SELAMAT MEMBACA🙏🙏🙏
"Wi, aku sudah terlanjur mencintainya. Aku gak bisa ngelepasin dia begitu aja" ucap temanku Nisa di dalam pesan singkat yang kubaca di layar handphone ku. Aku berusaha meyakinkan dia untuk segera memutusan hubungan dengan laki-laki yang sedang bepacaran dengannya. Berbagai nasehat dan kalimat penghibur kuungkapkan kepada Nisa, agar hidupnya tak lagi berat seperti sekarang.
"Nis, kita ketemu yuk" balasku. Sms terkirim. Aku memutuskan untuk menemuinya. Menemui seseorang yang selama ini sudah mengungkapkan banyak sekali ceritanya kepadaku. Cerita yang tak pernah kubayangkan sebelumnya.
Namanya Nisa, nama lengkapnya Annisa Fitri. Usianya 21 tahun. Dia lebih muda setahun dariku. Pertama kali aku mengenalnya lewat jejaring sosial bernama facebook. Dia meng-add akun ku dan jadilah kami berteman. Dia pula yang pertama kali menyapaku. Menanyakan semua tentangku dan akhirnya dia bicara, kalau dia adalah pacar dari temanku. Ardi namanya, teman sekelasku yang sudah tiga tahun kukenal. Semasa kami kuliah, memang tidak pernah akrab. Bahkan aku cenderung tidak menyukainya. Kupikir dia adalah laki-laki malas yang selalu meminta bantuan orang lain dalam mengerjakan tugasnya. Apalagi kalau kami kebagian satu kelompok. Dia selalu ogah-ogahan dan menimpakan tanggung jawab kepada orang lain. Cenderung memerintah temannya sendiri. Yah begitulah setidaknya. Aku tak pernah sekalipun merasa kagum dengan sikap dia.
Namun pacarnya malah akrab denganku. Menanyakan segala sesuatu tentang Ardi. Kadang-kadang aku ingin mengatakan dia lelaki menyebalkan. Tapi karena dia pacarnya aku katakan yang baik-baik saja. Sampai akhirnya Nisa bercerita panjang lebar kepadaku.
"Wi, aku gak tahan lagi sama Ardi" ungkapnya suatu hari. Hari itu kami memutuskan untuk saling bertemu. Aku memilih untuk bertemu di tempat makan saja, agar lebih leluasa. Dan Nisa pun mengiyakan. Dia memilih restoran Ramen kesukaannya. Mie yang berasal dari jepang yang banyak lauknya. Mie nya lebih lembut dari mie instan yang sering kita makan, dan kuahnya tersedia bebagai jenis. Kami pun memesan dua mangkuk ramen, yang tak lama kemudian tersedia di meja kami. Aku melihat wajah Nisa di profil picture miliknya. Lebih cantik aslinya. Dia memiliki kulit putih, tinggi, bulu mata yang lentik, namun sedikit kurus. Wajahnya pucat. Walaupun tersenyum, aku merasa dia matanya tidak ikut tersenyum.
"Kali ini dia ngapain lagi sama kamu Wi?" aku penasaran dengan ulah lelaki brengsek itu. Lelaki yang menurut cerita Nisa selalu melakukan tindak kekerasan selama dia pacaran. Dan memukul, sudah menjadi tindakan sehari-hari yang dia lakukan.
"Kemarin aku baca-baca sms dari handphonenya Ardi, dan aku lihat dia sms mesra dengan cewek lain. Lalu Ardi tahu, dan dia.." sejenak dia terdiam. Kunyahanku terhenti, penasaran dengan cerita yang akan dia sampaikan.
"Dia pukul aku lagi, kepalaku ditendang" lanjutnya. Raut wajahnya kusut. Tatapan matanya kosong. Dia terlalu pintar untuk menyembunyikan kesedihannya. Atau lebih tepatnya terbiasa. Kesedihan yang menumpuk itu kini menjadikannya hampa. Tak mampu lagi mengekspresikan kesedihan itu seperti apa.
"Nis.." aku memegang punggung tangannya. "Kalau memang begitu, lebih baik kamu putus saja. Banyak lelaki yang lebih baik dari dia. Jujur saja, selama satu kelas dengan Ardi, aku gak pernah suka sama dia. Kamu cari yang lain aja yah" hiburku. Entah sudah keberapa kali aku mengungkapkan kalimat ini kepada Nisa.
"Aku gak bisa Wi. Gak bisa. Aku juga inginnya begitu." Ucapnya pelan.
Kami terdiam. larut dalam dunia kami masing-masing. Nisa dengan Ardinya, dan aku dengan kecemasanku pada hubungan mereka. Rasa benciku pada Ardi kian menjadi. Setelah Ardi memanfaatkan kekayaan orang tua Nisa, membeli smartphone dan memberi makan handphonenya. Ardi berselingkuh. Dia juga tega memukul wanita sebaik Nisa seenaknya. Tapi Nisa hanya bisa diam. Menerima semua pelecehan itu atas nama cinta dan tidak bisa berpisah. Aku benar-benar tak habis pikir.
