penginapan berdarah part 2 (Cerita horor)

SELAMAT MEMBACA 🙏🙏🙏🙏

Mereka menemukan rumah makan masakan jawa. Lumayan kenyang setelah perut mereka terisi. Mereka pun melanjutkan perjalanan menuju pantai Kuta. Mereka berencana menghabiskan waktu nongkrong di pantai hingga tengah malam.

Dalam perjalanan ke arah pantai kuta, Ridho duduk di kursi tengah. Sedangkan di depan adalah Yoga yang mengemudikan mobil, disampingnya duduk si Komar. Ridho beberapa kali melihat ke bangku deretan belakang, sepertinya ada sesuatu di belakang. Tapi setiap kali Ridho lihat tidak ada apa-apa. Rdho pun menepis perasaan aneh yang menyelimutinya.

Sesampai di pantai, mereka hanya duduk-duduk di pasir pantai sambil menikmati makanan serta minuman kecil yang telah di beli tadi. Pie susu selalu tidak pernah lupa di beli. Entahlah Ridho menyukainya, mungkin karena rasanya yang legit gurih.

Seusai tengah malam mereka telah sampai di penginapan. Saat mereka memasuki area halaman penginapan, baru kali ini mereka merasakan penginapan ini begitu suram. Meskipun semua lampu telah di nyalakan.

Bangunan penginapan ini bergaya eropa. Berlantai satu. Terdapat 2 pilar menjulang dari dasar lantai hingga atap bangunan. Di setiap ujung atas tembok terdapat ornament khas eropa. Bangunan rumah yang megah.

Rumah ini cukup luas. Ada ruang tamu, 2 kamar tidur, ruang tengah, ruang belakang sebagai dapur dan kamar mandi.

Kadang ada kesan angker, tapi buru-buru mereka tepis kesan buruk tersebut. Mereka berpikir positif agar sekitar mereka terutama penginapan juga mengeluarkan energy positif.

Tepat pukul 1 dini hari, Ridho memasuki kamar, ia berniat untuk istirahat. Yoga pun melakukan hal yang sama di kamar lain. Hanya Komar yang mencoba menghabiskan waktu dengan menonton televisi. Komar masih belum ngantuk. Ia hanya tiduran di depan televisi.

Sekitar setengah jam kemudian, tiba-tiba lampu mati. Ruang depan tempat komar menonton televisi benar-benar gelap gulita. “Duh, lampu mati segala” desis Komar. Ia berupaya membiasakan matanya dalam keadaan gelap. Tangannya berusaha meraih smartphone miliknya.

Agak lama tangannya mencari-cari smartphone miliknya. Tangannya sudah meraba ke kiri kanan tempat ia tiduran. Namun tidak sekalipun tangannya menemukan benda itu. “Aneh..” pikir Komar, “Bukankah tadi ada di sini?” pikirnya lagi.

“Yog.. Yoga…” teriak Komar memanggil Yoga.

Namun tidak ada balasan dari Yoga.

“Dho… Ridho.. senter Dho..” teriak komar kepada Ridho.

Tetap sama tidak ada jawaban dari mereka.

Saat Komar sudah mulai terbiasa dengan gelap, sejenak matanya menangkap sebuah bayangan di ruang tengah dekat kamar mandi. Seperti bayangan sosok perempuan. Komar tertegun. Ia bergidik ngeri. Jantungnya berdegup kencang. Yang Ia lihat sosok tersebut menggantung di tengah ruang. Sebuah tali terikat di antara leher dengan tiang beton. Persis seperti seseorang gantung diri!

Detik itu pula listrik menyala. Mata Komar kejap-kejap melihat ruang tengah. Bayangan tadi telah hilang bersamaan lampu yang nyala menerangi ruangan. Komar segera kabur masuk kamar Yoga. Ia berusaha membangunkan Yoga.

“Yog.. Yog… bangun, Yog” seru Komar sambil mengguling-gulingkan tubuh Yoga ke kiri dan ke kanan.

“Yog… hei, Yog” Komar masih terus membangunkan Yoga.

“Apa sih, Mar?” kata Yoga setelah bangun.

“Barusan aku lihat perempuan gantung diri” kata Komar.

“Haduh, Mar. Kita jauh dari perumahan penduduk, gak ada orang” kata Yoga sambil mengucek-ucek matanya.

“Serius Yog.. beneran ini” kata Komar agak terbata.

“Halah, kamu mimpi kali” kata Yoga.

