Blizzard

Badai salju semakin bergejolak diluar, suasana mulai mendingin, dan malam hari telah tiba.

Dari kamar pasiennya saat ini, Gwen terus memandang keluar jendela.

Badai salju ini seperti mengingatkannya akan sesuatu di masa lalunya.

Entah apapun itu, namun dada Gwen terasa sakit ketika berusaha mengingatnya, lagi dan lagi.

Setiap tarikan nafas yang masuk ke tubuhnya terasa berat, terasa sesak.

Kali ini, entah karena apa, air mata Gwen mengalir lagi.

Mengalir deras membasahi pipinya berkali-kali.

“Sungguh konyol sekali, aku tidak tahu mengapa aku menangis … namun dadaku terasa sesak, aku tidak dapat menahan rasa sedih ini lagi. Oh Gwen, apa yang terjadi padamu?” Pikir Gwen dengan air mata yang terus mengalir deras.

Semakin Gwen berusaha keras mengingatnya, kepala Gwen semakin terasa sakit.

Ketika Gwen memjamkan matanya menghadap ke jendela kaca, ada potongan memori dimana dia teringat akan sebuah konser megah, dengan sepasang kekasih bernyanyi disana.

Namun semua memori itu hanya potongan kecil, Gwen masih tidak dapat mengingat jelas siapa, kapan, dan dimana dia kala itu.

Akhirnya, Gwen sudah mulai merasa lebih baik setelah air matanya keluar berkali-kali.

Perlahan, air matanya mulai berhenti.

Gwen lalu merebahkan dirinya di kasurnya dan mulai tertidur.

Ketika sudah tertidur lelap, potongan memori yang sempat diingatnya sebelumnya membuat Gwen bermimpi :

Di sebuah kerajaan yang indah, lengkap dengan kastil, sungai, dan lembah yang membentang luas mengisi setiap sudut kerajaan tersebut.

Gwen melihat dirinya menjadi seorang Putri Kerajaan yang dihormati banyak orang.

Ketika Gwen mendapatkan kabar bahwa akan ada pertunjukkan opera di balai kerajaan, Gwen memutuskan untuk pergi kesana bersama dengan Pangeran Edward.

Dalam perjalanan melewati jalan raya kerajaan ditemani dengan pasukan berkuda di sekelilingnya, Gwen merasa sangat bahagia karena disana juga ada Pangeran Edward, calon suami dan calon raja di kerajaan itu.

Banyak perumahaan warga desa, air mancur, perkebunan, dan anak-anak yang berlarian menyabut Putri Gwen dan Pangeran Edward ketika melintas didepannya.

Akhirnya, setelah perjalanan yang menyenangkan, Putri Gwen tiba di balai kerajaan.

Pertunjukkan disana sudah dimulai, lengkap dengan musik orkestra klasik, pemeran-pemeran, dan kesatria berkuda yang gagah perkasa.

Pertunjukkan berjalan dengan spektakuler, hingga pertunjukkan utama dimulai.

Pertunjukkan ini adalah dua orang sepasang kekasih yang berperan sebagai Pangeran dan Putri dari kerajaan yang berbeda.

Karena Kerajaan mereka berdua sedang berperang, maka Pangeran dan Putri itu menjalani hubungan terlarang.

Pada suatu ketika, hubungan mereka berhasil dilihat oleh salah satu utusan kerajaan yang memata-matai sang Putri.

Saat pasukan berkuda sedang menuju lokasi Pangeran dan Putri biasa menghabiskan waktu bersama, Pangeran itu segera menyadari bahwa ada yang tidak beres.

Pangeran membawa Putri itu bersamanya menaiki kuda dengan kejaran pasukan berkuda dari kerajaan sang Putri dibelakangnya.

Hari-hari berlalu, mereka tetap dalam pengejaran.

Hingga musim dingin tiba, salju mulai turun, malam yang mencekam beserta angin yang sangat kencang.

Ketika Pangeran dan Putri itu tiba di sebuah lembah, kaki kuda itu terkilir sehingga sang Pangeran berusaha mengekang kuda itu di sebuah batu dengan sang Putri yang ada diatasnya.

Karena tidak sempat berpegangan setelah mengekang kuda itu, sang Pangeran akhirnya terjatuh kedalam lembah yang sangat dalam dan gelap.

Pertunjukkan diakhiri dengan air mata dari sang Putri yang dibawa kembali oleh pasukannya.

“Yang Mulia Putri Gwen, bagaimana pertunjukkannya? Apakah menyenangkan untuk Yang Mulia?” Tanya pemilik opera itu karena melihat Putri Gwen menangis saat menyaksikan pertunjukkannya.

“Luar biasa, Charles! Air mataku hingga berjatuhan. Sepertinya Pangeran Edward hingga menahan kesedihannya.”

