○○○
Anna membawa Bara menghampiri papa dan mamanya.
"Dad," panggil Anna pada James. James menoleh menatap Anna dan Bara yang menghampirinya.
James mengakhiri obrolannya dan beralih menyambut Bara.
"Tuan James," kata Bara sambil berpelukan ala pria.
"Wah Aldebaran Bradsiton Arganta," kata James memuja Bara.
"Bagaimana kabar papa dan mamamu?" tanya James menanyakan keadaan Bradsiton dan Rose.
"Sehat tuan, bagaimana dengan anda sendiri?" tanya balik Bara pada James.
James tertawa pelan sambil menepuk bahu Bara.
"Panggil aja om, tidak perlu sungkan. Om baik- baik aja dan lihatlah sebentar lagi om akan ditinggal nikah oleh putri kesayangan om," kata James membuat Anna tersipu malu.
"Dad, you make me ashamed," kata Anna sambil memeluk manja mamanya.
"Nak Bara apa kamu datang sendiri?" tanya Denia istri James.
"Mom, dia bawa gadisnya," kata Anna dengan logat bahasa indonesia yang masih terlihat kaku.
Bara hanya tersenyum mendengar ucapan Anna, asal dia tahu Bara aja belum ngungkapin perasaannya tapi orang lain sudah menebaknya.
"Bar, bagaimana dengan proyek AS, pasti kamu ikut andil bukan?" tanya James membicarakan proyek AS.
"Benar Om, perusahaan saya ikut andil dalam proyek tersebut, lantas apa Om tahun ini juga bekerja sama dengan tuan Clay?" tanya Bara pada James.
Taylor James salah satu penginvestasi terbesar di Kanada.
Namanya juga tak kalah meroketnya seperti Clay, juga menjadi orang yang sangat berpengaruh dalam negara.
James mendekat kearah Bara, membisikkan sesuatu padanya.
Keduanya saling tertawa pelan sambil bersulang.
"Anda sangat luar biasa," puji Bara membuat James tersanjung.
"Jangan memujiku, kau tak kalah luar biasanya, anak muda yang sudah menyandang gelar Miliader top no.1 di Kanada," James balik memuji kehebatan Bara.
"Om anda membuatku malu," kata Bara membuat Denia dan Anna yang mendengarnya tertawa pelan.
"Bara," teriak Laura sambil berlari kecil menghampiri Bara.
Tatapan dan ekspresi Bara spontan langsung berubah datar.
"Sela," kata Laura terpotong sambil mengatur napasnya yang terengah- engah sedangkan Bara sudah mulai panik saat nama Sela disebut.
"Sela terjatuh ke kolam," katanya dengan napas yang memburu.
Sontak Bara berlari membelah kerumunan menuju kolam renang.
James juga diikuti istri dan putrinya menyusul untuk melihat.
Bara sampai di tepi kolam dan melihat Sela yang sudah tenggelam di dasar.
Kemarahan Bara semakin memuncak saat tahu tidak ada orang yang peduli untuk menolongnya dan kemana Rendy?
Sedangkan di kolam begitu banyak lampu yang menyala.
"Bodyguard matikan lampunya," teriak James pada bodyguardnya ketika sampai di tepi kolam renang dan melihat gadis Bara tenggelem ke dasar kolam.
Byurrrrr
Lampu padam bersamaan dengan Bara yang masuk ke dalam kolam renang.
Bara langsung meraih pinggang Sela untuk naik ke atas.
Bara membopong Sela dan membaringkannya di tepi kolam.
Rendy yang baru saja sampai dan melihat Bara basah kuyup terkejut.
"Bar, Sela kenapa?" tanya Rendy ikut panik.
"Lo kemana aja sih, bukannya gue suruh lo buat jaga dia," bentak Bara membuat Rendy sedikit terkejut pasalnya Bara tidak pernah semarah ini.
Bara mendekatkan telinganya pada mulut Sela, memeriksa pernapasannya.
Lalu Bara beralih memeriksa denyut nadinya, sangat lambat, 10 detik hanya berdenyut beberapa kali.
Bara menatap lekat mata Sela yang terpejam lalu memberanikan diri untuk memberikannya napas buatan.
Namun, belum sampai Bara memberikan napas buatan, Sela terbatuk membuat Bara langsung menjauhkan wajahnya.