“Beneran Yog, aku liat tadi di ruang tengah” tegas Komar, “Ayo Yog.. coba lihat Yog…”

“Halah, kamu ini mesti ada-ada saja” Yoga menggerutu namun dengan beranjak dari tempat tidur.

Kedua sahabat tersebut keluar dari kamar, mereka melihat ruang tengah kosong tidak ada apa-apa sama seperti yang dilihat Komar saat lampu menyala kembali.

“Tuh gak ada apa-apa” Kata Yoga.

“Yuk ah ke situ lihat..” ajak Komar.

“Kamu ini sebenernya takut apa penasaran sih?” Tanya Yoga.

“Udahlah, kita lihat dulu ke situ, jangan-jangan ada maling masuk rumah” kata Komar tanpa memberi jawaban.

Mau tidak mau Yoga pun menuruti permintaan sahabatnya. Perlahan-lahan mereka memasuki ruang tengah. Tidak ada sesuatu apapun di ruang itu. Komar meneliti atas ruang tengah, tidak ia temui tali atau apapun di situ.

Komar meneliti beton yang melintang di atas ruang tengah. Tidak ada tanda atau bekas goresan tali. Bulu kuduknya merinding. Refleks tubuhnya mengirim tanda-tanda mistis ke kepalanya.

Sambil menguap, Yoga pun berbalik menuju kamar. Buru-buru Komar menahan Yoga.

“Apa lagi sih?” Tanya Yoga.

Komar hanya manaruh jari telunjuknya di bibir, memberi isyarat untuk diam. Lalu Komar mengendap-endap menuju kamar mandi. Komar berhenti di samping pintu kamar mandi. Ia pun mengintip ke dalam kamar mandi.

Begitu Komar menjulurkan kepalanya, Komar tertegun. Jantungnya berdegup dengan cepat, nafasnya tidak teratur, Komar ketakutan! Mulut Komar berusaha mengeluarkan suara tapi tidak ada suara yang keluar dari bibirnya. Tenggorokannya tercekat.

Di dalam kamar mandi ada sosok wanita berpakaian putih, berambut panjang, lehernya tergantung pada tali, kakinya menggantung di atas lantai kamar mandi.

Melihat Komar kaku tidak bergerak, Yoga pun maju menepuk bahu Komar dan melongok ke dalam kamar mandi, seketika itu pula Komar dapat berteriak berbarengan dengan Yoga.

“Setaaaaaannnn…” detik itu juga mereka lari menuju pintu keluar rumah. Sialnya pintu terkunci! Yoga pun memutar kunci pintu dan berusaha membuka pintu. Namun pintu tidak pula terbuka meski kunci sudah diputar. Bahkan Yoga mencoba memutar kunci berkali-kali.

Sadar pintu tidak dapat terbuka, mau tidak mau mereka pun membalikkan badan. Dengan tubuh gemetar mereka melihat kearah pintu kamar mandi. Tidak terlihat makhluq tersebut. Mereka saling memandang, ada perasaan sedikit lega di dada mereka.

Perasaan itu tidak berlangsung lama, tiba-tiba dari dalam kamar Yoga muncul sesosok pria dengan mata melotot melihat tajam kea rah mereka berdua. Di atas kepala sosok tersebut tertancap sebuah kapak besar seolah berusaha membelah batok kepala sosok tersebut. Darah mengucur deras keluar dari dalam kepala sosok itu.

Seketika Yoga dan Komar berteriak keras, sekeras-kerasnya. Teriakan meminta tolong. Entahlah meminta tolong pada siapa. Lokasi penginapan ada di tengah sawah. Tidak ada orang yang akan mendengar teriakan mereka. Sekali lagi tenggorokan mereka tercekat, tidak ada suara yang keluar, hanya mulut saja yang bergerak.

Darah masih terus mengucur deras dari dalam kepala makhluq tersebut. Membasahi lantai marmer yang mengkilat. Bahkan ada yang muncrat ke tembok, menyebabkan tembok putih ternoda oleh darah merah segar.

Kedua sahabat itu hanya menangis ketakutan. Lutut mereka lemas. Tubuh mereka jatuh terduduk ke lantai. Mereka pun menutup mata mereka karena tidak kuat melihat tontonan mengerikan secara live di depan mereka.

Sekonyong-konyong muncul sosok perempuan gantung diri di depan mereka. Meski mereka menutup mata, tetap saja bayangan itu muncul di hadapan mereka. Yoga dan Komar benar-benar dilanda ketakutan yang luar biasa. Sejenak kemudian mereka pun pingsan tidak sadarkan diri.