Putri Gwen tersenyum melirik kearah calon suaminya yang sepertinya sedang menahan tangisannya.

“Hei Edward, apa kau menangis?”

“Tentu saja tidak! Pria sepertiku takkan menangis semudah ini.”

“Tak perlu berbohong, semua penduduk kerajaan ini tahu bahwa kau sedang menahan tangisanmu.” Putri Gwen meledek sang Pangeran karena mimik dan raut wajahnya memang menunjukkan tanda-tanda ingin menangis.

Ketika Putri Gwen memutuskan untuk kembali lebih dulu, suasana kerajaan tiba-tiba menjadi mencekam setelah terdengar teriakan penduduk kerajaan yang berlarian.

Tiba-tiba Putri Gwen melihat Pangeran Edward berkuda menuju kearahnya.

“Putri Gwen! Naiklah! Kita harus segera pergi dari sini! Raja Julien telah dibunuh oleh seorang assassin! Mereka sekarang sedang mengejar kita! Ayo lekas, bahkan para prajurit yang menjagamu salah seorang adalah assassin. Kau hanya perlu percaya padaku!”

Pangeran Edward menarik Putri Gwen naik ke kudanya dan mereka melarikan diri dari kerajaan itu.

Ternyata, pasukan berkuda yang menjaga Putri Gwen juga bersekongkol dengan para assassin itu sehingga pasukan itu mengejar mereka.

Pangeran Edward melihat sebilah anak panah sedang melaju menuju kearah Putri Gwen.

“Gwen! Awas!”

Spontan, Pangeran Edward menghalangi anak panah itu dari Putri Gwen dengan tubuhnya sendiri.

“Edward!”

Diatas kuda yang sedang berlari, Pangeran Edward mulai kehilangan banyak darah karena anak panah itu tepat mengenai salah satu organ dalamnya.

Pangeran Edward sadar jika waktunya sudah tidak lama lagi.

Pangeran Edward lalu melompat dari kuda itu dan membiarkan Putri Gwen melaju kedepan bersama kudanya.

“Edward! Tidak!” Teriak Putri Gwen yang tidak bisa mengendarai kuda, namun kuda itu sudah dilatih untuk berlari menuju pos rahasia milik kerajaan.

“Aku berjanji akan menyusulmu, Gwen! Pergilah!” Sahut Pangeran Edward sambil melambaikan pedangnya pada Putri Gwen.

Dengan kondisi yang sedang terluka, Pangeran Edward dengan gagah berani menunggu para pengkhianat itu di jalan seorang diri.

Pangeran Edward melihat pasukan berkuda yang sangat banyak menuju kearahnya.

Dilengkapi dengan zirah yang sudah tertusuk anak panah menembus ke tubuhnya, Pangeran Edward berlari dengan sebuah pedang di tangannya.

Pertempuran pasukan pengkhianat berkuda dan Pangeran Edward berlangsung dengan sengit.

Pangeran Edward yang merupakan salah satu ahli pedang berhasil menumbangkan puluhan pasukan itu seorang diri.

Lama kelamaan ketika sedang bertarung, kesadaran Pangeran Edward mulai pudar.

Darahnya mengalir semakin deras sehingga perlahan Pangeran Edward mulai tumbang.

Ketika musuh menyadari Pangeran Edward sudah tidak dapat berdiri lagi, salah seorang pasukan berkuda berlari menuju kearah Pangeran Edward dan menancapkan tombak tepat di tubuh menembus zirah Pangeran Edward.

“Gwen, maafkan aku,” ucap Pangeran Edward pada detik-detik terakhirnya dengan tombak yang sudah menancap di tubuhnya.

Ketika tiba disaat itu, Gwen langsung terbangun dari mimpinya secara tiba-tiba.

Lagi dan lagi, Gwen bermimpi hal yang serupa dengan mimpi-mimpinya semenjak Gwen menderita hilang ingatan.

Namun pada mimpi Gwen kali ini, dia mendapatkan sebuah ‘pesan’ rahasia yang terdapat di akhir mimpinya.

“Sepertinya sebelum diriku mengalami kecelakaan, ada seseorang yang menolongku dan berjanji padaku bahwa dia akan datang padaku, namun dia justru meminta maaf padaku karena dia tidak dapat menepati janjinya.”

..."Every blizzard, every snow,...

...... reminds me to you."......

...-Gwen Carolina-...

Terpopuler

Comments

pensi

pensi

maaf ka, jika berkenan mampir kembali ka ke novel saya judulnya ZANN 🙏🙏

2022-02-25

0

ARSY ALFAZZA

ARSY ALFAZZA

like like 👍🏻

2021-03-18

0

Eva Santi Lubis

Eva Santi Lubis

hadir

2021-02-23

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 58 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!