Throne Of Valor

Throne Of Valor

Winter Night

Malam yang dingin, angin berhembus kencang membawa butiran-butiran salju menampar apapun yang dilewatinya.

Steph yang sedang mengemudikan mobilnya tidak dapat melihat jalanan didepan karena jalanan itu sudah ditutupi salju.

"Sayang sebaiknya kita berhenti disini. Jalan terlalu sulit didepan." Gwen Carolina berusaha mengingatkan Steph untuk menepi dan menunggu salju berhenti.

"Tidak bisa! Jika kita berhenti, kita akan terjebak di hutan ini. Kita harus terus berjalan karena kota terdekat sudah tinggal beberapa kilometer didepan."

Malam itu sepulangnya dari Minnesotta Hall setelah menyaksikan konser Morgan & Vivian yang spektakuler, Steph Middleton dan Gwen Carolina harus segera kembali ke Albama karena Ayahnya Steph dikabarkan sedang koma.

Steph tetap memaksa untuk menembus jalanan bersalju yang disebelah kanannya merupakan jurang dan disebelah kirinya adalah hutan tak berpenghuni.

Steph tidak ingin disaat-saat terakhir Ayahnya, dirinya tidak berada di sebelahnya.

...

Hujan salju semakin menggila disertai petir yang menyambar.

Jalanan yang telah tertutup salju semakin tinggi hingga merendam ban mobil mereka.

Ketika mereka tiba di sebuah tikungan tajam, ban mobil mereka tiba-tiba kehilangan daya geseknya karena terhalang salju.

Perlahan, mobil mereka mulai tidak terkendali di tikungan yang tajam itu.

"Steph!" Gwen berteriak dengan keras saat menyadari mobil mereka telah sepenuhnya kehilangan kendali dan saat ini meluncur kearah sebuah batu besar di depan mereka.

Dengan kecepatan yang tidak dapat dikendalikan Steph lagi, mobil mereka akhirnya menabrak batu besar itu dengan sangat keras hingga membuat bagian depan mobilnya hancur.

....

Gwen perlahan membuka matanya, dia melihat tangannya dan hidungnya telah dipasang peralatan.

"Gwen! Dia membuka matanya!" Gwen mendengar suara seorang wanita disebelahnya meneriakkan sebuah nama yang mengarah padanya.

Gwen perlahan memandang kearah sampingnya, disana ada dua orang yang terlihat sudah berumur menatapnya dengan cemas.

"Ayah! Gwen membuka matanya, dia sudah sadar!"

Lagi-lagi Gwen mendengar wanita itu berteriak dengan sangat senang disampingnya.

"Gwen? Siapa itu?" Pikir Gwen dalam hatinya.

Lalu seorang pria yang tertidur tadi langsung berlari keluar, sepertinya pria itu akan memanggil seorang dokter.

"Apa yang terjadi padaku? Aku siapa? Dan aku ada dimana?" Gumam Gwen dalam hatinya ketika memandang ke atap yang berada diatasnya.

"Dokter! Putriku sudah membuka matanya setelah dua hari terbaring disini. Tolong periksa keadaannya."

Lagi-lagi Gwen mendengar suara pria itu disebelahnya dengan cemas.

Gwen yang awalnya hanya berdiam diri, akhirnya berusaha untuk berbicara pada mereka.

"Apa yang terjadi padaku?" Ucap Gwen mengarah ke dokter itu dengan mulut yang terbungkus dengan alat pernapasan.

"Dua hari yang lalu kau dan seorang pria yang bersamamu mengalami kecelakaan. Untunglah kau masih bisa diselamatkan," jawab dokter itu pada Gwen sambil memeriksa kondisinya.

"Kondisinya masih memprihatinkan namun gadis ini nampaknya cukup kuat, jadi dia dapat sadar secepat ini, untunglah.

Saya akan membawanya ke ruang ronsen untuk melihat perkembangan kondisi kepalanya yang terluka.

Tuan dan Nyonya silahkan tunggu disini," tutup dokter itu lalu mulai membawa Gwen ke ruang ronsen.

Setelah menunggu cukup lama, dokter itu memberitahukan pada Gwen dan kedua orang yang bersamanya bahwa Gwen mengalami kondisi yang parah dimana semua ingatannya hilang secara permanen.

Ini diakibatkan benturan keras di bagian belakang kepala Gwen ketika terjadi kecelakaan sebelumnya.

Untungnya Gwen masih bisa diselamatkan setelah pendarahan hebat.

Ketika Gwen sudah kembali ke ruangannya, Gwen melihat kedua orang yang bersamanya menangis disebelahnya.

"Permisi, mengapa kalian berdua menangis seperti itu? Tak apa, ini hanya hilang ingatan. Aku tetap ada disini kan? Tak ada yang perlu kalian tangisi karena aku masih bisa bernapas." Gwen berusaha menghibur kedua orang itu agar mereka merasa lebih baik.

"Gwen, aku Ayahmu Jefferson Carolina, dan ini adalah Ibumu Amanda Carolina. Apa kau mengingat kami, Putriku?"