Bara membantu Sela untuk bangun dan menepuk pelan punggung Sela.
"Al ini handuk untuk gadismu," kata Anna sambil memberikan handuk besar yang sangat lembut pada Bara.
Laura yang berdiri tidak jauh dari Bara melotot tidak percaya sama ucapan Anna barusan.
Bara langsung menutupi tubuh Sela dengan handuk besar yang diberikan Anna agar Sela tidak merasa kedinginan.
"Apa kamu tidak bisa berenang?" tanya Bara dengan nada sangat tinggi dan mata yang memerah membuat Rendy menatap sekilas Bara.
"Bar jangan berteriak padanya," kata Rendy menenangkan Bara yang tersulut emosi.
"Kaki saya tiba- tiba kram, mungkin karena lukanya belum kering," jawaban Sela membuat Bara mengingat jika kemarin Sela terluka.
Tanpa berbicara Bara langsung membopong Sela pergi dari pesta.
Sebelumnya Bara pamit pada James jika dia tidak bisa mengikuti pestanya hingga selesai.
"Om, maaf Bara tidak bisa mengikuti hingga akhir acara, terima kasih untuk jamuannya," pamit Bara pada keluarga besar James terutama pemilik acara, Anna.
Sela yang berada di bopongan Bara tersenyum canggung karenanya Bara harus pulang.
Bara langsung pergi menuju halaman di mana tadi dia memarkir mobilnya.
Rendy langsung membukakan pintu untuk Bara.
Rendy langsung mengambil alih kemudi sedangkan Bara duduk di belakang dengan Sela.
"Maaf karena saya, tuan harus pulang," kata Sela canggung dan merasa merepotkan.
Bara hanya diam tanpa berniat untuk menjawab.
Sela tahu, pasti Bara marah karenanya, dia harus meninggalkan acara sebesar ini demi dia.
Sela mengeratkan handuknya agar tidak merasa dingin.
Sela yang tadinya duduk berdekatan tanpa ada jarak antara Bara, sedikit bergeser mendekat ke arah jendela.
Bara menarik bahu Sela agar lebih dekat dengannya tanpa mengatakan satu katapun.
Rendy hanya melirik sekilas dari kaca depan, dasar si buaya modusnya mode on.
.
.
.
.
.
Mereka telah sampai di rumah, kemarahan Bara semakin bertambah saat Sela menolak dibawa ke rumah sakit.
Lalu tiba di rumah tadi, Sela menolak dibopong Bara dan memilih berjalan sendiri dengan gaun yang basah dan berat.
Bara berdiri di depan lift menunggu pintu terbuka.
Ting
Pintu terbuka langsung saja mereka masuk dan dengan cekatan Sela menekan tombol lantai 2.
Sebelum Bara membawanya ke lantai 3, selantai dengannya.
Bara melotot marah saat tahu Sela menekan tombol lantai 2.
Saat pintu terbuka dan sampai di lantai 2, Bara menarik Sela untuk masuk ke dalam lift lagi.
Lalu Bara menekan tombol 3 menuju ke lantai atas.
"Kenapa anda membawa saya ke atas, baju ganti saya ada di lantai 2," kesal Sela pada Bara.
Ting
Pintu terbuka, Bara langsung menarik pelan tangan Sela menuju tempat yang belum Sela tahu.
Bara melewati kamarnya dan berdiri di depan pintu sebelah kamarnya.
"Ini kamar mu," kata Bara pada Sela, Sela menganga tidak percaya sama ucapan Bara
"Anda bercanda?" tanya Sela membuat Bara membuka pintunya.
"Buruan masuk dan ganti pakaian mu dengan yang lebih hangat," perintah Bara pada Sela.
Bara pergi begitu saja menuju kamarnya dan meninggalkan Sela yang masih mematung di tempatnya.
"Yaaaaa, kenapa anda selalu bersikap egois," teriak Sela pada Bara.
Bara tersenyum samar lalu masuk ke dalam kamarnya.
Sela menatap ke dalam antara gengsi dan juga jiwa kepo yang sangat meronta.
Sela memasuki kamar barunya, wow desain yang sangat indah.
Nuansa warna biru sangat cocok dengan dirinya.
Sela mencoba untuk mulai masuk dan melihat- lihat.
Sela berjalan menuju tempat rias yang terlihat sudah penuh dengan make up.