"Mau main ke kosan aku gak? Kayaknya Ardi akan pulang telat hari ini." Kelihatannya Nisa berusaha merenyahkan suasana.
Deg. Tapi kalimat itu membuatku berpikir kembali. "Ardi akan pulang telat". Apa maksudnya?. Nisa belum pernah cerita tentang hal itu. Apakah mereka tinggal bersama? Hubungan mereka lebih jauh daripada yang aku pikirkan selama ini? Pacaran setahun tapi sudah sedekat ini? Ah seribu pertanyaan yang tak ingin kujawab itu berkelebatan dalam pikiranku. Tapi aku tak mau mengabaikan kebaikan Nisa. Aku putuskan untuk mampir ke kosannya.
Tempat berukuran lumayan besar dengan dapur dan kamar mandi di dalamnya membuat aku nyaman diam disana. Nisa kembali bercerita. Bahwa dia sudah enam bulan tinggal satu atap dengan Ardi. Hubungan suami istri pun sudah seringkali ia lakukan dengannya. Kalau Nisa menolak, tamparan dan pukulan akan senang hati mendarat di tubuhnya. Sungguh membuat hatiku benar-benar teriris. Perempuan baik seperti Nisa terjerat ke pelukan lelaki brengsek sekelas Ardi.
"Kita sudah seperti suami istri. Aku memasak untuknya. Mencuci bajunya. Dan tidur dengannya" papar Nisa.
"Sebenarnya aku malu Wi. Pakai kerudung tapi kelakuan seperti begini. Aku ingin putus dari Ardi. Tapi dia sudah mengambil semuanya. Aku sudah jadi perempuan gak berharga. Aku sudah gak punya apa-apa lagi. Aku gak tahu harus gimana. Aku salah Wi. Aku salah. Aku berdosa. Harusnya aku gak pernah pacaran. Harusnya aku gak pernah nerima dia jadi pacarku. Aku salah Wi.." Mata Nisa berkaca-kaca. Aku kaget sekaligus sedih dengan keadaan Nisa. Tak tahu harus berkata apa. Air matanya semakin deras. Tangannya menggenggam ujung kerudung yang ia pakai. Menyiratkan rasa penyesalan dan kesedihan yang begitu mendalam.
"Orang tua kamu tahu?" tanyaku berhati-hati.
Nisa menggeleng. Pertanda keluarganya tidak mengetahui kejadian yang selama ini dialami anaknya. Gadis jawa itu sudah lama tinggal di Bandung. Dia juga sempat masuk pesantren sehingga sudah terbiasa jauh dari orang tua. Jarang sekali pulang. Semenjak kuliah di akademi kebidanan pun dia hanya pulang setahun sekali.
Keimanan dari seorang yang taat agama sekalipun, akan runtuh saat dia tergoda oleh semuanya. Setan-setan yang terlihat maupun yang tidak, akan terus berusaha menggoda agar kita terjerumus ke dalam kesesatan yang nyata. Ini adalah hal yang aku pelajari dari Nisa. Dia tergelincir dan menanggalkan keimanan yang ia yakini. Tergoda oleh hawa nafsu yang berujung pada kerugian yang panjang. Satu hal yang kuyakini dalam hati. Aku berjanji kepada diriku sendiri, untuk senantiasa mempertebal iman dalam hati dan tidak mendekati perbuatan-perbuatan yang akan menjerumuskanku ke dalam dosa.
Aku memeluknya. Membiarkan kesedihannya tumpah agar dia merasa sedikit lega. "Bentar lagi kampus aku mau ngadain tes keperawanan sebelum ujian Wi. Aku harus gimana?"ucapnya pelan. Pertanyaan yang tak mampu kujawab itu kubalas dengan pelukan yang semakin erat. Kami sama-sama menangis. Tidak tahu harus berbuat apa. Semoga ada jawaban yang membahagiakan untuk masa depan yang akan ia lalui. Berharap Nisa dapat mengambil keputusan yang tepat agar ia dapat lepas dari ikatan lelaki itu. Berharap Nisa dapat bangkit dari keterpurukannya dan memiliki masa depan yang baik seperti wanita-wanita lainnya. Mudah-mudahan semua yang kuharapkan dapat segera terjadi.
TAMAT.
MAAF KALAU ADA KESAMAAN DALAM PENULISAN SEPERTI NAMA, ALAMAT, WAKTU DAN TEMPAT. CERITA INI HANYALAH FIKSI BELAKA. JANGAN LUPA FOLLOW AUTHOR, LIKE, KOMEN YANG BANYAK, JADIKAN FAVORIT, KASIH VOTE JUGA BOLEH. TERIAMA KASIH
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 175 Episodes
Comments
Zulfa
Salam kenal dari JIKA kakak.. saya mampir mebawa 3like.. mari saling dukung kakak.. ditunggu feedbacknya yah kakak.. terimakasih 😍
2021-03-05
0
Tita Riski Anindita Listiyani
hem
2021-02-19
1
Nabila Ramadhan
amit amit aku punya pacar kayak gitu. semoga gak pernah deh
2021-02-03
3