01
2