"Ya tuhan bahkan sangat lengkap, kenapa dia sangat paham betul dengan peralatan make up cewek," gumam Sela sambil meneliti make up yang tertata rapi.
Sela mengingat jika di kamar Bara ada walk in closet, apa di sini juga ada.
Sela berjalan untuk melihat walk in closet di dalam kamarnya.
"Ya tuhan, apa dia berniat untuk memindahkan malnya ke sini? Kenapa bisa sebanyak ini?" guman Sela berjalan menyusuri walk in closetnya.
Lagi- lagi Sela dikejutkan dengan rak besar dan tinggi yang berisi banyak sekali sepatu.
"Astaga, siapa yang akan memakai sepatu sebanyak ini? Jika ku jual, apa akan laku?" tanya Sela pada dirinya sendiri.
Sela keluar dari walk in closet lalu beralih pada toilet, kira- kira seperti apa desainnya.
Sela membuka pintu kamar mandi lalu menganga tidak percaya saat tahu jika kamar mandinya luas meski terlihat minimalis.
"Bahkan kamar mandinya bisa dibuat tiduran," gumam Sela pelan, lalu keluar dan menatap sekeliling kamar yang kini menjadi miliknya.
Sela melihat di sudut ruangan ada meja belajar yang sudah dilengkapi laptop dan beberapa buku.
"Astaga, apa ini semua mimpi?" tanya Sela menyadarkan dirinya, siapa tahu kan dia sedang bermimpi dan belum terbangun.
Plak
Sela menampar pipinya sendiri, sakit itu yang dirasakan Sela.
"Ini beneran enggak sih, kenapa semua berubah setelah gue kecebur di kolam renang," gumamnya pelan.
Tapi Sela merasa tidak nyaman, meski ruangannya sangat luas dibandingkan kamar di lantai 2.
Setidaknya Sela tidak memakai semua fasilitas yang diberikan oleh Bara selain tempat tinggal.
Sela akan memakai baju- baju milik Sela sendiri, setidaknya mereka masih layak dipakai dan juga lumayan bagus.
Sela keluar dari kamarnya sambil melihat kamar Bara.
Semoga aja Bara tidak keluar terlebih dulu, Sela akan turun ke lantai 2 untuk berganti.
Sela berjalan dengan sangat pelan dan pelan, Sela berniat untuk menuruni tangga daripada naik lift.
Dengan lutut yang masih terasa sedikit ngilu dan sakit.
Sela perlahan menuruni tangga hingga pada tangga terakhir.
"Mau kemana?" tanya Bara dingin membuat Sela terkejut dan tidak percaya.
"Bukankah anda sedang di dalam kamar?" tanya balik Sela.
"Balik ke atas," perintah Bara tak terbantahkan.
"Tapi," kata Sela terpotong saat ponsel Bara berbunyi.
"Halo," sapa Bara.
"Hello, this is true Aldebaran?" tanya seseorang di seberang telepon.
"I am Anna," kata Anna membuat Bara mengubah nada bicaranya menjadi sedikit luwes dan tersenyum.
"What' up Anna?" tanya Bara karena dia tidak menyimpan nomor Anna.
"Aku tahu siapa pelaku yang sengaja membuat gadismu terjatuh," perkataan Anna membuat Bara melirik Sela yang kini juga menatapnya dengan sinis.
"Perempuan yang duduk dengan kalian bertiga waktu itu," kata Anna membuat Bara mengingat seseorang.
Tangan Bara menggenggam dengan kuat membayangkan wajahnya saat memberitahu jika Sela tenggelam, akting yang sangat luar biasa. Good girl.
"Ok, thank you for your help," kata Bara lalu mematikan sambungan teleponnya dan beralih menatap Sela yang masih saja diam di tempatnya.
"Kenapa kamu menatapku?" tanya Bara pada Sela.
"Saya bukan menatap anda, tapi pawang buaya yang mode modus on," kata Sela lalu kembali menaiki tangga untuk ke lantai atas.
"Apa itu tadi cemburu?" gumam Bara pelan dan berpikir keras tentang ucapan Sela.
Bara beralih mendial nomor Rendy.
"Halo Ren,"
"Terakhir kali lo nganterin Laura, di mana lokasi apartemennya?" tanya Bara.
"Apartemen Cendana," jawab Rendy lalu Bara langsung mematikan teleponnya dan bergegas pergi.
.
.
.
.
.