"Aku tidak dapat mengingat siapapun sekarang, bahkan diriku sendiri. Tak apa, lagi pula hidup terus berlanjut dan mungkin saja suatu hari nanti ingatanku kembali.

Jika aku memanglah Putri kalian, maka tak ada yang perlu di khawatirkan lagi bukan? Aku cukup senang melihat kalian berdua disini bersamaku." Gwen menatap kedua orangtuanya dengan senyuman.

Gwen berusaha untuk menenangkan mereka, karena Gwen merasa sangat tersentuh melihat mereka menangis seperti itu didepannya.

Perlahan orangtuanya mulai menghapus air matanya dan memeluk Gwen dengan lembut.

"Putriku, Ayah dan Ibu sangat menyayangimu. Ayah senang kau selamat dan masih bisa menghibur kami yang sudah semakin menua ini."

Gwen lalu membalas pelukan mereka dengan lembut, meskipun Gwen sama sekali tidak meningat siapa mereka.

Namun Gwen merasa bahwa wajah mereka sangat familiar.

...

Setelah hampir satu bulan dirawat di rumah sakit, kondisi Gwen semakin membaik.

Gwen diperbolehkan berjalan-jalan menggunakan kursi roda di sekitar rumah sakit.

Ketika Gwen berada di taman rumah sakit yang tertutupi dengan salju, Gwen memandang ke langit yang cerah diatasnya.

Gwen sama sekali tidak dapat mengingat siapa dirinya sendiri, apa yang terjadi padanya, dan mengapa dia bisa kehilangan semua memorinya.

Air mata Gwen perlahan keluar ketika menyadari semua itu.

Setiap kali ada orang yang berkunjung menjenguk dirinya, Gwen tidak dapat mengingat siapa mereka, hal itu membuat Gwen merasa bersalah dan mulai menyalahkan dirinya sendiri.

Kadang pada malam tertentu, Gwen bangun dan mulai menangis sendiri.

Hal ini terasa sangat menyiksa baginya.

Orang-orang yang menjenguknya ketika mendengar Gwen bertanya siapa mereka, seketika menatap Gwen dengan tatapan bingung.

Untunglah disana selalu ada Ayah atau Ibu Gwen yang bergantian menjelaskan apa yang sedang diderita oleh Gwen.

Ketika Gwen sudah menghabiskan beberapa waktu di taman rumah sakit, Gwen melihat seorang pria perlahan mendekat padanya menggunakan kursi roda dan duduk bersama Gwen disebelahnya.

Pria itu terlihat seumuran dengannya.

Rambutnya cukup berantakan, mata cokelat yang tajam, dan senyuman yang tulus ketika menatap Gwen yang sedang melihatnya.

Padahal mereka tidak saling mengenal, namun pria itu tetap tersenyum padanya.

"Bukankah taman ini indah ketika ditutupi dengan salju?" Tanya pria itu pada Gwen menatap ke arah taman.

Gwen yang mendengarnya juga berpikiran hal yang sama karena Gwen merasa salju itu seperti sesuatu yang tulus, sesuatu yang penuh pesona dan indah.

"Ya, aku menyukai salju," balas Gwen dengan lembut.

"Oh lihat itu! Ada seekor tupai. Biasanya mereka hanya keluar ketika sebelum dan sesudah musim dingin." Pria itu menunjuk kearah pohon pinus yang tinggi didepan mereka.

"Ya! Aku melihatnya!" Jawab Gwen dengan antusias.

Gwen dan pria itu akhirnya menjadi cukup akrab dan mulai mengobrol tentang penyakit mereka masing-masing.

Pria yang ada disamping Gwen ini juga menderita hal yang serupa dengannya, namun pria itu mengalami patah tulang di kakinya sehingga ada kemungkinan seumur hidupnya hanya akan dihabiskan dengan duduk di kursi roda.

Sedangkan Gwen hanya mengalami hilang ingatan dengan kondisi tubuh lainnya yang masih berfungsi dengan baik.

Akhirnya setelah cukup lama berbincang, mereka saling berpamitan pergi karena matahari sudah mulai terbenam didepan mereka.

Ketika sedang mengarahkan kursi rodanya kembali ke kamarnya seorang diri, Gwen ternyata lupa menanyakan siapa nama pria itu karena mereka berdua keasikan mengobrol tentang hal lain.

Namun Gwen merasakan bahwa pria itu terasa familiar.

Seperti seseorang yang pernah ditemuinya dulu.

Gwen langsung berbalik menuju taman, berharap pria itu ada disana.

Namun sayangnya keadaan disana telah kosong, jadi Gwen memutuskan kembali dengan perasaan kecewa.

..."The Wind Flowing, The Thunder Conquer....

...Let The Love Do His Miracle For Us."...

...-Gwen Carolina-...

Terpopuler

Comments

⚘🎤ƝƲƦƲԼ🎧♬

⚘🎤ƝƲƦƲԼ🎧♬

good story' ka

2022-02-25

0

ANAA K

ANAA K

Semangat kak🙏🏿😉

2021-10-08

0

Dea Ananda II

Dea Ananda II

Hai kak novel nya sangat bagus i like👍

2021-05-28

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 58 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!