***

“Woi, bangun woi…” Seru Ridho dengan keras membangunkan kedua sahabatnya.

Yoga dan Komar bangun dan kaget melihat sebuah muka manusia di hadapan mereka, lalu mereka berteriak keras.

“Setaaaaannn!!!”

“Kurang ajar.. kalian mimpi apa lihat mukaku dianggap muka setan?” teriak Ridho pada kedua sahabatnya.

Dengan nafas tersengal-sengal Yoga dan Komar baru menyadari jika wajah manusia di depannya adalah wajah Ridho, sahabat mereka.

“Kalian berdua ngapain tidur di pintu masuk rumah gini? berduaan lagi” Tanya Ridho menyelidiki keganjilan kedua sahabatnya.

Kedua sahabat tersebut saling memandang, lalu melihat kea rah jendela. Cahaya matahari menembus memasuki rumah dan menerangi ruangan depan. Kemudian mata mereka menyapu seluruh ruangan tidak terkecuali ruang tengah dan pintu kamar mandi.

Mereka tidak lagi menemukan sosok menyeramkan yang menghantui mereka semalam. Mata mereka juga menyapu seluruh tembok ruangan. Tidak pula mereka menemukan bekas darah manusia di setiap dinding.

“Kalian homo ya?” Tanya Ridho sekali lagi menyelidik.

Bukanlah jawaban yang didapatkan oleh Ridho justru sebuah permintaan aneh dari Yoga dan Komar.

“Dho, tolong kemasi barangku” pinta Yoga.

“Barangku juga” ujar Komar, “Sekalian barangmu Dho, cepetan..”

Ridho mengerutkan dahi, “check out?” Tanya Ridho.

“Iya” jawab Yoga dan Komar bersamaan sambil membuka pintu rumah penginapan tersebut. Setelah terbuka, kedua sahabat itu berlarian keluar menuju mobil.

Ridho hanya mengerutkan dahi, lalu tanpa pikir panjang, Ridho pun segera ke kamar Yoga untuk mengemas barang-barang kedua sahabatnya. Setelah selesai, Ridho melanjutkan ke kamarnya sendiri mengemasi barang miliknya.

Tidak lama mereka bertiga sudah ada di dalam mobil meluncur menuju arah pulang. Yoga pun menceritakan kejadian semalam kepada Ridho. Komar hanya diam seribu bahasa perhatiannya tertuju kearah jalan menyetir mobil.

Mereka bertiga sudah menghubungi penjaga penginapan bahwa mereka sudah check out dari penginapan dan tidak berniat kembali ke sana meski sudah bayar selama seminggu penuh.

“Kamu gak dengar, Dho?” Tanya Yoga pada Ridho.

Ridho mengeeleng kepala.

“Kamu gak digangguin?” Tanya Yoga lagi.

“Semalem aku tidur nyenyak, bangun-bangun udah jam 6 pagi” jawab Ridho.

“Lalu, pas bangun gak lihat apa-apa?” Yoga kembali bertanya.

“Gak ada, yang ku lihat cuman kalian berdua tiduran di balik pintu masuk” jawab Ridho terheran-heran.

“Kok cuman aku dan Komar ya yang dihantui setan semalam?” Yoga bertanya entah kepada siapa, Ia sendiri tahu tidak ada yang bisa menjawab pertanyaannya.

“Kamu baca doa tah pas pertama kali masuk ke dalam penginapan itu?” Tanya Ridho pada Yoga.

Yoga menggelengkan kepala.

“Kamu, Mar?” Tanya Ridho pada Komar.

Komar juga menggelengkan kepala.

“Emang kamu baca doa, Dho?” Yoga balik bertanya.

“Enggak, tapi aku bilang dalam hati sih, minta ijin menempati penginapan kepada siapa pun anda makhluq ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa yang lebih dulu menempati penginapan ini” jawab Ridho menjelaskan.

“Oooo.. “ Yoga dan Komar berseru berbarengan.

Tamat.

MAAF KALAU ADA KESAMAAN NAMA, ALAMAT, WAKTU, DAN TEMPAT. CERITA INI HANYALAH FIKTIF BELAKA. JANGAN LUPA FOLLOW AUTHOR, LIKE, KOMEN YANG BANYAK, JADIKAN FAVORIT, VOTE JUGA BOLEH. TERIMA KASIH

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***