.
APARTEMEN CENDANA
Bara langsung turun dan bergegas masuk, menghampiri resepsionis.
"Permisi, apa boleh saya tahu kamar Laura si model terkenal itu?" tanya Bara sopan pada resepsionis yang terkesima sama ketampanan Bara.
"Oh tentu, tunggu sebentar," katanya lalu memeriksa daftar kamar.
"Lantai 4 no. 13," katanya, lalu buru- buru Bara menuju lift dan naik ke lantai 4.
Bara langsung mencari keberadaan kamar Laura.
Ketemu.
Bara menekan belnya dengan tidak sabaran, membuat Laura yang di dalam menggerutu sebal.
"Siapa sih yang...., Bara," kata Laura ketika tahu yang datang adalah Bara.
Bara langsung mendorong Laura ke dalam dan menutup pintunya.
"Kamu tahu apartemen ku dari mana?" tanya Laura yang tidak bisa menahan senyumnya.
Bara tersenyum miring melihat sikap lembut Laura yang ditujukan padanya.
"Apa kamu sekarang mulai berubah pikiran dari cewek miskin itu," perkataan Laura membuat emosi Bara naik.
Brukk
Bara dengan kasar dan tanpa ragu mendorong Laura hingga jatuh ke lantai.
"Bara, kenapa kamu begitu kasar?" tanya Laura dengan menahan rasa sakit di pantatnya.
Bara berjongkok dan menatap nyalang pada Laura.
Bara mencengkeram pipi Laura dengan mata yang sudah memerah.
"Apa lo yang sengaja buat Sela jatuh ke kolam?" tanya Bara penuh penekanan.
"Apa maksud kamu?" kata Laura membuat cengkraman Bara semakin kuat.
"Apa perlu diulang?" tanya Bara terdengar sangat menakutkan.
"Bara lepasin, lo nyakitin gue tau enggak," kata Laura mencoba menyingkirkan tangan Bara dari pipinya namun tidak bisa.
"Itu karena lo juga udah nyakitin punya gue, jadi ini balasan buat lo," kata Bara lalu menghempaskan kasar pipi Laura.
Bara berdiri hendak meninggalkan kamar Laura.
Dengan cepat Laura berdiri dan memeluk Bara dari belakang.
"Gue lakuin itu semua karena gue cinta sama lo," kata Laura membuat Bara semakin marah.
Bara menghempaskan tangan Laura dan berbalik mendorong Laura hingga ke dinding.
Laura meringis saat punggungnya berbenturan dengan dinding.
"Apa lo tahu, lo sama dia, beda jauh," kata Bara dengan menatap tajam Laura.
"Apa kurangnya gue, hah?" tanya Laura yang juga tersulut emosi.
"Banyak dan lo enggak bisa bersikap seolah seperti Sela yang selalu bersikap alami," kata Bara membuat Laura tersenyum miring.
"Apa dia sebaik itu di mata kamu?" tanya Laura pada Bara.
"Ya, kenapa?" tanya Bara sambil menekan kuat kedua bahu Laura pada dinding.
"Apa kamu yakin?" tanya Laura sekali lagi.
"Dengerin gue baik- baik, apapun yang sudah jadi milik gue, enggak bakal bisa jadi milik orang lain, camkan itu," kata Bara lalu pergi begitu saja meninggalkan Laura.
Laura meringsut ke lantai, mengingat setiap perlakuan orang yang dia cintai begitu kasar padanya.
Tapi Laura benar- benar mencintai Bara, bukan yang lain.
"Jika gue enggak bisa dapetin lo, begitu juga dengan Sela," gumam Laura sambil mencengkeram kuat tangannya.
"Semakin lo mencintainya, gue akan semakin menggila untuk mencelakainya," kata Laura sambil mengusap kasar air matanya.
Laura berdiri dan berniat untuk mandi karena penampilannya yang berantakan.
-----☆☆☆-----
Maaf ya kalau gambarnya terlalu banyak
Biar kalian enggak bosen aja bacanya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Abdul Wakhid
jangan lupa like n vote ya teman teman
2022-05-24
0
Yus Ys
lanjut kk...sampai tuntas ya....senangat kk....👍👍👍💝💝💝
2022-01-26
0
🍾⃝ ͩSᷞɪͧᴠᷡɪ ͣ
cinta emang bikin orang gila
2021-06-08
0