Bagaimanapun, keduanya kini masih terpisah jarak dan waktu, walau sedekat apapun, pula belum dapat bertemu.
Hanya saja, jalan untuk itu sudah mulai terbuka. Keduanya tanpa sengaja terbelit rindu, seolah tak ingin lagi mencari yang lain. Hanya tahu suara, belum langsung menatap rupa. Tinggal menghitung minggu, atau bahkan hari.
Joy tetap mencoba fokus dengan skripsinya, sementara Rey terus melanjutkan kebiasaannya, membaca buku di perpustakaan, tenggelam di antara buku-buku pemrograman komputer, bahasa programming, merakit komputer sendiri yang menjadi hobinya. Karena itu juga, langkahnya semakin mantap untuk meninggalkan dunia keningratan yang penuh kemewahan maha mudah di belakangnya. Dan bagai dunia berbeda nan saling melengkapi, si tomboy Joy penyuka seni, desain, dunia tulis-menulis dan desktop publishing tentulah gadis berotak cukup maju, pula enak diajak ngobrol, nyambung, tak bicara soal kosmetik, perhiasan mewah dan gaun butik melulu seperti gadis-gadis bangsawati ala putri Disni di SMU Kerajaan Evertonia.
Akhirnya, ulangtahun Joy akan segera tiba! Ia sudah tak sabar menunggu, akankah ada teman-temannya -atau, ehm, hanya yang satu itu pun cukup- akan meneleponnya. Mama kan sudah janji, ponsel Joy boleh dipakai khusus untuk saat itu. Jadi bila ada seseorang super spesial di hati yang mengucapkan selamat, tentunya akan jadi kejutan manis.
Dan begitu Joy membuka ponselnya setelah sekian hari tak menyentuh, kejutan! Menyembul berapa puluhan atau ratusan notifikasi dari seseorang, yang memang ia tunggu-tunggu.
Siapa lagi, kalau bukan Tuan Rey!
"Joy, kabari aku ya."
"Kau ada di mana?"
"Aku di sini menunggu kabarmu."
Mata Joy nanar menatap jam dinding. Malam menjelang pagi hari ulangtahunnya, namun matanya enggan tertutup. "Aku gak ngantuk kok, pokoknya kutunggu terus sampai pukul 12-an, seperti malam tahun baru! Bila dia ingat padaku, uhh, aku akan buktikan sendiri nanti!"
Terngiang salah satu percakapan malam mereka via telepon rumah, beberapa minggu silam,
"Joy, ultahmu kapan?"
"Bulan Juli. Sehari sebelum akhir bulan. Kamu?"
"Masih lama. Bulan Februari. Horoskop ikan."
"Aku duluan dong. Jangan lupa kadonya ya."
"Sip. Tapi nanti kalo kita jadi ketemu. Sebelumnya, aku ucapin dulu HBD ya."
"Hmm. Belum tahu bisanya kapan sih, tapi aku mau! Kita pasti bertemu, ya! "
Percakapan itu diakhiri dengan tawa keduanya. Janji itu sebentar lagi akan terbukti. "Kecuali kalau Rey lupa, tertidur, atau sudah punya gebetan lain! Uh, tidak tidak! Ia lebih baik serius denganku! Sudah kupertaruhkan segalanya demi hubungan ini, walau belum terucap kata suka, apalagi cinta! Bagaimanapun, aku harus mengenal Tuan Rey lebih dalam lagi! Awas kalau dia berani bohongin aku,"
Jarum jam berdetak sangat lambat, satu detik bergeser sangat pelan, serasa satu jam bagi Joy. "Kira-kira Rey ingat tidak ya? Dia memang tukang bergadang. Pasti ingat." Joy mulai merasa seperti zombie. Ia kurang tidur, lelah, cemas dan gelisah belakangan ini, karena sidang TA alias tugas akhir tinggal menghitung hari.
Pukul 12 pas.
Telepon berdering, nada jadul dari ponsel klasik yang terkenal di masa itu.
Gemetar, Joy memencet tombol terima. "Halo?"
"Happy Birthday to you, happy birthday to you, happy birthday dear Joy, happy birthday to you..."
Astaga. Joy terpana. Sapaan riang Rey dengan lagu dan ucapan yang ia nyanyikan spontan menyapa. Waduh, ia nyaris menangis haru. Suara Rey yang rendah, ramah, lembut tapi masih cowok banget, mirip suara penyiar radio. Belum pernah ia diberi ucapan sedemikian oleh siapapun sebelumnya, bahkan teman-teman SMU se-gengnya dahulu. "Terima kasih, Tuan Rey."
"Semoga tercapai semua yang Joy cita-citakan. Dan satu lagi hadiah yang ingin aku berikan..."
Hening sesaat, dua saat. Jantung Joy seperti berhenti berdetak. "Apa lagi nih, Tuan Rey? Tolong jangan bikin aku jatuh pingsan."
"Aku suka kamu."
Joy terdiam. Seperti di kartun-kartun. Seakan waktu seketika berhenti. Begitu pula degup jantungnya.
Tiba-tiba ia tertawa. Lama sekali, semenit, dua menit? Entahlah. Kalau ada cermin, mungkin akan terpantul wajahnya yang bersemu dadu nyaris merah karena malu-malu.
"Aku, aku..." sahutnya setelah tawanya berhenti.
"Aku juga suka kamu."
Hening sesaat. Tiba-tiba mereka berdua tertawa. "Benarkah? Joy suka padaku?" nada Rey terdengar menggoda, "Joy sedang bercanda?"
"Tidak. Aku juga suka Tuan Rey." Joy mendadak lebih berani.
"Panggil aku Rey saja. Aku 'kan lebih muda."
"Jadi..."
"Jadi?" balas Rey.
"Ehm, kita?"
"Kita harus bertemu." Rey sepertinya tersenyum di ujung sana.
"Tentu saja. Setelah ujian ya. Setelah aku pasti lulus."
"Dan aku tahu kau yang mana, Joy."
Ups. Joy tiba-tiba grogi. "Apakah tadi Rey bercanda bilang suka?" Hanya ingin mengerjainya saja, seperti kejutan telur yang dipecahkan teman-teman kepada yang berulangtahun di masa SMU dulu?
"Kamu yang berkacamata kan? Manis."
"Aku juga suka wajah Tuan Rey, eh, Rey. Kalau tersenyum pasti lebih cakep, seperti emotikon ^_^."
"Ah, aku gak menarik. Mataku terlalu sipit, tubuhku tidak tinggi besar," rendah Rey.
"Aku suka cowok yang awet muda, tak seperti om-om atau bapak-bapak. Kuharap kamu juga suka cewek tomboy."
Keduanya terus mengobrol lama hingga dini hari, larut dalam kerinduan dan segala impian, tak sabar ingin bertemu, ingin tahu apakah ini yang namanya cinta. "Tak bisa hanya begini saja, kami harus bertemu. Kami akan segera bertemu. Segera."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
Mawar Berduri💕
aku hadir lagi ka.
semangat 🤗
aku selalu mendukungmu 😘
2021-04-26
0
Yeni Eka
Like ka semangat
2021-04-19
1
Quora_youtixs🖋️
so sweet dah... joy & roy 💖
2021-04-17
1